BAB 12

539 97 44
                                    

Sakha akhirnya memutuskan untuk mengajak gadis itu pergi ke salah satu toko peralatan musik, karena gadis itu tetap bersikukuh untuk tidak mau diantar pulang, dan kebetulan ia memang ingin mengganti senar gitarnya. Setelah sekian lama gadis itu menangis dalam lengannya itu, membuat lengan bajunya sangat basah. Lucunya setelah air matanya habis gadis itu baru menyadarinya, dan langsung mengipasi lengan baju Sakha menggunakan kipas portable berwarna merah mudanya sampai kering.

Mereka kini telah sampai di toko peralatan musik itu, Sakha langsung mencari celah agar bisa memarkir tidak jauh dari pintu utama

"Ikut turun?" Tanya Sakha pada gadis itu, Emilly.

"Ya menurut lo?"

"Enggak"

"Iihhh, tega banget" Gadis itu mendengus sebal, bagaimana bisa laki-laki itu meninggalkannya begitu saja "masa gue di tinggalin sendiri"

"bercanda" singkatnya, membuat Emilly merotasikan matanya. Sakha membuka seat belt yang melindungi tubuhnya, lalu tiba-tiba mencondongkan tangan kirinya untuk mengambil tas gitar berwarna hitam di belakang sana, membuat Emilly yang duduk cenderung ke sedikit ke kanan dengan refleks menarik tubuhnya ke kiri, karena jika ia tidak menarik tubuhnya jarak diantara mereka akan sangat dekat, lagi pula ia terkadang masih canggung dengan sahabatnya itu semenjak kejadian dua hari lalu.

"Ayo" ajak laki-laki itu, ia tampak membuka pintu mobil namun masih menunggu gadis itu. Sedangkan Emilly menurunkan cermin mobil yang berada diatasnya, melihat wajahnya ingin memastikan apakah wajahnya terlihat bengkak karena habis menangis atau tidak.

"Ih muka gue pucet banget, wait mau touch up dulu"

Emilly mengambil pouch make up berwarna peachnya dari dalam tas, mengambil bedak padatnya untuk di aplikasikan ke wajahnya. Membuat Sakha yang melihatnya merotasikan bola matanya. Selanjutnya Emilly memoleskan lipbam yang sudah ia buka tutupnya pada bibirnya, Sakha menatapnya dengan lekat matanya malah terfokus pada bibir mungil berwarna merah muda itu, namun jarinya perlahan menyentuh bibirnya sediri, fikirannya tiba-tiba terbayang saat kejadian tidak di sengaja tempo hari lalu di apartemennya, membuatnya segera membuang wajahnya, lebih baik tidak menatap gadis itu untuk saat ini.

"Udah cantik, gausah heboh banget. Mau caper sama cowo-cowo disana?" Tanya laki-laki itu, pandangannya masih ia arahkan keluar pintu

"iya dong, kali aja ada yang kepincut" jawab Emilly dengan wajah tanpa dosanya, membuat laki-laki di sampingnya mendecih "Yaudah yuk" Emilly mengambil tasnya, lalu tangannya hendak membuka seat beltnya, sedangkan Sakha sudah turun dari mobil dan menutup pintu.

"Kha.." Merasa di panggil, laki-laki itu membalikkan tubuhnya, ia masih melihat dari kaca mobil kalau Emilly masih berada didalam "nyangkut" rengek gadis itu, ia masih bisa mengerti dengan melihat gerakan bibir Emilly dan tangan gadis itu menunjuk seat beltnya.

Sakha langsung menuju pintu pintu penumpang membuka pintunya. "bentar" Sakha memasukkan setengah badannya ke dalam mobil, tangannya mencoba meraih seat belt yang yang masih terpasang. Tentu saja jarak mereka terlalu dekat saat ini, dengan Sakha yang berada tepat beberapa centi di depan gadis itu.

Emilly mengendus sebal "Mobil doang mahal, Nyangkut iya" sindir Emilly, dimana sindiran itu membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya sehingga pandangan gadis ittu mendadak tersingkap. Emilly dapat melihat laki-laki di depannya menatap matanya dengan lekat, sangat dalam Gadis itu bisa melihat mata cantik dengan bulu mata yang lentik itu dari dekat lagi, namun ia juga menyadari bahwa tatapan laki-laki itu tidak lagi menatap matanya, namun tatapan itu turun ke bawah lebih tepatnya menatap bibirnya membuatnya sedikit meremang sampai-sampai saluran pernafasannya terasa tersumbat

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang