03 | More

219 36 2
                                    

"Lee Jiyoung! Cepatlah sedikit!"

Jiyoung berdecak sebal, dia menatap ke arah pintu kamarnya lalu kembali menatap dirinya di cermin. "Kalau bukan Ayah yang meminta, tidak mungkin aku menghabiskan waktuku untuk pergi ke acara tidak penting ini tanpa Ibu." gerutunya.

Jiyoung menoleh ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya, waktu menunjukkan pukul 8 malam dan Jiyoung belum melihat tanda-tanda kepulangan sang Ibu. Bocah itu segera keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga dan pandangan pertama yang dia dapat adalah Ayahnya yang menggendong Jiwoo dan wanita berponi yang berdiri di sebelahnya.

"Sudah selesai?" Nara bertanya.

Jiyoung tidak menjawab, dia berjalan mendahului Ketiganya dan bergegas masuk ke dalam mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun. Nara menoleh ke arah Heeseung, menatap dengan sedikit kecemasan.

"Dia memang seperti itu." ujar Heeseung.

"Ayo pergi sekarang!" Heeseung berjalan mendahului Nara lalu dia membuka pintu untuk Nara masuk kemudian beralih membuka pintu untuk dirinya setelah menyerahkan Jiwoo ke pangkuan Nara.

Kini semua orang sudah berada di dalam mobil lalu Heeseung bergegas menyalakannya dan melaju pergi dari pekarangan rumah, Heeseung menatap Jiyoung dari kaca spion tengah dimana bocah itu terlihat terdiam sembari menatap jalanan Kota Seoul yang terlihat basah karena habis hujan dan beberapa pejalan kaki yang memakai pakaian tebal.

"Jiyoung-ya, hari ini kita akan pergi ke restoran kesukaanmu." Heeseung membuka suara.

"Iya." jawab Jiyoung tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Kau kenapa? Tidak suka?"

Jiyoung menoleh ke arah Heeseung, "Suka."

"Kenapa tidak bersemangat?"

"Karena tidak ada Ibu."

Heeseung menghela napas panjang, dia melirik Nara lalu kembali menatap ke jalanan. "Ibumu sibuk, dia tidak ada waktu hari ini."

Jiyoung memutar bola matanya, alasan yang sama yang dikatakan Ayahnya saat Ibunya tak kunjung pulang.

"Kau sudah lama tidak makan di restoran itu kan? Jadi bersemangatlah."

Jiyoung kembali menatap ke jalanan, apakah penderitaan ini akan berlangsung lama? Jiyoung akui jika dia sangat membenci dengan apa yang terjadi pada keluarganya saat ini. Dia merindukan Ayah dan Ibunya yang dulu.

◇◆

Tok... Tok....

"Sebentar!"

Kriettt....

"Jihyun eonni?" gadis dengan rambut sebahu dan piyama biru itu membulatkan matanya saat melihat Jihyun yang sudah berdiri di depan pintu dengan keadaan basah kuyup.

"Ryujin-ah..."

"Eonni, cepat masuk!" gadis bernama Ryujin itu mengenggam pergelangan Jihyun dan menarik wanita itu masuk ke dalam, dia menutup pintunya lalu mendudukkan Jihyun di sofa.

"Aku akan mengambil handuk dan pakaian ganti." Ryujin bergegas masuk ke kamarnya untuk mengambil pakaiannya dan handuk lalu dia kembali dan menyerahkannya kepada Jihyun.

"Cepat ganti!"

Jihyun mengangguk, dia sudah hafal dengan denah rumah Ryujin hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi sendiri. Tak lama kemudian dia kembali dengan Kaos putih oversize dan celana training hitam yang semuanya milik Ryujin.

DECEMBER | Lee Heeseung [✔]Onde histórias criam vida. Descubra agora