9. Siapa itu?

527 47 9
                                    


Seorang pria dengan setelan jas navy masih termenung di ruangan sambil mengamati pigura berukuran 5R ditangannya. Wajahnya tampak datar, namun sorotnya matanya memandang penuh arti pada benda itu.

"Andreas, bagaimana gadis manis sepertinya mati sia-sia begitu saja? Mengapa Tuhan memberinya takdir semengerikan ini. Apa salahnya? Bukankah aku bodoh, seorang kakak yang tidak bisa menjadi pelindung bagi adiknya sendiri" ungkapnya geram.

Andreas sedari tadi diam di sofa menunggu berkas yang dia bawa ditandatangani oleh bosnya bersuara.

"Meskipun sudah terlambat, nona Shanza pasti bahagia jika Anda bisa menemukan pembunuhnya, pak. Saat ini anda sudah menjerat satu serangga dan tinggal satu lagi, maka semuanya selesai"

"Kau benar, Andreas. Mengenai cctv itu, bagaimana perkembangan selanjutnya?" Pria itu mengalihkan atensinya pada Andreas.

"Tadi pagi Vino menghubungi saya, dia berhasil melacak kejadian selanjutnya"

"Bagus, malam ini kita akan melihat kejelasannya. Oh ya, selama kau mengikuti serangga itu apakah ada tindakan yang mencurigakan darinya atau kau mendapat bukti lain atau apapun itu?"

"Sejauh ini tidak ada, tapi saya pernah tidak sengaja mendengar desas desus dari mahasiswa di sana. Dia tergolong gadis yang sulit ditaklukkan hatinya. Beberapa orang pernah menyatakan perasaan kepadanya, namun tidak satupun dibalas. Apakah dia pernah mengatakan perasaanya atau menunjukkan suatu ketertarikan tertentu pada Anda, Pak?"

Pria itu mengernyitkan dahinya, "Dia tidak mengatakan apapun. Mengenai ketertarikan, dia pasti sudah mengecapku sebagai suami idaman mengingat aku selalu mengeluarkan kata-kata manis didepannya, perhatian dan bersikap romantis, apa itu kurang? sepertinya aku harus membuktikan, apa dia benar-benar sudah jatuh dalam pelukanku atau belum. Apa kau ada rencana, Andreas?"

Andreas berpikir sejenak "bukankah hari ini tepat satu bulan pernikahan anda dengannya? Kita buat kejutan saja seperti dinner romantis, mungkin? Buat dia menyatakan sendiri perasaanya, dengan begitu anda tidak usah menerka-nerka lagi"

"Ide bagus, hari ini dia ada sidang skripsi juga, momen yang sangat pas. Kamu booking satu restoran bintang lima terbaik disekitar sini" pria itu tersenyum miring.

"Baik, pak. oh ya 10 menit lagi ada meeting dengan perusahaan dari Korea."

"Ya. Kau tunggu saja di sana." Andreas meninggalkan dia sementara dia mengetik sesuatu diponselnya.

Sore hari pun tiba, Yeri sudah berjanji akan menjemput Sefa.

"Andreas, kau ikut denganku menjemputnya" Andreas mengangguk. Kemudian mereka menuju universitas di mana Sefa berada dengan Andreas sebagai pengemudinya.

"Sepertinya kita butuh rencana tambahan, menurutku dinner saja tidak cukup untuk membuatnya takluk. Aku akan memberinya sedikit bumbu, sesuatu yang tidak akan pernah dia lupakan, sesuatu yang menjadi harapan setiap wanita"

"Apa yang harus saya kerjakan, pak?"

"Tunggu saja perintahku selanjutnya".

Saat ini Yeri, Sefa dan Andreas sudah berada di salah satu restoran ternama di kota ini.

"Kenapa sepi sekali, mas?" tanya Sefa

"Aku tidak tau"

Yeri menggandeng Alula menuju rooftop baru sampai setengah tangga Yeri berpura-pura menerima sebuah telepon.

"Halo"

"Iya"

"APA?!" pekiknya agar terlihat meyakinkan.

...Where stories live. Discover now