two : kak mali

4 2 0
                                    

hari ini gue menyesal karena sudah nekat me-time ke salon sendiri.

seharusnya gue dirumah. seharusnya gue mageran. seharusnya gue enggak usah sok sok healing.

seharusnya sekarang gue enggak sedang di rumah calum.

gue mengetuk kaki gue di lantai berulang kali; resah, gelisah, nervous, dan sama sekali enggak nyaman.

sebuah kebetulan yang luar biasa untuk bertemu dengan kak mali di salon langganan kita dulu. sejam yang lalu kak mali barusan saja masuk dari salon, dan bersorak kegirangan ketika mendapati gue yang sedang creambath. gue sebenarnya seneng banget ketemu kak mali, since it's been such a long time. perempuan mandiri dan luar biasa itu semakin cantik, bahkan gue sampai pangling kalau dia itu beneran manusia apa bidadari.

tadinya gue mengira pertemuan ini hanya sekadar perbincangan ringan antara dua teman dekat yang sudah lama tidak bertemu. tetapi setelah sampai kasir, dan ia dengan memaksa membayarkan biaya salon gue, hingga gue merasa tidak enak serta menyetujui permintaannya untuk singgah ke rumah.

terakhir kali gue menatap figura-figura yang tersusun rapi di dinding coklat tua ini adalah lima tahun yang lalu—kala itu gue masih duduk di bangku dua SMA. lucu untuk diingat, dengan umur gue yang sebelia itu dan masih minor, sudah berani dan tidak ada takut-takutnya berpacaran dengan calum yang sudah kepala dua. tapi gue juga bersyukur, dulu calum tidak memanfaatkan gue dan kepolosan gue.

sofa berwarna beige yang saat ini gue duduki masih terletak pada posisi yang sama, dengan lemari kaca di samping kanan yang berisikan banyaknya medali, sertifikat penghargaan, juga piala-piala yang dikumpulkan calum dalam bidang olahraganya yang kerap dinobatkan sebagai kiper paling handal. belum lagi dengan wajah-wajah bahagia pada wisuda s2 kak mali di australia setahun yang lalu. gue belum lihat itu sebelumnya, but time flies goes so fast. gue enggak menyangka segalanya telah banyak yang berubah.

"kamu udah mulai nyusun skripsi 'kan, lou?" tanya kak mali seraya berjalan ke gue dengan dua soft drink di tangannya. "gue baru nyadar deh, kalo calum tuh wisudanya kelamaan banget. lagian apa banget coba terlalu fokus sama olahraganya."

gue hanya terkekeh. "ya udah mulai tahap sih kak, kemarin juga barusan selesai kkn."

"tuhkan bener gue bilang." seru kak mali sambil membuka tutup kaleng coca cola di tangannya. "dari awal gue ketemu lo bertahun-tahun yang lalu, gue yakin lo orangnya cerdas banget, lou. calum aja tuh yang goblok, pake mutusin lo segala. eh sekarang lihat tuh, pacarnya siapa, ratu galak dan jutek yang bahkan gue enggak sudi untuk ngelirik mukanya doang."

"ehe, enggak kok kak." sahut gue canggung. gue melihat lampu orange di hadapan gue yang menandakan gue harus hati-hati. entah takutnya gue juga terpancing dengan julidnya kak mali yang dipikir-pikir bener juga tentang pacarnya calum yang sekarang.

"tapi sumpah ya, lou, lo harus tau—" kak mali melirik ke arah kanan dan kiri, memastikan keadaan. "gue benci banget sama lana. lo tahu 'kan, pacar calum yang sekarang?" gue mengangguk. "pertama kali gue ketemu dia beberapa bulan yang lalu, gue uda lihat red flag."

"maksudnya kak?"

tahan, lou. tahan.

lo harus kelihatan enggak kepo-kepo banget padahal hati gue asdsfsgsjak pengen tau anjir!!

"dia tuh terkesan kayak control calum banget. masa nih ya, calum enggak boleh latihan futsal padahal besoknya dia ada turnamen. dan lo tau alasannya apa?" gue menggeleng. "nemenin dia nyalon. anjing banget 'kan?"

"anjir." gue menggeleng-geleng tidak percaya. parah banget, sih. dan calum oke oke aja tentang hal itu? gue pikir calum enggak suka banget untuk dikekang dan diatur-atur, ternyata dugaan gue salah.

want you back // cthTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon