BAB 9- Fajar bertingkah

968 113 0
                                    

Pagi ini Lava bersiap untuk datang ke persidangan putusan dari ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini Lava bersiap untuk datang ke persidangan putusan dari ayahnya. Dia menatap dirinya pada cermin besar yang berada di hadapanya, mencoba untuk melihat apakah yang terjadi saat ini adalah nyata. Jika tidak, tolong bangunkan dirinya sekarang.

Lava menuruni tangga dengan langkah gontai, di bawah sana sudah ada inti MAGMA yang siap untuk mengawal dirinya menuju ke persidangan pagi ini. Semua orang yang berada disana menatap ke arahnya dengan senyuman, berusaha untuk mentransfer energi positif untuknya.

"Udah siap?" tanya Deo yang mendekat ke arahnya.

Lava hanya menganggukan kepalanya. Mereka pun akhirnya keluar dari rumah untuk menuju ke persidangan.

"Ayok persiapkan diri kalian, kita berangkat setelah ini!" seru Deo memberikan instruksi.

"Bentar woy, ribet nih!" ujar Fajar berteriak.

Sontak semua orang menatap ke arahnya yang mencoba untuk memasukkan berbagai macam roti beserta snack ke dalam tas besar yang dia bawa.

"Lo mau ke persidangan atau ke camping sih? ribet banget bawaan lo!" omel Rama yang ikut ribet melihat tingkah Fajar.

"Gue takut kelaparan nanti," bantahnya ngeles.

"Eh Donggo, kalo laper ya keluar. Bego banget sih lo!" Zein juga ikut kesal melihat tingkah sahabatnya.

"Enggak. Gue nggak mau ketinggalan sedetik pun dari persidangan nanti. Jadi gue harus prepare." ujarnya menegaskan.

"Serah lo deh, bang. Yang penting lo bahagia." Lava ikut bersuara di akhiri dengan kekehanya.

"Yaudah ayok!" seru Deo lagi.

Saat mereka akan bersiap untuk naik ke atas motor masing-masing suara Rama kali ini menghentikan mereka semua.

"Bentar,"

"Apa lagi?" keluh Deo yang mulai sedikit emosi.

"Si pelor mana?"

Semua orang yang berada di sana seketika tersadar bahwa Opi tidak ada di antara mereka. Semuanya hanya bisa menghembus nafas pasrah.

"Gue yakin tuh anak masih di alam mimpi!" tebak Fajar dengan yakin.

"Gimana? kalo kita jemput waktunya nggak akan ke kejar, emang nyusahin tuh anak!" kesal Zein.

"Tungguin dulu aja, siapa tau habis ini dateng. Waktunya masih ada kok," ujar Lava seraya menatap jam yang melekat di tangannya.

Tepat disaat Lava mengakhiri kalimat terakhirnya. Motor sport bewarna hijau yang menjadi ciri khas Opi datang saat itu juga. Dengan cepat Opi melepas helm full facenya serta mengatur nafasnya yang memburu.

"Lo habis di kejar kura-kura?" tanya Fajar penasaran.

"Sembarangan. Gue panik banget takut telat." ujar Opi dengan santai.

DELAVA ( On Going )Where stories live. Discover now