🌸 11. Why Her Not Me? 🌸

244 78 52
                                    

Pada hari pertama kembali sekolah, seperti biasanya di pagi hari, Lara diantar oleh Haechan ke sekolah dengan mobil sedan hitamnya.

Selama di perjalanan, gadis itu menatap kasihan sambil mengusap pipi pacarnya-yang sedang fokus menyetir.

"Setelah dari pulang study tour, aku ngerasa kamu kelihatan agak kurusan. Kamu pasti banyak pikiran soal Winter, ya?"

"Iya. Aku bingung harus gimana. Setelah tahu kabar Jaemin pacaran, dia berusaha kelihatan kuat dan baik-baik. Aaahh, makin rumit aja masalahnya. Kenapa harus waktunya bertepatan dia jadian sama Karina," keluh Haechan.

"Mau aku bantu bicara ke Jaemin buat ketemu Winter?"

"Makasih banyak, La, tapi itu gak perlu. Aku gak mau kamu malah berurusan sama dia lagi. Kamu juga penting buat aku. Jadi, kamu tenang aja, aku lagi berusaha nyari cara lain, kok." Haechan menyempatkan satu tangannya pindah dari setir, lalu mengusap kepala Lara.

"Oh, oke."

Begitu setibanya mereka di depan SMA Bestari Jakarta, Lara berpamitan turun dari mobil. Di belakang mobil Haechan, juga ada mobil lain yang baru saja berhenti dan menurunkan penumpang.

Lara yang melambaikan tangan pada pacarnya di dalam mobil, mendadak berhenti oleh sapaan seseorang yang turun dari mobil belakang.

"Pagi, La. Lo diantar sama siapa, nih?"

Haechan pun mengamati pemuda itu, terlihat sok akrab pada ceweknya.

"Pagi, Mark. Dia pacar gue," jawab Lara dengan agak segan. Dirinya merasa agak malas bicara pada orang itu setelah pengakuannya mengenai video.

"Hooo, pacar. Perhatian banget sampai nganterin ke sekolah pagi-pagi."

"Oh, jadi elo yang udah merekam dan nyebarin video sembarangan soal cewek gue," ucap Haechan dengan tampang julid.

Lelaki itu mengangguk. "Sorry, Bro, gue malah buat cewek lo kena masalah waktu itu. Sekarang udah gak ada kesalahpahaman dan masalah lagi, kok."

"Masa? Kalau ternyata dia masih jadi korban bully di sekolah akibat video lo, mau bilang apa?"

"Gak bakal, serius. Jaemin udah jadian sama primadona sekolah-"

"Wey, Mark! Tadi wakil ketua kelas IPA 2, nyariin lo, 'tuh!" panggil seorang murid dari kelasnya di depan gerbang.

"Oh, iya!-eh, La, gue cabut, ya. Ada urusan." Mark segera berlari kecil ke gerbang.

"Yeu, malah kabur." Haechan sewot.

"Tuh, kamu dengar sendiri," ujar Lara bersama senyuman kecil. "Jangan khawatir soal aku di sekolah, Chan. Setelah mereka jadian, aku emang gak pernah diomongin cewek-cewek di sekolah. Kata Giselle dan Ningning, nama aku langsung hilang begitu aja di pembahasan grup chat angkatan."

Haechan pun bernapas lega, dan wajahnya kembali ceria. "Iya, Sayang."

***

Di waktu berlainan, Chenle sedang telentang di bangku yang berada di koridor anak kelas sebelas. Pemuda itu tampak lesu selama memandangi langit-langit gedung sekolah.

"Hidup gue di sekolah kembali tenang. Gak ada lagi cewek-cewek yang berusaha menyerang gue setelah Jaemin pacaran, Do," ujar Chenle bicara pada Edo yang di sampingnya, duduk dan bersandar di tembok.

"Terus kenapa pagi-pagi lo murung, anjir? Kangen diuber-uber sama cewek macam bekantan betina ngamuk?"

"Gue bete aja. Study tour udah selesai, tapi doa gue belum kekabul juga punya pacar. Malah si Kampret yang jadian, mana kerjanya pamer hubungan mulu. Norak banget."

Fix You Where stories live. Discover now