8 | BEBANKU SANGAT BERAT

130 19 58
                                    

Davesh menatap Shea lekat-lekat saat mengatakan I love you hingga membuat dada gadis itu berdebar hebat. Sementara itu, tiga pasang mata juga menatap Davesh dan Shea. Dewa yang sadar jika ia bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan Davesh yang sudah mapan. Wren menampilkan wajah gembira padahal hancur di dalam hati. Pemuda itu menyadari jika hatinya telah tertuju pada Shea. Sepasang mata lainnya milik Aarav, mata yang memancarkan luka dan putus asa. Cintanya layu sebelum berkembang karena permusuhan di antara mereka.

"Maaf, Kakak tidak kenal siapa pun hingga memilihmu," bisik Davesh lembut.

"Setelah ini kita bakal di-bully berjemaah, Kak," bisik Shea.

"Cie-cie, Kak Davesh keren. Terima ... terima ...."

"Sudah, sudah. Ayo lanjutkan games-nya," jawab Davesh.

Botol kembali berputar dan kali ini mengarah ke Aarav.

"Apa yang disesalkan saat ini? Truth or dare?"

"Truth. Nggak ada kesempatan untuk deketin gadis yang gue cinta."

Ucapan Aarav membuat suasana menjadi hening. Tidak ada yang menyangka jika pemuda itu akan menjawab. Botol kembali berputar dan mengarah pada Shea. Seketika sorak-sorai terdengar kencang.

"Truth or dare. Sebutkan kriteria cowok idaman lo."

"Truth. Gue suka cowok yang apa adanya, nggak munafik, romantis, sayang gue, dan dewasa."

"Wuaaa ... Kak Davesh sekali. Uhui, dari games ini lahirlah pasangan baru, Davesh dan Shea. Congratulations to both of you. Mantap jiwa."

Shea menepuk jidat, harusnya ia tidak perlu menyebut kata dewasa. Tania yang dari tadi memperhatikan Davesh dan Shea tampak tersenyum. Davesh memang terlihat menyayangi Shea. Sebaliknya, Shea terlihat biasa saja.

'Calon cinta bertepuk sebelah tangan,' batin gadis yang memiliki rambut curly tersebut.

Setelah acara ulang tahun selesai, Shea ikut pulang ke rumah Wren dan tidur di kamar tamu. Wren mendatangi kamar Davesh.

"Kak, aku boleh masuk?"

"Masuk, nggak dikunci."

"Lagi ngapain, Kak?"

"Tugas kantor. Ada apa? Tumben ke kamar Kakak."

"Kakak suka Shea?" tanya Wren to the point.

Davesh langsung menutup laptop dan meminta Wren duduk bersamanya di sofa.

"Maaf, tadi hanya games, Wren. Kakak tidak kenal siapa pun selain Shea. Jadi, Kakak terpaksa mengatakan hal tersebut padanya. Jangan khawatir, Kakak tahu kalau kamu suka gadis itu," ucap Davesh menatap adik yang disayanginya.

"Justru salah. Aku dan Shea hanya sahabat, Kak. Rasa sayang di antara kami seperti Kakak Adik saja. Kalau Kakak menyukai Shea, aku akan bantu Kakak untuk mendekatinya. Shea gadis yang baik, tetapi rapuh. Hanya satu yang aku pinta, Kakak jangan menyakiti hatinya. Ia sudah banyak menderita selama ini. Itulah sebabnya, aku selalu menjaga Shea," jelas Wren panjang lebar.

Davesh mencoba mencari kebenaran dalam iris Wren. Lelaki itu yakin jika Wren sebenarnya mencintai Shea.

"Jangan bohong pada dirimu sendiri, Wren. Kakak tahu dengan pasti jika kamu mencintai Shea. Terlihat semuanya dari matamu."

"Tidak, Kak. Aku tidak pernah merasakan debaran saat bersama Shea. Begitu juga dengannya. Kakak mencintai Shea? Tolong katakan dengan jujur."

Davesh diam, ia tidak mau langsung menjawab karena jawabannya akan memengaruhi kehidupan Wren ke depan.

Arashea - When Love ComesWhere stories live. Discover now