Bagian 7: Maaf

1.5K 361 31
                                    

"Teh Isa?!"

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Teh Isa?!"

Haechan berjalan teratih menghampiri Lisa yang baru saja pulang, tapi langkah Haechan terhenti, teh Lisa terlihat begitu kacau. Matanya sembab, pipi yang bengkak apalagi tetehnya ini ternyata hanya memakai sendal sebelah saja. Perih dan sesak rasanya melihat keadaan tetehnya seperti ini.

"Teh Isa kemana aja? Aku khawatir teh, malam-malam begini teh Isa pergi kemana? Sumpah demi Tuhan, kalau aja teh Isa gak pulang Echan gak akan maafin diri sendiri."

Bibir Lisa tertutup rapat, dia bingung harus menjawab apa. Ditambah raut wajah Haechan membuat Lisa teringat ucapan Eunwoo. "Entah berapa kali gue bilang ini—Lisa adek lo satu-satunya orang yang perduli sama lo di rumah, harusnya lo hargain keperdulian adek lo bukannya benci dia. Yang jahat itu orang tua lo, bukan Haechan."

Lisa menatap ke arah lain, dia mencoba mencari sosok Mamah dan Papah nya tapi yang ia temukan hanya kehampaan. Tidak ada kedua orang tuanya, berarti hanya Haechan sendiri yang menunggunya pulang ke rumah bak neraka ini. Hanya Haechan satu-satunya yang menunggu kepulangan Lisa, hanya Haechan. Adik kecilnya.

"Teh Isa naik ke atas, pasti teteh cape kan? Sana istirahat."

Haechan mendorong pelan tetehnya, lalu pemuda itu pergi menuju dapur. Lisa melirik sebentar kemudian dengan lesu berjalan menaiki satu persatu anak tangga dengan lesu.

Dan tanpa Haechan maupun Lisa sadari, Yoona sedang memperhatikan keduanya dari celah pintu kamar. "Kamu pulang." lirihnya disertai helaan nafas lega.




❇❇❇


Tok tok tok

Pintu kamar Lisa diketuk dan detik berikutnya Haechan muncul dengan sebuah wadah serta susu dinampan. Pemuda itu mendekati Lisa perlahan, kakinya membuat Haechan kesulitan untuk bergerak. Dia menghampiri Lisa yang tengah menatapnya datar di kasur lalu tersenyum manis.

"Echan bawain teteh susu hangat sama ini buat kompres pipi teh Isa."

Haechan meremas kain di wadah lalu menempelkan benda itu di pipi tetehnya. Keduanya cukup lama saling berdiam diri sebelum Haechan kembali bersuara.

"Maaf ya teh, teh Isa menderita lagi gara-gara Echan. Pasti hati teh Isa sakit banget ya? Maaf ya teh, semuanya salah Haechan."

Lisa mengambil alih kompresan itu, lalu mengalihkan tatapannya. "Pergi, udah malam mending lo tidur besok sekolah."

Haechan menunduk, dia meremas tangannya gelisah. "Teh aku gak tau seberapa banyak dan segimana sakitnya hati teh Isa selama ini gara-gara kecerobohan Echan yang membuat Mamah sama Papah jahat sama teh Isa. Echan minta maaf teh, coba aja Echan gak lahir dikeluarga ini mungkin teh Isa bakal bahagia."

"Bener kata teh Isa, kehadiran Haechan cuma duri buat teh Isa. Maaf teh, Haechan gak bermaksud jadi duri disini sumpah demi Tuhan. Echan malah mau ngeliat teh Isa bahagia, Echan mau lihat senyuman teh Isa yang udah hilang lagi, tapi mungkin semakin Echan deket sama teh Isa—yang teh Isa rasain cuma sakit aja."

"Maaf teh, maafin Echan yang udah hadir di hidupnya teh Isa dengan tidak tau dirinya. Maafin kehadiran Echan yang ngebuat hati teh Isa terluka separah ini sampe Echan mau ikut obatin aja justru malah nambah lukanya. Maafin Echan karena udah jadi adek gak berguna, maaf teh."

Bahu Haechan bergetar, pemuda itu tidak bisa menahan tangisannya lagi. Ia merasa tidak berguna disini, kehadirannya hanya menyakiti teh Isa saja. Tapi lahir di keluarga ini juga bukan pilihan Haechan, Tuhan yang memilih Haechan untuk lahir dikeluarga ini.

Sumpah demi Tuhan, kalau saja Haechan bisa memilih mau dilahirkan dikeluarga mana, Haechan tidak akan memilih keluarga ini. Tak apa jika Haechan mendapatkan keluarga yang jahat padanya, tak apa. Asalkan kelahiran nya tidak menyakiti siapapun.

"T-tapi ada satu hal yang perlu teh Isa tau kalau Echan sayaaaaang banget sama teteh. Echan setiap hari itu gak bermaksud ngebuat teh Isa dimarahin Mamah ataupun Papah, Echan cuma mau narik perhatian teh Isa. Echan mau diperhatiin sama teh Isa lagi kayak dulu. Tapi tindakan Echan malah ngebuat teh Isa dimarahin bahkan sampe dibentak beberapa kali sama Papah atau Mamah."

"Maaf teh, mulai sekarang Echan gak bakal gangguin teh Isa lagi. Echan gak mau nyakitin teh Isa lebih dalam lagi, udah cukup ngeliat teh Isa menderita karena Echan. Teh Isa harus bahagia, pokonya harus."

Setelah mengucapkan itu Haechan segera pergi dan menutup pintu kamar teh Isa. Sakit, rasanya sakit sekali. Haechan harus apa agar sakit nya hilang? Haechan harus apa? Haruskah Haechan merendam diri di bath up tengah malam begini untuk melampiaskan rasa sakitnya?

Ya, sepertinya itu bukan ide yang buruk. Haechan masuk ke kamar mandi, pemuda itu memenuhi bath up nya dengan air lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam air dan berteriak sekencang mungkin.

"Lo gak berguna, teh Isa menderita gara-gara lo."

"Benalu, duri, nanti apalagi julukan dari teh Isa buat lo Chan?"

"Lo pergi aja gak sih supaya teh Isa bahagia? Kehadiran lo disini cuma luka buat teh Isa."

Haechan memukul-mukul pinggiran bath up, bisikan-bisikan dikepalanya semakin riuh.

Haah

Dadanya kembang kempis, Haechan mengangkat kepalanya dan meraup udara sebanyak mungkin. Pemuda itu meremas pinggiran bath up. Hatinya sakit sekali, berteriak di dalam air pun tidak bisa melampiaskan ini, sakit sekali sampai rasanya Haechan marah. Marah pada diri sendiri. Disini teh Isa yang paling terluka, tapi kenapa dirinya bertindak seolah lukanya sama besar seperti yang tetehnya rasakan? Kenapa?


 Disini teh Isa yang paling terluka, tapi kenapa dirinya bertindak seolah lukanya sama besar seperti yang tetehnya rasakan? Kenapa?

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


Hehe updateee💃🏻💃🏻

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Mar 08, 2022 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

To my lil'brotherजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें