Wattpad Original
There is 1 more free part

4. Memori

11.2K 370 17
                                    


"Bahkan, barang yang dianggap udah nggak berguna, bisa diubah jadi berlian berkat inovasi dan pemikiran yang genius."

***


Sebelah sudut bibir Saga terukir ke atas ketika menyadari sudah dua hari ini ia tidak lagi menemukan kertas yang menempel di spidometer Vespa-nya. Rupanya, memindahkan tempelan kertas waktu itu adalah tindakan tepat. Kini, cewek bernama Selin tidak lagi mengusiknya.

Saga sudah berdiri di dekat Vespa-nya sambil memakai helm. Kemudian, sesuatu yang membentur kakinya, membuat ia menunduk. Ekspresi wajahnya berubah ketika menemukan sebuah mobil mini warna merah setinggi mata kaki ada di dekat kaki. Ada sebuah sticky notes yang menempel pada mobil mini itu. Saga bisa menebak dengan mudah siapa orang yang sedang mengendalikan mobil mini itu.

Alat pengukur massa
disebut neraca,
Penemu baterai bernama Alessandro Volta,

Hai Kakak yang lagi baca,
Kenalin, namaku Selin Ananta.

Selain sebait pantun itu, tertera juga nomor ponsel di kertas itu.

Mobil mini itu bergerak-gerak di kakinya, seolah meminta Saga untuk meraih kertas yang tertempel di sana.

Pandangan Saga masih terpaku pada benda kecil di kakinya itu. Ia benci karena kembali teringat sebuah momen di masa lalu yang sangat ingin ia hapus.

Dengan kesal, Saga menendang kasar mobil mini itu hingga menjauh beberapa meter darinya dengan posisi terbalik.

Selin yang melihat hal itu berkali-kali mencoba mengendalikan remote control di tangannya untuk membuat mobil itu bergerak kembali. Namun, posisi mobil yang terbalik membuat usahanya sia-sia. Roda-roda mobil itu hanya berputar kencang di udara dengan posisi yang memprihatinkan.

Selin makin panik ketika melihat Saga sudah menyalakan mesin Vespa-nya dan bersiap meninggalkan area parkir.

Selin keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian berlari hendak mencegah kepergian Saga.

"Kak, tunggu!" cegah Selin. Percuma, karena tanpa ia duga Saga sama sekali tidak memelankan laju motor ketika melewatinya. Selin terserempet, kemudian tersungkur dengan sikut yang menyentuh aspal lebih dulu. Remote control di tangannya pun sudah terpental di aspal hingga terbelah menjadi dua.

Selin meringis kesakitan dalam posisinya kini. Ia memandangi mobil beserta remote control yang keadaannya sungguh mengenaskan. Bahkan, Selin melihat motor Saga sempat melindas salah satu sisi mobil mini itu.

"Astaga, Selin! Lo kenapa?" Shakira yang kebetulan lewat, segera menghampiri Selin dan membantu temannya itu untuk bangkit.

"Nggak apa-apa, kok," jawab Selin pelan, kemudian memungut mobil mini beserta remote control di dekatnya.

"Nggak apa-apa gimana? Sikut lo sampai berdarah begini!" Shakira mengangkat tangan Selin untuk meneliti luka sobek di sikutnya. "Ini harus cepat-cepat diobati sebelum infeksi."

***

Saga tiba di rumah. Seperti biasa, tidak ada siapa pun di rumah saat ini. Mamanya sedang sibuk di kafe.

Langkah Saga tiba-tiba saja berhenti tepat di depan sebuah pintu gudang yang sudah tidak pernah dibuka selama hampir dua tahun ini.

Saga menatap pintu itu cukup lama. Ia bahkan sudah tidak ingat di mana ia menyimpan kunci gudang itu. Lagi pula, ia memang tidak berniat untuk mengingatnya.

SagaWhere stories live. Discover now