PART 44

42 5 0
                                    

"Putra mahkota memiliki keistimewaan di ujung lidahnya, setiap bulan purnama ujung lidahnya tampak seperti bulan purnama, karena kelahiran pangeran bertepatan dengan gerhana bulan merah yang terjadi setiap 450 tahun sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Putra mahkota memiliki keistimewaan di ujung lidahnya, setiap bulan purnama ujung lidahnya tampak seperti bulan purnama, karena kelahiran pangeran bertepatan dengan gerhana bulan merah yang terjadi setiap 450 tahun sekali. Bersamaan dengan itu, keadaan penduduk langit sedang kacau-kacaunya sebab para penyihir datang untuk menghancurkan semuanya. Karena gerhana bulan merah adalah hari suci bagi para penyihir." Kini ia yang semulanya diam, dan tidak bisa menjawab pertanyaan di awal, berakhir dengan dia mampu menjawab pertanyaan yang hanya diketahui oleh seseorang yang paling dekat dengan Alan serta keluarganya.

"Untuk kau! Aku tahu siapa kau, pria terkutuk!" ucapnya, sambil menunjuk seseorang yang mirip dengannya.

Cahaya hitam pekat itu seketika menggelapkan wilayah langit. Saat seorang itu berubah menjadi sosok yang tampan dan rupawan, dia yang semulanya berpenampilan layaknya prajurit kerajaan kini berubah menjadi sosok Pangeran.

Aku ingin mengingatkan sesuatu terhadap kalian, apa kalian ingat? Dengan sosok pria tampan yang berdiri di balik pohon darah Naga saat Putri Bintang datang ke kerajaan Bulan?

Ternyata inilah dia yang sebenarnya dia adalah .... "Alin?!" Mereka berucap serempak, kemudian pemuda itu tertawa melihat orang di sekitarnya terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

"Bagaimana kabarmu, Anna?" Alin tersenyum dan menatap Anna. Sementara Anna, dia menepis tangan Alin yang mencoba untuk membelai rambutnya.

"Tidak ada waktu untuk berdebat saat ini, ada hal yang lebih penting, Pangeran!" Hanzel menarik tangan Pangeran, sedangkan Pangeran dia menarik tangan Anna.

Tentu saja Alin tidak tinggal diam begitu saja, dia berusaha untuk menarik Anna sebelum akhirnya Alan menghempaskan Alin dan berakhir dia jatuh tersungkur.

Hanzel tidak bisa menjelaskan mengapa dia berusaha untuk menghentikan kekacauan ini, karena memang sudah tidak ada waktu lagi.
Mereka pergi dengan menggunakan kereta kencana milik Anna. Dan di ujung sana ada sosok wanita cantik yang sedari tadi mengawasi mereka, aku kira dia benar-benar pergi.

Ternyata dia masih setia dan bersandar di balik pohon itu.
Sesekali Alan menatap bola magic nya yang baru saja ia keluarkan, dia menatap bola itu lekat sesaat Alan melihat seorang gadis yang tampak kebingungan, entahlah aku juga tidak tahu dia siapa.

Tapi yang pasti dia bukan penduduk langit, karena Pangeran pasti tahu siapa saja rakyat di bawah pimpinan Ayahnya. Alan tak peduli siapa gadis itu, lagi pula apa pentingnya?

"Ibu!" Alan berteriak saat dia sudah sampai di depan pintu kerajaan.

Dia berlari disusul Anna namun belum sempat ia maju, langkahnya Anna dicegah oleh Hanzel, seperti mengisyaratkan.

"Beri waktu Pangeran waktu untuk sendiri tuan Putri," ucap Hanzel, mungkin ini terkesan tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi?

"Tapi Pangeran membutuhkan aku, Hanzel."

"Aku lebih tahu bagaimana Pangeran, Putri Anna. Aku harap kau mau mendengarkan ucapanku, kau boleh menghampiri Alan tapi, tunggu perintah dariku." Hanzel berlalu pergi, aku tahu ini tampak begitu menyakitkan bagi Anna.

Apa kalian pernah merasakan kehilangan? Kehilangan seseorang yang kalian cintai? Ibu misalnya? Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada Alan.

Kalian percaya? Satu ruang lingkup yang tampak begitu bahagia, jika di dalamnya ada satu orang yang pergi untuk selamanya dan itu Ibumu, ruang itu seperti tak berpenghuni sekalipun ada banyak kehidupan di dalamnya.

"Ibu, apa kau lelah? Apa kau mau aku menyuapi Ibu setiap hari? Membersihkan taman? Atau bahkan aku harus menggendong Ibu dan membawa Ibu ke mana kau mau?" tanya Alan, dia duduk di bawah dan menggenggam tangan Ibunya yang terbaring lemah.

"Katakan apa yang kau mau Bu, apa pun itu aku pasti akan melakukannya. Apa aku terlalu kacau? Sampai kau tak mau mendengar ucapanku? Aku terlalu buruk, aku tahu hal itu. Setidaknya jangan membuat aku semakin hancur, aku tidak tahu bagaimana kehidupanku setelah ini. Aku mohon, jangan tinggalkan aku." Bahkan napasnya kini semakin tersendat, aku tidak pernah melihat pangeran, mendadak selemah ini.

"Hidup atau mati itu pasti."

ALANSA [END]Where stories live. Discover now