Prolog

139K 9.9K 230
                                    

Ibu Sherina Augustin,

Terima kasih atas ketertarikan Anda terhadap posisi Project Expansion Officer di Ivona Indonesia di Jakarta Raya, Indonesia. Sayangnya kami tidak akan meneruskan proses lamaran Anda, tetapi terima kasih atas ketertarikan Anda terhadap Ivona Indonesia.

Hormat kami,
Ivona Indonesia

Aku menarik napas panjang, berusaha untuk nggak terlalu kecewa saat membaca email itu. Ini sudah terjadi dalam hidupku puluhan bahkan ratusan kali dalam setahun terakhir. Harusnya, sih, rasanya nggak terlalu mengecewakan lagi.

Tetapi, aku tetap kecewa. Rasa kecewa yang muncul ini nggak bisa ditepis atau bahkan dianggap tidak ada. Dia muncul begitu saja seperti perutku yang terasa lapar karena belum ada yang makanan yang harus dicerna lambungku dari pagi.

Aku menundukkan dahi di meja belajarku. Seeking for a job selalu dibilang tidak mudah oleh sebagian orang. Tidak bagiku. Bagiku bukan lagi tidak mudah, tapi sangat sangat sangat tidak mudah! Aku sudah menganggur selama setahun, nggak ada pemasukan, masih minta-minta sama orang tua. Malu sekali! Disaat aku melihat teman-temanku bahkan sudah selalu mengirimkan sedikit rezeki ke orang tua, aku bahkan harus hemat setiap hari karena sungkan minta lagi ke Mama dan Papa.

Aku mau kerja, tapi nggak ada perusahaan yang mau merekrutku.

Berbagai alasan dari kualifikasi tidak sesuai—padahal mereka membuka untuk semua jurusan, pendidikanku yang terlalu tinggi untuk posisi yang kulamar, sayang pindah haluan dari pendidikan yang kutempuh dalam lima tahun terakhir—aku memang mengikuti kelas percepatan di universitas. Saat aku semester 7, aku udah masuk kelas semester 1 untuk meraih gelar master. Nama programnya fast track.

Lama kelamaan aku mulai mempertanyakan kredibilitasku sebagai manusia. Aku udah putus asa. Mama dan Papa dari yang setiap hari bertanya tentang pekerjaan mulai bungkam dan nggak bertanya lagi. Mungkin, karena terakhir kali aku menangis frustrasi saat menelepon mereka dan mengatakan mau pulang kampung saja.

Kalau aku pulang kampung, aku nggak perlu membayar kos semahal ini di Jakarta. Aku juga bisa hemat biaya makan karena ditanggung oleh orang tuaku.

Tetapi, pulang kampung pun rasanya malu sekali. Banyak tetangga yang mempertanyakan pekerjaanku papa Mama dan Papa. Mereka mengira bahwa putri sulung orang tuaku setelah merantau akan sukses. Boro-boro sukses! Sudah satu tahun aku bertahan hidup dengan kerja serabutan.

Aku melihat sisa uang di rekeningku, melalui mobile banking.

"Ya udahlah, Ce. Cece pulang aja. Daripada di Jakarta nggak jelas mau ngapain."

Aku menggigit bibir.

"Gimana, Ce?" Desak Mama. Sudah terlalu khawatir karena aku mulai stres sendiri. bahkan beli makan pun aku nggak rela menghabiskan uang.

"Ya udah, Ma."

"Ikut tes CPNS aja tahun depan. Siapa tahu ... rejeki Cece ada disana." Mama menarik napas panjang. "Ce, Mama juga butuh biaya buat pengobatan Papa. Tanah kita belum terjual juga. Mama udah pusing."

Aku mulai pasrah dan tak lagi bernegosiasi dengan kegagalanku. "Iya, Ma. Cece pulang akhir bulan nanti."

"Iya, Ce. Mama mau ke dokter Papa dulu ya." Mama pamit dari telepon.

Aku mematikan panggilan itu dan langsung menghembuskan napas lelah. Nggak ada gunanya lagi aku bertahan di Jakarta, lebih baik aku pulang kampung saja.

Saat mengecek situs maskapai penerbangan dengan aplikasi travel, tiba-tiba saja ponselku berdenting.

Ping!

Aku membeku, udah nggak siap lagi kalau harus menerima penolakan lain di waktu yang sama. Kugelengkan kepalaku ringan dan mengabaikan dentingan ponsel tadi.

Tapi itu bukan notifikasi chat.

Itu notifikasi LinkedIn.

Mengikuti naluri, aku membuka situs tersebut cepat dan menemukan satu notifikasi di bagian paling atas. Namun, mataku nggak hanya berfokus kesana, tapi ke tampilan beranda yang menampilkan satu lowongan pekerjaan dari seseorang yang memang aku aktifkan pemberitahuannya—kalau-kalau dia meng-update status terbaru.

Afif Akelio Ramaza
We're Hiring!
Project Officer.

Kualifikasi : memiliki background pendidikan atau berpengalaman dalam manajemen konstruksi.

Urgent!

Bagi yang berminat bisa DM terlebih dahulu.
Thanks.

Buru-buru aku mengetuk Direct Message laki-laki itu.

Sherina Augustin
Selamat sore, Pak Afif. Perkenalkan nama saya Sherina Augustin. Saya berminat untuk melamar pekerjaan sebagai Project Officer di kantor Bapak. Saya memiliki pengalaman magang dalam bidang tersebut. Sekiranya saya harus mempersiapkan dokumen apa saja dalam proses rekrutmen ini?
Terima kasih sebelumnya, Pak.


Aku mengenal Pak Afif saat dia menjadi konsultan perencana ketika aku masih magang di Kementerian PUPR. Dua bulan masa magang itu, kami kerap bertemu beberapa kali dalam rapat rutin koordinasi. Hasilnya, aku langsung menyimpulkan bahwa dia adalah orang kompeten, seluruh pembawaan dan bahasanya dalam presentasi begitu mudah membuat orang lain kagum padanya. Setelah masa magang itu, aku ingin berteman dengannya di sosial media. Hanya saja, dia jarang aktif di sosial media. Bahkan request Instagramku tak diterimanya dari tahun lalu. Jadi aku hanya bisa kepo dari akun LinkedIn-nya.

Dia kerap membagikan ilmu dan pengalaman serta prestasi perusahaannya di akun LinkedIn-nya. Kupikir, itu salah satu strategi marketing karena saat ini perusahaannya sudah ekspansi di bidang konstruksi, bukan lagi hanya sebagai konsultan.

Harap-harap cemas menunggu balasan DM-nya, aku mulai melupakan pesan yang kukirim itu. Insecure sudah terlalu kental menguasai diri ini. Pasti banyak orang lain yang lebih mumpuni dari aku yang langsung mengirim pesan pada Pak Afif.

Gagal deh, kerjasama bareng dia!
Berarti aku harus pulang kampung nih?

Aku kembali putus asa. Dengan setengah merengut, aku mulai mencari tiket pesawat murah untuk pulang.

Kemudian satu notifikasi kembali muncul.

Afif Akelio Ramaza
Hi, Sherina. Saya udah lihat profil kamu. Bisa datang wawancara ke kantor dua hari lagi?
Bertemu saya.
Thanks.

Mataku membelalak tak percaya.

Serius ini?!

Aku nyaris memekik!

Buru-buru aku mengambil ponsel.

Sherina Augustin
Mama, Cece nggak jadi pulang
🥳🥳🥳🥳🥳

Mama
Kenapa?

Menjemput jodoh
Eh.
Jodoh karier maksudnya.
Mau wawancara lusa, Ma.

Mama
Syukurlah, Ce.
Semangat ya, Nak.

TBC
Mau tes ombak dulu. Cerita ini berpotensi mangkrak. Tapi ngga tau jugaaa.
Kerasa ngga cerita ini berbeda vibes dengan ceritaku yang lain? Haha
Ini trial error juga sih bikin genre begini.

Siapa yang kenal Afif?😂😂

Selaras | ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon