NOW (3)

886 267 35
                                    

Alohaaa ... pembaca Thorjid yang budiman. Maaf udah kelamaan nunggu lanjutan cerita ini, ya.

Sebelumnya aku ucapin selamat TAHUN BARU 2022

Kemudian
SELAMAT MEMBACA

🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉

Penerangan di dalam rumahnya temaram. Asalnya dari lampu-lampu nordik yang menggantung di dinding-dinding dalam rumahnya. Theodore baru saja selesai mandi ketika ponsel di atas kasurnya tiba-tiba berdering. Handuk di tangannya bergerak mengeringkan rambut. Tubuh bagian atasnya masih polos dengan handuk yang membalut tungkai ketika tangan kanannya meraih ponsel.

Mandy Heoglir, ibunya. Theodore melihat nama itu di layar ponsel dan dalam sepersekian detik, ia merasa bimbang untuk menjawab panggilan itu. Belakangan, antara ia dan Mandy sudah sangat jarang berkomunikasi dikarenakan kesibukan Theodore yang kian hari kian mempersempit waktu. Mandy memang lebih banyak mengobrol lewat telepon dengan Laura dan Loneree. Akan tetapi, hari ini Laura tidak ada. Laura menghilang dan entah bagaimana caranya Theodore memberitahu tentang apa yang terjadi dengan istrinya.

Dalam kegelisahan yang sulit diartikan, akhirnya Theodore menjawab panggilan itu. "Hallo," sapanya.

"Hei, akhirnya kau mengangkat ponselmu." Suara Mandy terdengar lega di kejauhan sana. Theodore tidak tahu sudah berapa kali Mandy menghubunginya saat itu, kemungkinan besar lebih dari tiga kali.

"Maaf, aku baru selesai mandi," jawabnya.

"Yeah, aku tidak bisa menghubungi Laura, itu sebabnya aku menghubungimu. Hmm ... bisa kau berikan ponselmu pada Laura? Aku ingin memberitahunya sesuatu, dia pasti senang mendengarnya."

Theodore diam, sulit menanggapi. Ia mengatupkan bibirnya kuat seakan menahan rasa gelisah. Suara lolongan anjing di luar membuat suasana rumahnya semakin terasa sepi. Di beberapa tahun kebersamaannya dengan Laura, tidak pernah Theodore merasa kehilangan sehebat ini. Kebersamaan yang pernah ia anggap biasa saja itu benar-benar membuatnya menyesal.

"Theo! Hallo! Kau mendengarku?" tanya Mandy.

"Ya, aku dengar," jawab Thodore. Ia duduk di tepi tempat tidur, punggungnya sedikit membungkuk. "Mom, aku tidak bisa memberikan ponselku pada Laura."

"Kenapa? Laura di mana? Apa kalian ada masalah?"

"Yeah, besar. Masalah besar."

Diam beberapa detik. Di kejauhan sana, Mandy mengerutkan kening dan memasang wajah serius mendengarkan. "Masalah apa? Tolong beri tahu aku," desaknya.

"Dia menghilang." Theodore kembali mengendapkan bibirnya kuat, berusaha memberi tahu ibunya dengan cara halus agar wanita itu tidak panik. "Laura menghilang."

"Apa?" ucap Mandy pelan.

"Seseorang menemukan mobilnya terparkir tanpa alasan di pinggir jalan. Loneree sendirian di dalam mobil tanpa Laura. Dan aku tidak bisa membayangkan, kalau saja orang yang menemukannya terlambat sedikit, mungkin Loneree sudah diterkam singa."

Mandy hampir tidak percaya, terkejut bukan main sampai-sampai Ehrlich yang sedang duduk di sampingnya batal menyesap kopi. Ia bertanya dan terus bertanya seakan sedang menginterogasi seseorang.

"Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku soal ini? Apa kau akan tetap diam jika bukan aku yang menghubungimu lebih dulu?" protesnya.

"Maaf, Mom. Aku benar-benar panik, terlalu sibuk di kantor polisi dan juga ... Loneree."

"Mereka tidak akan memproses penyelidikan jika korban belum menghilang lebih dari dua hari."

"Ya, itu juga yang mereka katakan," kata Theodore.

Under The MirageWhere stories live. Discover now