CHAP 4. Dunia yang berbeda

769 105 16
                                    



***

Author POV

Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi seisi Aula disebuah gedung yang berada ditengah-tengah kota. Jisoo baru saja menyampaikan Pidato seminarnya hari ini. Seluruh peserta Seminar menyukai apa yang disampaikan Jisoo. Mereka kagum dengan semangat juang seorang Kim Jisoo. Meski dengan keterbatasan yang dia miliki tidak membuat wanita itu patah semangat. Mereka benar-benar termotivasi untuk terus produktif, siap bersaing dengan orang-orang lain diluar sana.

Jisoo dibantu sekertarisnya Bae Irene, turun dari atas podium. Mereka berdua langsung disambut oleh dua orang pria begitu sampai kembali di belakang podium.

"Nona Kim... seperti biasa, materi yang anda sampaikan benar-benar hebat!" Ucap salah satu pria setengah plontos.

"Trimakasih atas sanjungannya Tuan Choi. Saya hanya sekedar berbicara dengan pengalaman saja." Balas Jisoo kepada pria yang bernama Choi In-Yeon. Pria yang juga kerap kali melakukan aktivitas sosial untuk membantu warga disekitarnya.

"Anda selalu rendah hati Nona Kim! Saya benar-benar kagum kepada anda! Benarkan nak?" Tuan Choi berucap. Melirik kearah putranya yang berada tepat disampingnya.

Choi Jin Hyuk mengangguk. Setuju dengan apa yang ayahnya katakan barusan."Benar Abeoji, Nona Jisoo bukan hanya rendah hati, namun juga luar bisa." Ujar pria tiga puluh lima tahun tersebut sembari melirik kearah Jisoo didepannya tertarik.

"Semua manusia pada dasarnya murni Tuan Jin Hyuk-ssi. Hanya saja kita perlu melihatnya dengan teliti. Tergantuk bagaimana kita menanggapinya"Balas Jisoo masih mempertahankan wajah sopannya.

Jisoo sedikit menoleh kesamping."Apa kita ada Janji lain Irene eonnie?"

"Nee Nona Kim. Kita harus kembali kekantor dan melakukan meeting dengan beberapa editor" Jawab Irene. Mengerti sinyal yang coba Jisoo sampaikan kepadanya.

"Itu isyarat saya untuk pergi" Ucap Jisoo dengan senyum formalitasnya. "Kalau seperti itu, saya pamit terlebih dahulu Tuan-tuan! Senang bertemu dengan kalian lagi. Sampai jumpa" Sambungnya lagi.

"Nee Nona Kim! Senang bertemu dengan anda kembali!"

"Semoga lain kali kita bisa bisa duduk bersama untuk sekedar bertukar cakap dengan santai."

"Kita lihat saja nanti" Ucap Jisoo. Menganggukkan kepalanya kepada kedua pria tersebut.

Kembali dituntun oleh sang seketaris. Jisoo melangkah pergi dari tempat tersebut meninggalkan kedua pria yang menemuinya itu.

Setelah cukup jauh dari mereka. Irene, sedikit kembali melirik kebelakang. Memastikan dua pria itu tidak mengikuti mereka."Tuan Choi sangat pantang menyerah untuk menjodohkanmu dengan anaknya itu Jisoo-ah" Kata Irene. Mengungkapkan apa yang ada diisi kepalanya. Irene memang bersikap informal jika hanya berdua saja dengan Jisoo.

Jisoo menggidikkan bahunya acuh."Aku tidak tertarik, lagi pula Tuan Choi memiliki maksud tersendiri dari tujuannya itu. Sebentar lagi dia akan mencalonkan diri jadi wali kota."Balasnya acuh. Meski Jisoo tidak bisa melihat. Namun dia tahu siapa-siapa saja yang berniat tulus atau tidak kepada dirinya.

Irene mengangguk setuju."Ya, mereka sangat ingin mencari perhatian dari masyarakat menggunakanmu! Huh, aku tidak akan membiarkannya!!" Tukas gadis yang sudah lama bekerja bersama Jisoo tersebut. Wajar saja kalau Irene bersikap protektif kepada Jisoo.

Jisoo yang mendengar itupun hanya menyunggingkan senyumannya. Dia tidak merasa kurang akan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya.

"Aku tahu, eonnie tidak akan membiarkan aku bersama putra Tuan Choi itu"

COLORS [SELESAI]Where stories live. Discover now