Lelah Sekali

445 40 6
                                    

Floryn telah mempersiapkan bungkusan kotak berisi roti yang telah disiapkan untuk diberikan kepada pelanggan yang memesan, Guinevere bagian mencatat roti-roti milik siapa saja yang akan diterima sementara bagian para lelaki sedikit menganggur di dapur sambil menahan hasrat untuk tidak menyentuh roti yang masih di dalam oven.

Tak selang lama kemudian, jalanan yang harusnya sepi tiba-tiba telah dipenuhi kerumunan manusia berlomba-lomba memasuki toko roti milik bu Pharsa. Floryn dan Guinevere sempat kaget, namun segera mereka tersadar untuk melayani setiap pelanggan yang ingin mengambil pensanan mereka atau membeli roti lainnya.

"Roti melon dan roti isi kacang merah!" Teriak Guinevere kearah dapur.

Alucard tergesa-gesa dan kebingungan. "Roti melon yang mana lagi! Disini ada banyak roti yang bahkan aku tidak tahu rasa dan bentukannya!"

"Disana! Ada gambar dengan deskripsinya." Gusion menunjuk pada daftar gambar terpajang pada dinding dapur. "Aku rasa bu Pharsa sudah memprediksi semua ini."

Tim laki-laki dan perempuan saling bekerja sama dengan baik dan cekatan. Alih-alih mulai sepi, babak selanjutnya telah dimulai. Mereka kembali berbopang-bopang melayani pelanggan dadakan yang bahkan tak disangka-sangka tempat di pinggiran kota yang sangat sekali sepi dan jarang dilalui orang-orang. Kini secara ajaib telah ramai seperti sebuah hidden gem.

"Hey yang di belakang! Kenapa belum ada roti yang diantar lagi!?" bentak Guinevere.

"Sabarlah! Roti yang disini sudah tidak ada lagi! Aku sedang berusaha membuka gudang ini." sahut Alucard tak kalah sewot, jemarinya tengah mencoba satu persatu kunci untuk membuka pintu dengan tanda bertuliskan 'gudang roti'.

Akhirnya dengan jerih payah pintu itu telah terbuka, di dalam sana ada lebih banyak rori hangat tersimpan. Lantas Alucard, Granger dan Gusion segera mengambil dan mengantar ke bagian kasir.

Waktu telah menunjukan pukul 7 malam dan keadaan toko telah kembali sepi tanpa ada lagi tanda-tanda orang lewat. Floryn membalikan papan open menjadi close, kemudian bergabung dengan teman-temannya yang sedang duduk untuk istirahat.

"Kerja bagus semuanya." ucap Floryn. "Untunglah penjualan tadi berjalan dengan baik, tadinya aku sempat berpikir akan membuat kesalahan dan membuat pelanggan marah." Floryn mendesah lelah.

"Aku malah tidak yakin bahwa mereka benar-benar orang. Logika saja, daerah disini sangat sepi sejak awal kita berjalan tidak ada satupun tanda kehidupan manusia, aku juga mencari nama toko ini di internet maupun sosial media namun hasilnya nihil." tegas Alucard dan melempar pelan ponsel miliknya.

"T-tapi beberapa pelanggan dari sekolah kita! Aku tak mengenal mereka tapi aku yakin mereka memakai seragam sama seperti kita!" Floryn mencoba untuk tetap berpikir jernih disaat yang lain sudah tidak ada tenaga untuk bergerak maupun berpikir.

Guinevere berdiri dan berjalan letih menuju dapur untuk menyegarkan tenggorakan kering. Dia melihat keadaan dapur yang lumayan berantakan bahkan untuk mengambil sebotol air mineral terhalang oleh kardus-kardus yang menumpuk.

"Dasar anak cowok, setidaknya bereskan dulu sebelum leha-leha." Guinevere berdumel sambil mengangkat kardus kosong untuk dipindahkan. "Ups!"

Guinevere tak menyadari bahwa lengannya tak sengaja menyenggol rak sehingga rak tersebut bergoyang, menyebabkan kotak kecil yang mungkin ada isinya terjatuh. Ia terhenti saat ada bayangan seseorang di belakangngnya.

"Granger? Kau membuatku kaget." ucap Guinevere.

"Maaf." satu tangan Granger menahan kotak kecil yang hampir akan menimpa Guinevere, dia meletakkan seperti semula dan membantu Guinevere untuk memindahkan beberapa kardus. "Kenapa tidak memanggilku atau yang lain untuk membantumu?"

I'm Not Your Babu! Where stories live. Discover now