23. LAYANAN LEANDER

729 71 10
                                    

Adam jadi lebih centil. Mandi dan bersiap-siap saja membutuhkan waktu hampir dua jam. Hal itu memberikan banyak waktu bagi Leander untuk kembali memata-matai Joy.

Leander masih dapat menonton dengan tenang ketika Joy memulai harinya dengan berdoa dan membaca firman Tuhan. Reza benar, Joy memang wanita baik-baik. Leander saja jarang membaca Alkitab. Hanya berdoa yang masih rutin dia lakukan.
Namun, kegelisahan Leander dimulai ketika Joy mengambil mainan barunya lalu menggeser bangku. Wanita itu mencoba posisi baru. Duduk di depan kaca rias sembari menempelkan mainannya ke sela paha.

Alat ajaib pemberian Lidwina teramat dahsyat sampai Joy tidak dapat membendung rasa penasaran. Pagi ini dia menjalankan ritual rohaninya seperti biasa, tapi Joy juga mengulang dosa. Merangsang titik sensitifnya tanpa mengenakan sehelai benang pun pada tubuhnya.

Leander harus melihat ini! Adegan sensual terpampang begitu nyata. Joy meraba sekujur tubuhnya, bermain-main di puncak dadanya. Berkelojotan disertai desahan dan teriakan. Demi Tuhan, Leander mulai sesak napas seakan udara di sekitar hanya karbondioksida.

"Ah..."

Desahan panjang Joy menyiksa Leander. Seharusnya dia mematikan ponselnya, tetapi kenapa tidak bisa?

"Sssshhhh..."

Joy memejamkan mata, begitu menghayati alat ajaib itu menggetarkan setiap titik kenikmatannya.

Ketika jemari Joy beralih ke sepasang aset kembarnya, pikiran Leander segera terbang ke tempat khayalan, membayangkan dia yang memainkan bulatan padat itu. Astaga, dia bisa klimaks kalau begini.

Leander menjepit bukti gairah yang membengkak dengan kedua pahanya. Meredam sesuatu yang nyaris meledak di bawah sana.

"Oh, My God..."

Kenapa Joy harus mengerang sambil memejamkan mata? Leander menunggu Joy memasukkan mainan itu menembus liang hangatnya. Namun itu tidak terjadi. Leander sangat ingin mendaratkan lidahnya melahap klitoris Joy. Dia merasakan panas yang aneh merambati sekujur tubuhnya.

Tidak, Leander tidak boleh begini. Dia mengeklik ikon mati di layar ponsel. Merutuki diri sendiri karena memata-matai Joy ternyata menyiksa lahir dan batin.

Leander berkeliling rumah Adam untuk mengalihkan pikirannya yang mulai mengembara ke mana-mana. Sejauh ini, Joy tidak menunjukkan punya hubungan dengan kelompok yang mencurigakan. Pergaulannya relatif aman. Bukan orang yang macam-macam. Hanya saja Leander menyesalkan kenapa Joy harus punya hobi yang berhubungan dengan kegiatan seksual? Apakah karena tidak punya pasangan makanya Joy melampiaskan pada alat buatan manusia?

"J8!"

Leander langsung siaga ketika Adam memanggilnya. Dia berlari ke kamar kliennya. Adam masih mengenakan bathrobe sambil membawa dua helai kemeja berbeda warna, satu putih, satu lagi kuning gading.

"Mana yang lebih bagus?"

Leander benar-benar tidak paham fashion. Mana sempat memikirkan baju apa yang bagus kalau sehari-hari memakai seragam? Namun akhirnya Leander menunjuk kemeja putih.

"Selera kamu benar-benar monoton ya, J8. Seminggu ini saya sudah pakai warna putih. Jadi mau coba yang lebih fresh biar Joy nggak bosan."
Adam menggantung kembali kemeja putih ke lemari lalu mengenakan kemeja kuning gading. Leander juga tidak peduli kliennya mau pakai baju apa.

"Joy menyindir saya terus. Dia tahu saya happy-happy sama asistennya Letkol Banyuaji."

Kenapa juga Leander harus mendengar cerita pribadi Adam? Dia tidak tertarik.

"Saya memang pernah main di mobil. Seru sekali, J8. Di ruang sempit, harus memuaskan pasangan kita. Benar-benar menguji adrenalin. Aksi Angela luar biasa. Kabarnya dia langganan para businessman."

The J8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang