Bab 23 Sekakmat

2 1 0
                                    


Vanny dipanggil ke ruangan khusus. Di sana sudah ada tim yang menangani kasus Hanan. Kepala sekolah juga hadir di sana karena ingin mengetahui perkembangan kasus itu secara langsung. Hanan tentu saja ada di antara mereka karena pemanggilan Vanny adalah ide darinya. Setelah berhasil mengumpulkan beberapa bukti yang ia dapatkan, Hanan segera menghubungi Zaini untuk mengatur pertemuan dengan Vanny.

Vanny masuk ke ruangan itu dengan wajah keheranan. Apalagi ada kepala sekolah dan beberapa guru di sana. Hal yang paling membuat heran tentu saja kehadiran orang yang ia benci di ruangan itu. Mendapati ada Hanan di sana, Vanny mendadak pasang muka cuek. Walaupun belum tahu maksud dari pemanggilan dirinya, tetapi Vanny sudah menebarkan aura permusuhan.

Hanan segera membuka pertemuan itu karena tak sabar juga membongkar penemuan yang ia dapatkan. Semua yang hadir menunggu Hanan bicara.

“Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah dan Bapak Ibu guru yang telah meluangkan waktu untuk hadir di ruangan ini. Terima kasih juga pada Vanny atas waktunya.”

Semua terlihat khusyuk mendengarkan kata-kata Hanan. Mereka tak sabar mendengar kelanjutannya. Setelah menarik napas sebentar, Hanan melanjutkan kembali penjelasannya.

“Ini berkaitan dengan kasus penculikan yang saya alami beberapa waktu lalu. Ada hal-hal penting yang ingin saya sampaikan di sini, termasuk dugaan pelakunya.”

“Lo mau nuduh gue pelakunya?” sahut Vanny. Ia bereaksi spontan seolah tahu arah pembicaraan Hanan. “Jangan membuat fitnah tanpa bukti. Gaya lo aja yang sok alim, nyatanya mulut lo beracun!”

Muka Vanny merah padam. Ia melotot ke arah Hanan. Mendapat tanggapan seperti itu, Hanan tetap santai. Ia kembali meneruskan kata-katanya yang belum selesai.

“Ketika kasus yang menimpa saya mencuat dan pihak sekolah ingin melaporkan masalahnya ke polisi, saya sengaja mencegah hal itu karena punya dugaan pelakunya. Selama satu minggu saya berusaha mencari bukti untuk mendukung analisis itu. Saya sengaja meminta pada Pak Zaini agar mengatur pertemuan ini. Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan berkaitan dengan masalah itu. Kalau misalnya nanti ada hal yang tidak sesuai, silakan bantah argumen saya.”

Kata-kata Hanan makin membuat penasaran yang hadir. Hanya Vanny yang bersikap biasa saja, bahkan terkesan cuek.

“Siapa sebenarnya orang kamu curigai?” tanya Kepala Sekolah.

“Lo mau nuduh gue?” sahut Vanny sambil menatap tajam ke arah Hanan.

“Tenang dulu! Biar Hanan menjelaskan semuanya.” Zaini mencoba menenangkan Vanny.

Hanan kemudian mengambil ponselnya dan memutar video Vanny ketika berada di perpustakaan. Ia sengaja meminjam ponsel Jery yang lebih bagus sekalian ingin memperlihatkan foto yang telah Jery ambil. Hanan mengangsurkan ponselnya hingga semua guru bisa melihat video itu. Terakhir, ia menunjukkan video itu pada Vanny.

“Pokoknya jangan sampai gagal. Ingat! Jangan sampai menyakitinya. Nanti aku kabari lagi kapan harus beraksi.”

Cuplikan video itu memperlihatkan Vanny yang sedang berbicara dengan seseorang entah siapa. Awalnya, dahi Vanny berkerut, tetapi senyumnya kemudian mengembang. Ia menyerahkan ponsel itu pada Hanan.

“Itu hanya cuplikan singkat. Lagian tidak jelas juga, ‘kan, apa yang sebenarnya gue omongkan dalam percakapan itu. Satu lagi, gue enggak nyebut nama lo,” bantah Vanny. Matanya kembali menatap tajam ke arah Hanan.

Para guru yang hadir di ruangan itu menari napas kecewa. Mereka sebenarnya berharap lebih dalam pertemuan itu. Setidaknya, Hanan benar-benar bisa mengungkap pelakunya.

Struggle for Dreams (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang