Bagian 5: Luka

1.2K 361 14
                                    

Hari sudah malam dan konser musik ini belum menunjukan akan segera berakhir, malah acaranya semakin meriah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah malam dan konser musik ini belum menunjukan akan segera berakhir, malah acaranya semakin meriah. Meskipun begitu Lisa sama sekali tidak bisa menikmati konser ini, selain penyebab di pantai tadi Lisa juga gengsi. Coba saja dia ke sini bersama Eunwoo atau Rose pasti Lisa akan ikut melompat-lompat menikmati lagu yang cocok untuk siapa saja yang patah hati.

"Aduh."

Lisa menoleh, Haechan tersungkur membuat ringisan kecil keluar dari bibir miliknya dan sialnya orang di belakang Haechan bersikap seolah-olah tidak ada orang di depan hingga kaki Haechan terinjak. Lisa sontak mendorong pemuda itu dengan kesal.

"Woy! Hati-hati dong ada orang jatuh ini!"

Lisa membantu Haechan untuk berdiri, pemuda yang entah sengaja atau tidak membuat kaki Haechan terinjak hanya diam dan malah temannya yang ngomel pada Lisa.

"Eh biasa aja dong jangan dorong-dorong!"

"Temen lo tuh udah nginjem kaki adek gue, bukannya minta maaf malah diem. Bisu lo?"

"Dia emang bisu."

"Hah?"

Lisa mengerjapkan matanya.

"Tapi bohong." kekeh teman pemuda itu. Lisa menggeram kesal, padahal di otaknya tadi dia sedang memikirkan kata-kata untuk meminta maaf. "Sialan."

Pemuda yang menginjak Haechan menghela nafasnya. "Maaf, tapi tadi saya beneran gak liat. Saya rabun." ucapnya.

"Alesan! Rabun tapi nonton ini gak pake kaca mata."

"Lupa bawa."

"Gak perduli, tanggung jawab nih adek gue jadi pincang gini."

"Teh udah, Haechan gak papa."

Lisa mendengus lalu membawa Haechan pergi. Sedikit susah sih, tapi maklum lah konser ini terlalu banyak orang-orang yang ambyar.

"Lo bukannya dorong tuh cowok kek malah pasrah aja, liat sekarang gue yang harus ngurusin lo." omel Lisa.

Haechan mendudukan dirinya di tempat tadi sore. Tempat dimana ia dan tetehnya saling mendiamkan satu sama lain. Haechan tidak marah, dia hanya kecewa. Itu sebabnya ia juga ikut diam.

"Gak baik, lagian tadi dia udah minta maaf kan."

"Tapi maaf nya itu loh keliatan gak ikhlas banget, mana mukanya sok dingin lagi. Najis."

"Teh Isa tau gak tadi itu siapa?"

"Siapa emang?"

"Bang Yuta, temennya guru vokal aku."

"Lah terus kenapa dia cuma diam aja kalo kalian saling kenal."

"Saling kenal bukan berarti deket teh Isa."

Lisa mengangguk setuju, benar kata Haechan. Kenal bukan berarti dekat. Kalau kenal berarti dekat mungkin teman dekat Lisa sudah dimana-mana.

Lisa jongkok di depan Haechan, gadis itu menarik kaki kiri adiknya. "Ini yang sakit kan?"

To my lil'brotherWhere stories live. Discover now