32. Kuliah?

13.8K 2K 365
                                    

9 Januari 2022. Kemana aja sih ni orang? Ngilang mulu!

Bau nasi hangat yang baru matang, bau ikan goreng yang juga baru matang, bau sambal dan lalapan yang masih segar, berlomba-lomba memasuki indra penciuman setiap orang, berusaha untuk menggugah selera makan bagi siapa pun yang menciumnya. Sayangnya meski bau masakan tersebut sangat menggoda bahkan rasanya pun sangat nikmat, Dirga hampir tidak dapat menikmatinya. Rasa jengkel masih menguasai dirinya sedari semalam, tak dia sembunyikan juga rasa jengkelnya pada orang yang telah membuatnya jengkel. Dia jengkel karena gara-gara orang tersebut dia jadi tidak tidur semalaman.

Sedangkan sang tersangka yang sedari tadi sadar akan tatapan bermusuhan yang diberikan oleh Dirga hanya bisa menerima dengan lapang dada karena memang dirinyalah yang salah. Dia terus saja mementingkan egonya tanpa memedulikan permintaan Dirga untuk berhenti. Dengan kata ajaib ‘sekali lagi' dia dengan mudah memperdaya Dirga yang polos.

Adimas tahu seharusnya dia tidak memaksakan kehendaknya pada Dirga. Tapi ini demi keberlangsungan karirnya. Dia harus mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai Niana dari Dirga. Jadilah semalaman penuh dia menanyai ini-itu kepada Dirga mengenai Niana. Sayangnya meski Dirga dan Niana terlihat sangat dekat namun ternyata mereka baru dekat hanya beberapa bulan ini saja. Jadi informasi yang didapatkan Adimas jauh lebih sedikit dari yang dia perkirakan.

Dengan tanpa kata dan diiringi dengan senyum manis Adimas mengambil ikan goreng yang disediakan oleh penginapan dan menaruhnya ke piring Dirga. Ikan goreng tersebut sebagai bentuk permintaan maaf Adimas, berharap dapat mengurangi rasa jengkel Dirga. Sayangnya permintaan maaf Adimas ditolak. Tanpa pertimbangan, Dirga memindahkan ikan goreng pemberian Adimas ke piring Niana. Jangan harap ikan goreng gratis dari penginapan bisa digunakan buat nyogok Dirga. Jika ingin nyogok Dirga, ikannya harus beli sendiri bukan yang gratisan.

“Nanti naik gunung yang ada di belakang penginapan yuk?” ajak Niana.

“Ayo!” balas Adimas tanpa pikir panjang, yang ada dipikirannya hanyalah cara untuk mendapatkan informasi lebih tentang Niana.

“Saya ngajak Dirga, bukan ngajak Anda. Lagian memangnya Anda tidak punya pasien lain yang perlu diurus?”

“Saya memang punya pasien lain, tapi tidak ada dari mereka yang membuat jadwal konsultasi untuk hari ini” balas Adimas “Jadi ayo naik gunung!”

Sebagai seorang psikolog berpengalaman, Adimas tidak boleh malu untuk bertanya kepada pasiennya meski pertanyaan tersebut terdengar memalukan. Dia harus berani bertanya demi untuk kesembuhan pasiennya. Hingga terkadang keberaniannya berubah menjadi rasa tak tahu malu seperti sekarang ini. Meski Niana sudah berulang kali mencoba ‘menyuruh pulang' Adimas, namun Adimas menebalkan mukanya dan berpura-pura tidak tahu jika Niana tengah mengusirnya.

Cantika yang terlalu malas berdebat dengan Adimas akhirnya pasrah-pasrah saja dengan kehadiran Adimas.

“Memang harus banget hari ini ya? Besok aja gimana?” tawar Dirga yang mengantuk.

“Besok kan sekolah, lagi pula emang Lo mau nginep semalam lagi di sini?”

“Ya nggak sih” jawab Dirga setengah ragu.

“Lagian juga yang lainnya juga mau ke sini”

“Yang lainnya? Maksudnya Bima dan yang lainnya?”

“Iya”

“Ngapain mereka kemari?”

“Kemarin aku nelpon Anjas dan ngajak mereka untuk naik gunung. Hitung-hitung sebagai acara hangout pertama kita. Selama ini selain kumpul di kafe Rando kita nggak pernah kemana-mana bareng”

Leave me aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang