13. Berpakaian

697 78 56
                                    

Setelah selesai memakamkan Anaya, Geri menjadi pendiam. Lelaki itu tidak mengatakan apapun dijalan pulang. Awalnya Gea pikir suaminya itu tertidur karena sejak 20 menit lalu sudah mendatarkan kursinya, meskipun Gea tau jika Geri tak akan membiarkanya menyetir sendirian sampai jakarta sedangkan ia tertidur. Namun saat mendengar lelaki itu bersin Gea tau jika Geri masih terjaga

Gea memasang lambu sent dan menepikan mobilnya. Melepaskan seltbelt ditubuhnya lalu duduk menyamping menatap Geri yang tidak bergerak disampingnya

"Geri" tak ada pergerakan dari lelaki itu sebelum Gea menyentuh pundaknya dan Geri menoleh. Gea meraih tubuh suaminya, mendekapnya lalu mengusap kepala dan punggung Geri sesekali "Kamu udah ngelakuin yang terbaik, sayang. Kamu yang pertama kali tolong Anaya dan bawa dia ke rumah sakit. Berkat kamu dia bisa bertahan meskipun cuma tiga hari. Anaya beruntung ketemu kamu, Anaya beruntung karena kamu jadi dokter. Jadi jangan terlalu dipikirin, aku gak mau kamu sakit."

"Kamu denger tadi keluarga Anaya bilang apa kan? Mereka berterima kasih sama kamu, karena berkat pertolongan pertama kamu, Anaya bisa selamat. Jangan terlalu keras sama diri sendiri aku bener-bener takut kamu kenapa-napa."

Geri membalas pelukan Gea namun tak mengatakan apapun. Meskipun sudah lama bekerja dibidangnya, dan yang meninggal pun sudah pasti banyak, namun Geri tetap tidak bisa untuk menghadapinya. Setiap kali mendengar pasiennya meninggal, Geri akan seperti ini. Menyalahkan dirinya sendiri karena merasa ia tidak becus menjadi dokter.

"Kayak biasanya, aku gak akan larang kamu buat sedih, tapi gak lebih dari 30 menit. Kalo sampe lebih dari waktu yang aku kasih, aku bakal paksa kamu ceria lagi." Ancam Gea

Geri menarik dirinya dari pelukan Gea, dan membiarkan perempuan itu duduk dengan benar "Kita nginep dihotel aja, udah malem, aku juga males bawa mobil"

"Kan aku yang bawa"

"Kamu suka minta gantian, males aku. Udah cari hotel aja"

"Aku kan gak bisa tidur ditempat asing" Gea menghela napas

"Kan ada aku" Geri menoleh "Kamu bisa tidur kok kalo ada aku, orang yang buat kamu nyaman."

"Ish"

"Ya?"

Gea kembali menghela napas lalu menjalankan mobilnya mencari hotel untuk mereka bermalam.

***

Gea benar tentang dirinya yang tidak bisa tidur ditempat asing, karena kini yang perempuan itu lakukan hanyalah berguling kesana kemari sedangkan Geri sudah tidur.

Gea memainkan telinga suaminya berharap lelaki itu bangun dan mengajaknya pulang, tapi Geri justru tidak terganggu dalam tidurnya. Gea berbaring diatas tubuh Geri membuat posisi mereka seperti salib, lalu menatap langit-langit kamar hotel. Gea sudah menguap berkali-kali, tapi tidak bisa tertidur. Perempuan itu juga sama lelahnya dengan Geri, tapi tidak bisa memejamkan matanya.

"Geri...."

"Hm"

"Pulang..."

Geri menarik belakang leher Gea agar berbaring disampingnya, lalu mendekap perempuan itu "Tidur yangg, kalo kamu tidur nanti bangun-bangun pagi deh"

"Aku juga pengen tidur, gak bisa"

"Merem aja, jangan mikirin apapun dan jangan bergerak, nanti juga tidur sendiri. Kalo kamu tidur aku tidur, kalo kamu gak tidur aku juga nggak"

"Kalo gitu pulang aja gimana? Soalnya aku gak tidur"

"Aku pengen tidur"

"Kurang tidur seharian?" Gea melepaskan dirinya dari jeratan tangan Geri "Kamu punggungin aku sana, aku mau munggungin kamu males izin"

After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang