BAB 10 - KRISIS (Part 1)

121 8 0
                                    

Sebenarnya Julie dari dulu selalu bertanya-tanya, mengapa Cathy selama ini dapat mempertahankan hubungannya dengan Jake tanpa masalah.

Kepergian Emma ke luar negeri sedikit banyak memang telah memberikan keleluasaan bagi Cathy untuk meneruskan hubungannya dengan Jake tanpa hambatan. Tapi lebih dari itu-masalah yang sebenarnya justru ada pada kepribadian Cathy itu sendiri.

Orang-orang normal pun tahu hal ini.

Cathy masih tergila-gila dengan Richard.

Setiap jam makan siang di kafetaria, teriakan histeris Cathy dan para gadis setiap mereka membahas soal Richard Sang Pangeran tentu saja menggaung dengan sangat jelas di sekeliling ruangan kafetaria-seperti auman singa di padang rumput Sabana. Tak ada alasan yang masuk akal yang bisa membenarkan bahwa di tengah-tengah kegilaan ini, Jake tidak mengetahui penyimpangan yang jelas-jelas terlihat bahwa Cathy masih sangat menyukai Richard sampai sekarang.

Atau Jake memang bisa memakluminya begitu saja. Karena Jake memang tidak pernah merasa cemburu pada siapapun orang yang digila-gilai oleh Cathy, atau karena Jake memang laki-laki super-seperti yang selalu diakui Cathy selama ini. Tidak ada yang tahu bagaimana persisnya.

Julie baru saja akan melupakan hal ini dan mulai menganggapnya sebagai sebuah kebetulan yang wajar dan tidak penting untuk dipikirkan, sampai akhirnya ia mendengar sendiri kabar yang mengagetkan dari Cathy Pierre saat mereka berlima-tanpa Cassandra-sedang berjalan menuju kafetaria pada jam makan siang.

"Aku putus dengan Jake," kata Cathy suatu ketika, memecah keheningan.

Pembicaraan ini begitu tiba-tiba dan tidak terencana sebelumnya. Di satu sisi terdengar seperti sedang serius, tapi sepotong kalimat menggantung yang baru saja diucapkannya itu tentu saja justru mengundang tanda tanya para gadis mengenai kebenaran ceritanya, mengingat dramatisasi yang biasanya dilakukan oleh Sang Ratu Telenovela.

Kecuali Julie.

"Ha?" Julie bengong. Cukup sulit baginya untuk memahami apa yang sedang terjadi saat itu, terutama karena saat itu ia sedang berkonsentrasi berkhayal tentang rencana pamungkasnya untuk mengerjai ibunya di hari ulang tahun Lily bulan depan.

"Dia minta putus tadi pagi," kata Cathy. Cathy menggeram dan keningnya mengerut. Raut wajahnya benar-benar menunjukkan kekesalan yang teramat dalam. "Laki-laki itu minta putus dariku tadi pagi!"

"KENAPA!?"

Ia meraung dengan nada yang amat marah.

Keempat gadis The Lady Witches saling berpandangan dalam bahasa isyarat yang baru saja mereka ciptakan. Mereka tadinya tak yakin apakah gadis ini sedang bicara serius atau sebenarnya hanya ingin mencari perhatian saja-seperti yang biasanya ia lakukan. Tapi melihat reaksi Cathy yang lebih dramatis daripada biasanya, bisa disimpulkan kalau kejadian kali ini memang sungguhan.

"Apa yang terjadi, Cath?" tanya Jessie. "Mengapa dia tiba-tiba memutuskanmu? Apa kau melakukan sesuatu yang buruk padanya?"

Julie hampir saja akan menanyakan pertanyaan yang sama dengan Jessie-tapi untung saja tidak jadi. Pertanyaan itu ternyata membuat Cathy ngamuk besar.

"APA?" hardik Cathy. Ia memandang Jessie dengan tatapan sinis yang kejam. Sorot matanya mengkritik tajam, seolah-olah akan menusuknya dengan jari-jarinya yang baru saja di-pedicure.

"Berbuat sesuatu yang buruk!? AKU??"

Julie bersyukur setengah mati ia tadi tidak jadi menanyakan pertanyaan konyol itu. Kalau saja ia jadi menanyakan pertanyaan itu menggantikan Jessie, bisa-bisa ia terkena serangan jantung dan masuk ruang ICU dengan tabung oksigen sekarang. Atau meleleh menjadi es krim encer.

Friday's Spot: JULIE LIGHT & KELAS PRANCISWhere stories live. Discover now