Chapter 40

9.6K 998 42
                                    

~~~

Hari ini Arka mengambil absen di kampus. Sementara di kantor, itu masih bisa di handle oleh asistennya. Semenjak Linzy di rawat, ia sama sekali tidak mau meninggalkan sang istri. Mungkin, karena kondisi Linzy yang masih seperti ini, membuatnya belum cukup tenang untuk meninggalkannya.

Sudah terhitung beberapa hari, Elang pun menginap di rumah Bunda Rifa. Lukanya sudah sedikit membaik, karena rutin diobati. Dan untungnya, ia tidak rewel. Terbukti, saat tadi mereka melakukan video call.

Elang sempat berkata, 'Bunda sama Ayah ga perlu khawatir. Elang di sini banyak yang jagain kok. Ada Oma, Opa, Aunty Yura, sama Uncle Leo juga.'

Gemasnya.

"Kenapa?" Tanya Arka menyadari gelagat Linzy yang tampak aneh.

"Perut aku ga enak,"

"Mual? Mau muntah? Atau kerasa sakit?"

Linzy menggeleng, sembari menggigit bawah bibirnya. "Ga enak aja rasanya."

"Efek minum obat kayanya, sayang. Tadi suster sempet bilang ke aku." Ucap Arka, tangannya bergerak mengusap-usap perut Linzy dengan sangat lembut.

"Kangen Elang," Tidak dipungkiri, Linzy memang merindukan putranya.

Arka mengulum senyum, mengecup punggung tangan Linzy. "So, kalo gitu kamu harus sehat dulu. Tuh, telapak kaki kamu aja lukanya lumayan dalem loh. Aku bener-bener ga ngerti, kamu bisa seceroboh itu."

"Namanya juga lagi panik," Balas Linzy membela diri.

"Yaa, dan kamu berhasil bikin aku tambah panik."

"Sini deketan,"

"Kenapa?"

"Mau cium kamu, susah."

Really? Arka tertawa kecil mendengarnya. Meskipun begitu, ia lantas bergerak mendekat menuruti permintaan sang istri.

Linzy mengecup seluruh wajah tampan Arka. Senyumnya sama sekali tidak pudar. Selain bentuk permintaan maafnya karena telah membuat Arka khawatir, itu juga bentuk terima kasih dari Linzy karena Arka sudah merawatnya, menjaganya dengan begitu baik.

"Feeling aku, calon baby kita perempuan." Ucap Arka tiba-tiba.

"Alasannya?"

"Nih, manja dari Bundanya udah keliatan."

"No, perasaan pas kehamilan pertama aku, aku juga manja sama kamu."

Arka hanya tersenyum. "Just feeling, love."

"Aaamin, semoga..."

Tok...

Tok...

Tok...


"Permisi, ini ada kiriman buat Ibu Linzy." Seorang perawat datang membawa paper bag dan bucket bunga ukuran besar.

"Dari siapa, ya?" Tanya Arka sedikit was-was.

"Kurang tahu, Pak. Kebetulan kiriman ini dianter langsung sama kurir ke receptionist."

"Ohh yaa, makasih."

Arka menerimanya dengan sedikit tak ikhlas. Masalahnya, ia sama sekali belum tahu asal-usul identitas si pengirim. Jelas patut dicurigai, apalagi di sini terdapat bucket bunga. Arka takut ada laki-laki yang diam-diam mendekati istrinya. Karena jika iya, tentu hal itu tidak bisa dibiarkan.

Perfect Wedding [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang