🌸 3. Don't Called It Fate 🌸

350 105 78
                                    

Pukul setengah delapan malam, Haechan sedang bersandar di bangku gaming-nya sambil berteleponan. Kamarnya terlihat berantakan layaknya seorang bujangan, namun banyak buku-buku pelajaran kimia di deretan lemarinya yang tersimpan rapi.

Di telepon terdengar ada suara percakapan yang tidak begitu jelas karena ponsel seolah dijauhkan, sesekali ia mengenali suara Lara dan Renjun, namun ada suara tambahan seorang laki-laki dan dua perempuan lain. Begitu sulit untuk didengarkan.

"Woy, Koh? Lo denger omongan gue tadi, gak?!" tanyanya bingung.

Tidak ada sahutan juga, akhirnya Haechan melirik ke layar ternyata masih tersambung. "Lara? Apa teleponnya ada di kamu sekarang?"

Haechan mengernyit heran sambil menggaruk perutnya. "Ini masih gak ada penghuninya juga? Gue harus ngobrol sama siapa-"

"Kata Renjun, lo nyariin gue?" sahut seseorang, terdengar asing dan berhasil membuat Haechan kaget.

"Lah? Kapan gue suruh dia cari orang. Elo siapa, deh? Tolong balikin teleponnya ke Lara, dong."

"Lo siapanya Lara?"

"Dih, balik tanya. Elo yang siapa? Gue pacarnya. Hape yang lo pake juga punya cewek gue, buruan kasih ke dia."

"Gue Jaemin. Cewek lo lagi bantuin temennya nyari anting yang hilang di taman hotel."

"Lah, elo-yaudah, kasih teleponnya ke Renjun."

"Renjun juga lagi bantuin mereka. Jadi, lo mau gue tutup teleponnya atau tunggu mereka selesai, nih?"

Haechan pun berpikir sejenak, ia memikirkan harus bicara secara langsung atau tidak pada Jaemin mengenai sepupunya.

***

Sementara di tempat lain, Lara dan Renjun memang benar sedang ikut mencari sebelah anting milik Ningning yang terjatuh entah di mana saat asyik berfoto-foto bersama Giselle.

"Duh, Mama~ semoga bisa ketemu. Itu anting favorit gue," ucap Ningning cemas sambil menyenter pakai ponselnya mencari di rumput.

"Kalian foto-foto di mana aja, Sel?" tanya Lara pada temannya, Giselle menoleh dari pandangan tertuju ke semak-semak.

"Di sini, terus di dekat air mancur itu, sama patung di sebelah sana." Giselle menunjuk.

"Biar cepat gue cari di dekat patung-eh, iya, Renjun. Hape gue mana?"

Renjun yang sedang di mencari di rumput langsung menoleh. "Ada di Jaemin, abisnya si Haechan bilang mau ngomong sama dia. Gak bakal hilang, udah gue suruh Jaemin buat nunggu lo di tempat tadi. Tenang aja, La."

"Jaemin?" Lara mengernyit bingung. Rasanya agak aneh tiba-tiba pacarnya ingin bicara pada orang itu, padahal selama ini tidak pernah membahas tentangnya.

"Iya-"

Giselle menyela, "Ren, lebih baik bagi tugas. Elo bantu cari di air mancur itu aja. Lara di bagian patung sana, biar gue sama Ningning di sini."

"Mendingan Lara carinya di dekat air mancur aja, biar gue yang di patung, soalnya kejauhan dan gelap dekat pohon besar. Kalau kalian udah nemu, jangan lupa kabarin gue." Lelaki itu segera pergi.

Giselle tersenyum geli sambil menatap Lara. "Ternyata anak Pemimpin Yayasan orang baik, ya. Gantleman lagi. Sayang banget, sih, kalau dia jadian sama Jaemin."

"Gue bilang juga apa, dia itu normal dan baik. Cuma elo dan Ningning aja yang mengkhayal kejauhan. Btw, gue pergi ambil hape dulu, ya."

"Oke, La. Awas jatuh cinta sama pacar Chenle," gurau Giselle.

Fix You Where stories live. Discover now