Semangat!

1K 111 10
                                    

Setelah menenangkan diri Floryn dan Gussion kembali ke kelas. Untungnya belum ada pak Argus, jadi keduanya selamat dari maut karena telat masuk setelah bel berbunyi.

Baru saja masuk kelas yang dahului oleh Gussion, segerombolan gadis tidak lain adalah teman-teman Floryn langsung berhambur-hambur menghampiri Floryn. Sampai Gussion di dorong dan jatuh menabrak meja.

"Floryn! Kamu gak apa-apa?!" Tanya Guinevere dengan khawatir.

"Apa yang dilakukan OSIS padamu?" Tanya Miya.

"Apa mereka mengancammu? Melukaimu? Atau mereka melakukan sesuatu yang buruk padamu?" Lalu terakhir pertanyaan dari Ruby.

Mendengar pertanyaan Ruby tentu membuat Zilong speechless. "By... Lu kebanyakan nonton film apa si..."

Floryn segera menggeleng dan mencoba menenangkan teman-teman nya. "Aku tidak apa-apa, sungguh. D-dia tidak macam-macam denganku kok, dan untunglah Gussion datang menjemputku." Ucap Floryn sambil tersenyum kaku.

Tetapi ekspresi keempat temannya terlihat kurang puas atau tak yakin dengan jawaban Floryn.

"Ngomong-ngomong Floryn..." Ruby membuka mulut, "sejak kapan kamu memakai choker?" Tanyanya tiba-tiba.

Floryn menatap Ruby bingung. "Apa maksudmu Ruby? Aku mana mungkin memakai begituan di sekolah."

"Lantas itu apa?" Ruby menunjuk sebuah benda hitam yang melingkari leher Floryn.

Floryn segera menyentuh lehernya dan benar saja dia merasakan ada sesuatu yang mengikat lehernya, kemudian dia meraba nya dengan kedua tangan untuk memastikan bahwa ini adalah sungguhan.

"E-eeeeh?! S-sejak kapan aku memakai choker?!" Seru Floryn bingung.

"Seingatku juga Floryn gak make choker si... Makanya aku bingung saat kau datang dengan penampilan berbeda." Ucap Miya.

Floryn terus meraba choker di lehernya, dia benar-benar yakin tidak pernah memakai perhiasan apapun di sekolah apa lagi choker.

"Kapan ya aku memakai ini... Kapan... Kapan---" Floryn teringat sesuatu saat di ruang OSIS tadi. Ketika Floryn di dalam dekapan Aamon, saat itu pula tangan Aamon meraba lehernya. Hanya saja Floryn sama sekali tak merasakan apapun selain sentuhan tangan milik Aamon. "Yang benar sajaaaa! Masa si dia?!"

Tak lama kemudian Argus datang dengan buku di tangannya. "Ini kenapa rame di depan pintu? Cepat kembali ke bangku masing-masing!" Tukas Argus sedikit berteriak.

Eh, bagaimana keadaan Gussion tadi habis di dorong cewek-cewek?

Yup, Gussion masih terkapar di tumpukan meja dan kondisinya sungguh memperihatinkan. Hayabusa yang kebetulan duduk disana menanyai kabarnya. "Lu gapapa, Gus?"

"Alhamdulillah sehat wal'afiat gak ada cedera, gak ada lecet, dan masuk angin pun enggak." Balas Gussion sambil tersenyum.

Hayabusa ikut tersenyum dan senang mendengarnya. "Bagus deh kalo gitu."

"YA ENGGA LAH OON! BANTUIN GUE BERDIRI!"

Tentu menunaikan gelak tawa di barisan cowok sampai Argus harus melempari kapur satu persatu pada mereka biar diam.

🦐🦐🦐

"Baiklah kita lanjutkan yang tadi. Pemilihan ketua kelas dan wakil ketua kelas, siapa yang mau?" Tanya Argus pada seisi kelas.

Dengan kecepatan ulti Fanny. Floryn langsung mengacungkan tangan dengan perasaan yang membara, "saya pak!"

Tentu saja seisi kelas menatap Floryn dengan kagum.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang