24| Insiden

50 12 4
                                    

Happy reading 💜

Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Aqilaa bingung dengan perasaannya sekarang, dia senang sekaligus sedih. Bukan ini yang dia inginkan. Aqilaa memang ingin memenangkan taruhan itu tapi dengan cara yang adil seperti mengadu otak dalam seleksi yang seharusnya terlaksana hari ini. Namun yang terjadi adalah hal yang tak pernah dia duga sebelumnya. Setelah mendengar kabar buruk dari Dika dan juga Bu Untung hatinya mendadak terasa nyeri, sikap empati nya keluar. Bagaimana pun Aqilaa juga manusia biasa yang masih mempunyai hati, melihat Natha yang sedang tertimpa musibah dia pun turut berduka. Sebesar apapun kebencian nya terhadap lelaki itu tak membuat hati Aqilaa menjadi sekeras batu hingga tidak memiliki belas kasihan.

Dan disinilah Aqilaa berada sekarang, di rumah Natha. Rumah mewah yang biasanya sepi sekarang terlihat ramai. Semua orang berdatangan memenuhi rumah tersebut. Bendera kuning menempel pada pagar, berkibar tertiup angin. Orang-orang berpakaian serba hitam itu datang silih berganti memberi ucapan belasungkawa kepada keluarga yang sedang berduka. Bacaan surat Yasin memenuhi ruangan yang luas itu, orang-orang duduk mengelilingi sosok yang terbaring kaku ditutupi kain putih. Aqilaa datang ke sini bersama dua orang temannya dan juga beberapa guru lainnya. Awalnya hanya Aqilaa dan Adam yang menjadi perwakilan teman sekolah Natha. Adam sudah pasti datang karena dia ketua kelas, Aqilaa mengajukan diri untuk menemani Adam dan di setujui oleh Bu Untung karena merasa Aqilaa adalah teman seperjuangan Natha dalam menjadi perwakilan lomba olimpiade nanti, padahal daripada dikatakan teman seperjuangan sebenarnya mereka berdua lebih pantas dikatakan sebagai musuh. Dan berakhir Dika juga ikut mengajukan diri sebagai teman kecil Natha, rasanya kurang pantas bila lelaki itu tidak menemani sahabatnya dimasa terpuruk ini.

Aqilaa ikut duduk bersama dengan yang lainnya. Matanya menangkap sesosok lelaki yang tengah memeluk wanita yang sedang menangis sesenggukan itu. Dan disebelah sepasang suami-istri itu Dika duduk dengan mata yang memerah. Ya suami-istri itu tak lain adalah ayah dan ibu Dika. Asal mula Dika dan Natha bersahabat karena mereka adalah tetangga sedari kecil, selain itu ibunya Dika bersahabat dengan ibunya Natha. Sampai sekarang ikatan itu masih terjalin erat, tak heran jika melihat ibunya Dika yang terlihat begitu merasa kehilangan.

Gadis itu menatap sekeliling mencari-cari dimana keberadaan Natha dan keluarganya. Karena dari tadi dia sama sekali tidak melihat batang hidung lelaki tersebut. Aqilaa juga tidak tau menahu tentang keluarga Natha, yang Aqilaa tau dari Dika adalah Natha tinggal di rumah ini bersama dengan bunda dan ayahnya. Bunda Natha ada disini lalu dimanakah lelaki itu berserta ayahnya? Pantas saja sedari tadi orang-orang hanya memberi ucapan belasungkawa kepada ibunya Dika, mereka juga tidak bisa memberikan ucapan itu untuk Natha karena lelaki iti tidak muncul disini.

Penglihatan Aqilaa tak sengaja menatap bingkai foto besar yang tertempel di dinding. Foto dua orang dewasa berbeda jenis dan juga anak lelaki kecil yang berada ditengah. Aqilaa dengan gampang menebak bahwa itu adalah foto keluarga Natha. Tapi yang membuatnya berpikir keras adalah wajah wanita paruh baya itu, Aqilaa seperti merasa familiar. Setelah beberapa menit berpikir Aqilaa menutup mulutnya terkejut. Dia tak pernah menyangka dunia sesempit ini. Sekarang Aqilaa tau alasan Natha selalu membeli bunga lavender di toko nya, mungkinkah itu untuk bundanya? Orang yang selalu ia panggil tante Eni, orang yang menjadi langganan di toko bunganya, orang yang sangat menyukai bunga lavender seperti dirinya, orang yang selalu membeli bunga ungu itu adalah bunda Natha. Fakta ini membuat Aqilaa sangat terkejut, sekaligus bersedih. Sedari tadi Aqilaa memang tidak mengenali sosoknya karena tertutup kain putih, Aqilaa sekedar melihat namun tidak jelas, sangat tidak sopan sekali jika ia membuka kain putih itu.

Aqilaa: Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang