33 - Pesan Untuk Kalian

7 1 0
                                    

Rei baru saja menyelesaikan jadwalnya hari ini. Udara Tokyo yang begitu kering dan dingin menyambutnya di pagi itu. Kini mobilnya melaju melewati aspal hitam legam di antara kendaraan lain yang juga ikut melaju. Rei mengusap tengkuknya karena kelelahan. Tapi, kelelahan tak membuatnya ingin kembali ke apartemen dan beristirahat. Tujuannya saat ini adalah apartemen Hana.

Berkali-kali Rei menghubungi Hana, tapi selalu saja gagal. Gadis itu tak lagi bisa dihubungi dan pesan-pesan yang dikirimi Rei tak pernah dibalas. Bagaimana wajah Hana saat ini? Rei bahkan tak mengingat kapan terakhir kali mereka bertemu. Rei benar-benar merindukan Hana. Entah apa yang akan terjadi saat Rei bertemu dengan Hana. Yang pasti, Rei akan menatap wajah mungil gadis itu lebih lama dari yang pernah ia lakukan. Rei akan meresapi setiap detik waktu yang bisa ia habiskan bersama Hana.

Suara dering ponsel Rei membuyarkan imajinasinya yang dipenuhi wajah Hana. Otsuka menelpon. Rei menjawab sambil menekan tombol di wheel mobilnya.

“Hana…”, suara Otsuka menggema dalam mobil Rei.

Nama itu membuat mata Rei terbelalak kaget. Pagi hari seperti ini mengapa menyebut nama Hana?

“Hana akan berangkat ke Jakarta sebentar lagi, dia mungkin tidak akan pernah kembali”, satu kalimat itu membuat napas Rei memburu.

Tidak perlu menjawab pernyataan Otsuka, Rei memutar balik mobilnya yang sudah berada jauh dari bandara. Matanya kelalapan memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika ia tidak mengemudi secepat yang ia bisa. Tangannya bergetar. Rei begitu fokus pada jalanan yang akan dilaluinya. Mengapa harus hari ini? Mengapa harus Jakarta? Dari semua hari yang Hana punya, mengapa harus meninggalkan Tokyo hari ini? Saat Rei benar-benar ingin menatap wajah Hana dan menggenggam erat tangan gadis itu.

Sialnya, meski matahari belum sepenuhnya bersinar, jalanan sudah dilalui banyak kendaraan. Mata Rei meraba ke kanan dan kiri sepanjang tangannya mencoba untuk tetap mengemudi dengan baik. Lampu merah membuatnya cepat-cepat menginjak rem saat ia sadar bahwa ia melesat begitu cepat. Otaknya seperti terus mendengar detik-detik jam berdentang yang mengingatkannya untuk tidak menghabiskan waktu. Gadis itu akan kembali hilang. Gadis itu akan kembali lenyap dari kehidupannya dan Rei harus mencarinya lagi jika ia terlambat. Rei telah menghabiskan waktu yang lama untuk bisa kembali bersama gadis itu lagi dan kali ini Rei tidak akan kehilangan Hana lagi.

Saat lampu berubah warna, kaki Rei menginjak gas tak keruan. Ia membabi buta melesat dan melewati beberapa mobil yang menghalangi jalannya menuju bandara di atas aspal hitam legam itu. Tatapannya tajam lurus ke depan. Rambutnya yang acak-acakan tidak lagi menjadi hal yang ia khawatirkan. Rei hanya perlu sampai dengan cepat dan selamat di bandara.

Mobil milik Rei di parkirkannya di bagian VIP. Ia berlari melewati kerumunan orang-orang yang sibuk mengurus keberangkatan mereka di lobi bandara. Hampir saja Rei menabrak koper-koper penumpang, mengingatkannya pada hari ia bertemu Hana kembali. Sesekali Rei berhenti dan membungkukkan badannya cepat untuk meminta maaf tapi ia terus berlari tergesa. Kanan dan kiri, mata Rei tidak berhenti untuk mencari. Wajah yang ia lekatkan baik-baik dalam ingatannya saat ini tengah dicarinya di depan mata.

Para petugas bandara mengenali wajah Rei, hanya dengan tanda pengenal miliknya ia diperbolehkan untuk masuk ke bandara. Napasnya terengah-engah saat berhenti di salah satu gate tempat Hana duduk menunggu pesawatnya lima menit yang lalu. Sayangnya, garbarata yang menghubungkan gedung terminal dan badan pesawat telah terpisah. Pintu pesawat telah tertutup dan sedang berjalan menuju runway bersiap untuk lepas landas. Hawa dingin semakin menjalari tubuh Rei. Ia menatap tidak keruan pada kenyataan yang ia hadapi di depannya. Ia kehilangan Hana lagi. Bahunya melemas dan matanya tertunduk.

Seperti ungkapan Hana, waktu selalu membuktikan mereka mustahil untuk bersatu.

#

Ransel tinggi menjulang di pundak Jerino. Perjalanan panjang yang ia lalui setelah menyelesaikan gathering perusahaannya cukup melelahkan tapi ia bisa menyegarkan pikirannya untuk tidak memikirkan masalah dirinya dengan Hana. Mereka memang hanya butuh waktu untuk kembali berbaikan. Hana pasti merindukannya, sama seperti dirinya sejak meninggalkan apartemen hari itu. Meski berpapasan dengan Hana, Jerino tetap sulit mengingat baik wajahnya karena ego Jerino terlalu besar untuk menatap lekat wajah gadis yang meremukkan hatinya sekaligus dirindukannya itu.

See You Again, TokyoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt