Kisah Kita

650 103 15
                                    

Assalamualaikum guyss!!!

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan, dan selamat hari paskah bagi yang merayakan. Maaf telat banget upload nya

Yuk ikutin Ig @Afien_pena biar bisa tau perkembangan tulisan aku

Happy Reading Guyss!!!!

Usai drama menangis yang dilakukan melati, kini dirinya berada di sebuah pantai menikmati udara malam hari. Vino yang terpejam di kursi kemudi bergerak mengeratkan jasnya karena hembusan angin menganggu kenyamanannya.
Melati mengusap air matanya, ingatan tentang tingkahnya mengejar sang pujaan akhirnya berbalas. Namun melati tak lagi bisa menyambut baik perasaan saka. Bukan melati mempermainkan saka, bukan maksudnya mengusik hidup pria itu. Nyatanya disini dia juga merasakan sakit yang teramat.

Jujur saja melati ingin egois dengan rasanya yang kian membuncah, tapi ia tidak ingin mematahkan hati wanita lain.

Ingatan melati terlempar ke tempo hari, dimana dirinya yang sedang membantu mendata kesehatan anak-anak pengungsian. Sesosok wanita cantik yang ia tahu merupakan calon istri Saka mendatangi dirinya.

Flashback

Melati membelai kepala balita di pangkuannya, setelah selesai mengecek kebersihan kuku dan telinga anak itu.
Ia gemas pada anak gendut itu yang terus merengek minta dipangku.

Setelah menyelesaikan tugasnya, melati merapikan perlengkapannya. Senter kecil yang ia gunakan untuk mengecek telinga anak-anak jatuh menggelinding keluar tenda. Melati bergegas mengambil senter itu tapi tangan lain lebih dulu meraihnya.

"Mbk.." Melati terpaku.

"Bisa minta waktu kamu untuk ngobrol? Saya ada hal yang ingin dibicarakan," kata Amira sembari memberikan senter pada Melati. Melati yang kaget hanya mengangguk kecil, dan segera membuntuti kemana wanita berhijab itu mengajaknya bicara.

Mereka sampai di belakang tenda yang cukup sepi, Amira mengajak Melati duduk pada sebatang pohon rubuh yang telah disulap oleh para warga menjadi bangku tempat bercengkrama.

"A-apa yang mau mbk bicarakan ya?" Tanya melati setelah keterdiaman mereka yang cukup lama. Amira yang semula menatap anak-anak bermain, beralih menatap melati.
Wajahnya yang semula nampak cuek kini menerbitkan senyum kecil sehingga membuat mata melati silau karena keanggunan Amira.

Wanita itu benar-benar lebih segalanya dari pada melati. Tutur katanya, hijab yang melekat di kepalanya dan sikap lemah lembutnya. Melati merasa terbanting dengan semua yang ada pada Amira. Pantas saja saka memilih calon istrinya, selain mereka telah berteman lama, Amira juga merupakan sosok yang akan cocok mendampingi Saka dari sudut manapun.

Hati melati diremas kuat.
"Kamu gadis yang sering mendekati mas saka kan," ujar Amira, melati dapat melihat kilat kemarahan dan kecemburuan yang berhasil ditahan Amira dengan senyumnya.
Melati yang kaku, menganggukkan kepalanya karena hal itu memang benar adanya. Bukan saka yang mendekatinya tapi dirinya yang gencar mengejar pria itu.

"Saya..."
Amira membenarkan hijabnya, "saya hanya minta satu hal dari kamu." Amira menggengam tangan melati.
"Tolong tinggalkan mas saka, kami sudah dari lama dijodohkan."

Bongkahan es berhasil menghantam jantung melati hingga rasanya sampai kepala. "Kami sebentar lagi akan melangkah ke jenjang yang lebih, jadi saya harap kamu menjadi gadis baik. Kamu tidak ingin dianggap perebut milik orang lain kan, kamu gadis pintar dan baik hati." Amira melepaskan genggaman tangannya. Ia  kemudian berpamitan pada melati yang membeku dalam pikirannya.

Setetes air mata jatuh dari sudut mata melati, isakan kecil mulai terdengar yang makin lama makin meledak.
Melati memukul dadanya yang sesak, kenapa rasanya sesakit ini. Padahal dia dan saka hanya orang asing yang kebetulan dipertemukan.

Saka hanyalah satu pria yang beruntung melati kejar, bahkan diluar sana masih banyak pria lain yang mengejarnya. Namun melati lagi-lagi hanya berpusat pada saka, pria itu seperti segitiga bermuda yang terus menarik dan mencoba menenggelamkan melati ke dasar palung cinta tak berujung.

Suara tawa anak-anak berdengung di telinga melati yang berusaha menghentikan tangisnya.

Kini dirinya sudah pasti harus mundur, ada orang yang lebih berhak bersama saka. Karena perempuan itu bahkan berjuang lebih lama dan lebih keras dibandingkan dirinya yang hanya bertemu kemarin.

Flashback end

Melati merasa telapak tangan hangat menghapus air matanya. Ia memalingkan wajahnya kearah vino yang menatapnya tajam.

"Bodoh!" Ucap vino.

Melati menangis kembali, benar kata vino dia bodoh. Bodoh sekali menjatuhkan hati pada pria seperti saka.

Vino merengkuh melati yang menangis tersedu-sedu, pria sipit itu memasangkan jas yang sudah terlepas dari badan kokohnya.

"Berhenti menangisi pria lain, kalau dia tidak bisa membuatmu tersenyum biarkan aku yang membuatmu tersenyum," vino mengusap kepala melati dalam rengkuhannya.

"Ayo menikah," ucap vino pada melati lirih. Gadis itu sempat tertegun tapi kembali mengeraskan tangisannya sembari memukul-mukul dada bidang vino.

Vino, pria gila itu tau ucapannya terlalu berlebihan. Tapi dia tidak peduli, dia tidak bisa melihat wanita yang ia sayangi meneteskan air mata. Apalagi wanita ini adalah bagian dari adiknya, sosok yang selalu menjadi teman adiknya menemani adiknya dengan kasih sayang yang besar. Vino juga akan melakukan hal yang sama pada melati, dia juga telah meletakkan kasih sayang yang besar pada melati sama seperti pada adiknya celsa atau bahkan lebih.

***

Saka mencoba menghubungi nomor telefon melati namun nomornya bahkan sudah di blokir. Ia bahkan selalu menunggu melati sembari bertugas di jalan, tapi gadis dengan scoppy merah mudanya itu tak lagi nampak.

Beberapa kali ia bahkan datang ke kampus tempat melati kuliah, tp dia tak bisa menemukan melati dimanapun. Seolah gadis itu hilang ditelan bumi, saka tau ini pasti ulah dari pria yang memeluk melati sore itu.

Saka meremas kertas desain undangan pertunangan yang ibunya berikan untuk ia lihat. Saka hanya tidak mau semuanya berakhir seperti ini, dia memang mencintai melati, tapi dia sadar tak bisa bersama gadis itu.

Ibunya dan ayah Amira telah merancang pertunangan mereka dengan alasan usia mereka yang sudah sama-sama dewasa. Saka bisa saja menolak, tapi dia terlalu pengecut untuk sekedar menolak permintaan ibunya, apalagi hal ini juga yang sudah direncanakan mendiang ayahnya.

Daniel yang melihat kakaknya frustasi hanya menatap jenuh pria itu, padahal jika saka mau saka lebih dari mampu jika hanya menolak. Tapi saka adalah pria paling pengecut yang pernah Daniel kenal, laki-laki yang dalam kariernya sukses mengguncang musuh dan pesaingnya justru gugur sebelum memulai dalam kisah romansanya.

"Semuanya udah terlambang mas, kalau lu ga terlalu pengecut gw tau lu ga akan ada di posisi lu sekarang," Daniel melemparkan ponselnya berisi foto yang tak sengaja ia dapat dua minggu yang lalu saat mengantarkan temannya memberikan donasi ke pengungsian.

Saka menggeram melihat siapa yang berasa di foto itu. Sepertinya semuanya sudah terlambat untuk diperbaiki, bahkan saka sudah tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya pada melati.

Setidaknya jika tidak bersama, mereka tidak terpisah karena kesalah pahaman yang telah ia ciptakan.

================================

Wowowowo siapa yang kaget sama alur ini, kira-kira apa yang bakal terjadi selanjutnya.

Kesel ga sih sama saka? Cape ga sih sama melati? Atau kalian marah sama vino yang mencari kesempatan?

Tunggu aja kelanjutanya gimana, pokoknya disini bakal ada beberapa hal yang harus dipahami. Dan kalian harus tebak apa itu.

Terimakasih udah stay dan dukung cerita ini. Aku tunggu komentar kalian

Advanture MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang