20. SI MISTERIUS

1.4K 243 171
                                    

Halo Buna🐻
Tekan tombol bintang di bawah pojok kiri untuk vote cerita ini.


-Selamat membaca-

"Tidak akan ada luka tersakit sebelum merasakan namanya patah hati."

****

20. SI MISTERIUS

"Grace! Bangun!"

Teriakan keras itu, ditambah ketukan di pintu terdengar keras dan berulang kali, membuat mata Grace membuka. Dia mengerjap, menghembuskan nafas, lalu melirik ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat.

Susah payah dia mengangkat kepala dan punggungnya, lalu duduk di tepi tempat tidur dengan tubuh lunglai. Grace menghembuskan nafas kasar lalu berjalan terseok membuka pintu kamar.

"Iyaaa, ini udah bangun Bun!" jawab Grace dengan muka bantalnya.

"Grace! Udah jam tujuh! Kamu ga telat ke sekolah? Cepetan, Ayah sama Adek kamu baru aja berangkat." sambut Bundanya begitu pintu terbuka.

Mata Grace terbelalak. Bergegas dia berbalik badan, berlari menuju kamar mandi. Lima menit kemudian dia keluar dengan wajah sedikit lebih segar daripada sebelumnya.

Grace mandi dengan sangat cepat, lalu dengan asal memakai seragam serta memberi polesan make up tipis supaya terlihat tidak pucat.

Dia turun dengan langkah tergesa-gesa menghampiri Bundanya yang membersihkan sisa-sisa piring di atas meja.

"Gastin juga udah berangkat? Kenapa dia gak bangunin aku sih?" kata Grace pada Bundanya lalu dia menyambar setangkup roti tawar, mengapit salah satu ujungnya di bibir.

Grace setengah berlari keluar rumah setelah mengambil kunci mobil di laci dekat ruang keluarga. Perempuan itu mengeluarkam mobil putih dari garasinya dan tanpa aba-aba melajukan mobil dengan cepat namun tidak ugal-ugalan.

Sialan. Jam tujuh seperti ini banyak orang yang juga menuju tempat kerja masing-masing hingga menimbulkan kemacetan. Berkali-kali dia mengklakson kendaraan di depannya supaya tidak memakan waktu banyak tapi mungkin ini memang hari sialnya.

Setelah beberapa menit kemudian ia terjebak macet. Mobil Grace sampai di wilayah kawasan Dhirlangga. Ia menyipitkan mata kala melihat satpam yang hendak menarik gerbang segera menutupnya.

"Pak tunggu!" Grace berlari setelah memakirkan mobil di pinggir sekolah. Dia berlari secepat mungkin di trotoar tepat di samping gedung sekolah.

Dari kejauhan ia melihat seseorang yang tidak asing baginya juga akan masuk. Altez berhenti menunggu Grace di depan gerbang padahal dirinya tinggal satu langkah saja lolos. Namun, Altez tidak melakukannya ia diam disana melihat Grace dari kejauhan hingga gerbang tersebut tertutup rapat.

"Pak bukain dong! Cuma telat beberapa detik doang." pinta Grace kepada satpam di balik gerbang sambil menyatukan kedua tangannya memohon.

"Aduh maaf neng, saya cuma bisa patuhi aturan sekolah." balas satpam itu.

"Ayolah pak, janji deh gak telat. Ini pertama kalinya loh saya kaya gini," katanya lagi berusaha membujuk satpam. Pria setengah baya itu memandang Grace dengan kasihan tapi bagaimana lagi jika memang ini tugasnya.

"Udah pak, biarin dia masuk. Nanti biar saya yang di hukum." tawar Altez.

"Kalo kamu saya juga gak kaget toh Den, kebiasaan telat jadi gausah di bukain pun gapapa." balas satpam tersebut kepada Altez.

ALTERIOWhere stories live. Discover now