16. Lontong Putih

7.1K 956 61
                                    

Alfaro mengusap kasar wajahnya yang memerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Alfaro mengusap kasar wajahnya yang memerah. Ia menggerang frustasi, ada apa dengannya akhir-akhir ini? Kenapa dia merasa menjadi pria cabul saat ini? Padahal Al adalah pria yang benar-benar menjaga harkat dan martabatnya sebagai pria yang bersih.

Ia tidak sekalipun goyah iman, saat ribuan wanita mencoba merayunya. Ia bahkan kerap disuguhi pemandangan seksi dan kurang bahan dari kolega wanita, maupun karyawannya yang ingin menarik perhatian Al. Pria itu yang hanya menatap jengah, ataupun kadang melengos tak peduli ... kenapa saat Lia yang memperlihatkan tidak seberapa dibanding wanita di luar sana, membuatnya ...

Akhhhh, dasar gila! Dia harus segera mengenyahkan pemikiran yang membuatnya sinting secara mendadak.

Saat akan pergi ke kamarnya, Al terhenti dan menatap ke arah pintu, saat terdengar bel rumahnya berbunyi.

Al terhenyak. Namun, kini tangannya menekan layar, untuk membukakan pintu.

Dia Devano Hendra Saputra. Kakak tiri, yang membenci kehadirannya di dunia ini. Pria itu segera masuk, dengan mendobrak pintu kasar. Ia mencengkram kerah baju Al, penuh intimidasi dengan sorot matanya yang menatap remeh.

"Dasar pria brengsek tidak tahu diuntung!!! Jika sekali anak haram, tetaplah seperti itu. Kenapa anak dari hasil perselingkuhan sepertimu harus menjadi hambatan untuk kehidupanku???" Devan dengan wajah sangarnya, sorot matanya penuh kebencian dan dendam ke arah Al.

Al mencoba melepas tangan Devan yang di kerah lehernya dengan pelan. "Kita bicarakan dengan baik-baik. Apalagi masalahnya kali ini? Sepertinya aku sudah melepas proyek besar untuk perusahaan Ayah."

Devan melepas cengkramannya dengan kasar. Ia menyeringai sinis. "Jangan panggil ayahku dengan sebutan Ayah. Itu terdengar menjijikkan. Lagian siapa dirimu membuat perusahaan ayahku seperti mendapat sumbangan darimu, hingga bisa bertahan dari kebangkrutan?" Pria itu yang kini mengambil duduk di salah satu kursi.

Perusahaan Hendra Group, adalah perusahaan raksasa milik keluarga besar Hendra. Alfaro yang berkedudukan sebagai anak gelap dari tuan besar Hendra, beberapa tahun lalu memutuskan untuk keluar dari rumah mewahnya.

Cukup sudah tujuh belas tahun hidupnya yang bagaikan transparan di dalam keluarga itu. Al, akhirnya merintis bisnisnya sendiri ... mulai dari nol. Ia bahkan pernah menjadi pelayan cafe, sopir taksi, bahkan tukang angkut di pasar, untuk bertahan.

Benar-benar membutuhkan banyak waktu dan kerja keras hingga membuat perusahaan miliknya, A company sebesar ini ... hingga mampu menyaingi perusahaan yang berdiri ratusan tahun lalu, milik ayahnya.

Usia sang ayah yang terbilang cukup tua, berumur tujuh puluh tahun lebih ... membuatnya menurunkan jabatannya ke sang ahli waris sah, Devano Hendra beberapa bulan lalu. Namun mungkin kurangnya kecakapan, dan pengalaman Devan dalam mengelola perusahaan ... dalam kurun beberapa Minggu saja saham perusahaan menurun drastis.

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Where stories live. Discover now