PAST (8)

126 22 12
                                    

Halohaa... ya ampun udah lama kali gak update cerita ini. satu tahun loh, wkwkwk
mohon maaf kalau kalian harus baca ulang karena lupa sama ceritanya. Mohon maaf juga jika chapter ini kurang memuaskan.

 Karena udah lama gak nulis, mungkin diksiku agak berbeda di sini. Gak seciamik biasanya, maklum baru berhasil berdamai dengan diri sendiri soalnya.

Oke, doakan aku selalu semangat buat berkarya. Aku bakal berusaha menamatkan cerita ini bagaimana pun caranya. Terima kasih atas kesabaran kalian menungguku. Selamat membaca.

============================


Monica dan Peter telah sampai di bandar udara internasional Soekarno Hatta, Jakarta. Begitu keluar bandara, mereka langsung menyewa mobil beserta sopir untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan yaitu Banyumas. Lokasi di mana tanaman Ki leho beureum atau Saurauia cauliflora yang langka itu dibudidayakan secara tertutup dan ilegal.

Mereka menempuh waktu perjalanan sekitar enam jam. Rasa lelah setelah penerbangan bukanlah penghalang bagi kedua orang itu untuk bekerja cepat. Paling tidak, sesuai pesan Maximilliam, mereka harus kembali satu hari setelah mendapatkan tanaman penting tersebut. Lokasi tujuan dekat dengan area perhutanan. Mobil berhenti di depan gerbang dengan pagar beton luas yang sengaja dibangun agar orang luar tidak bisa melihat bagian dalam. 

Monica dan Peter keluar dari dalam mobil bersamaan setelah membayar uang sewa kepada si sopir.  Peter menyandangkan tas ransel di bahu begitupun dengan Monica. Matahari sore menjelang malam membuat suasana di sekitar terasa sepi. Tempat ini ternyata sangat jauh dari pemukiman warga. Tidak ada satu pun warga yang melewati tempat ini karena aksesnya yang tidak penting. Monica bertanya-tanya bagaimana cara masuk ke dalam karena pintu gerbang yang terbuat dari baja itu tampak begitu kokoh dan sulit dibuka sembarangan.

"Menurutmu kita harus ketuk pintunya sambil mengucapkan salam?" tanya Monica sambil tersenyum.

"Ya, ide yang bagus, Monic!"

Pria itu melangkah lebih dekat ke pintu lalu mengetuknya menggunakan kerikil yang ia dapat di bawah kakinya. Rencana ini sudah mereka atur sebelumnya. Ketika seseorang membukakan pintu dan memberi sedikit celah, Peter langsung meminta izin dengan cara baik-baik menggunakan bahasa Indonesia. Si penjaga berkulit kecokelatan dan bertubuh tinggi tersebut berpenampilan biasa, yang jika orang lain melihatnya, tak ubah seperti buruh tani yang belum mandi. 

Monica menyaksikan sendiri bagaimana Peter berdialog dengan pria tersebut, sangat lancar dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Peter jelas berpengalaman dalam bidang ini. Ia menguasai banyak bahasa dan itu memudahkannya untuk bernegosiasi dengan siapa saja. Tak lama setelah Peter memperkenalkan diri, pria berambut keriting itu pun mempersilakannya masuk. Tempat itu memiliki halaman yang cukup luas. Sebuah rumah yang lebih mirip dengan gudang penyimpanan berdiri kokoh di sebidang tanah. Mereka melewati beberapa orang penjaga dengan tatapan penasaran. Si rambut keriting mengantarkan mereka pada seseorang yang lebih berwenang.

Untuk saat ini, Monica belum memikirkan apa langkah selanjutnya. Mungkin akan menjadi tugas Peter saja. Ia hanya menunggu instruksi bilamana tenaganya diperlukan. Namun, ketika mereka berhadapan dengan seorang pria berperawakan besar yang tidak menyambut mereka dengan ramah, Monica mulai awas.

"Selamat malam," sapa Peter.

Pria itu membalas sapaan. Peter kembali memperkenalkan diri kemudian berjabatan tangan. Tegar, nama pria itu, tampaknya juga memasang mode waspada ketika Peter menyebutkan satu nama.

"Kami ingin bertemu dengan Ibu Respati, terkait dengan hubungan bisnis. Apakah beliau ada di tempat? Atau mungkin Anda bekenan mengantarkan kami padanya?"

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Mar 14 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Under The MirageTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon