XXXII. Apologize

2.3K 400 63
                                    

Soundtrack: Suffer - Jurrivh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Soundtrack: Suffer - Jurrivh

BOOOOMMM!!!

SPLASHHHH!!!!

Suara ledakan akibat dari lonjakan energi yang terlepas milik Noah Xavier begitu memekakkan telinga. Berbagai tanaman, pepohonan serta rumput-rumput hijau yang tumbuh di sana hangus terbakar.

Sadar jika kekuatannya telah menyebabkan kerusakan, Noah Xavier berusaha bangkit dengan sisa tenaga yang ada. Ia sudah tidak perduli bagaimana luka bakar menyakiti lapisan kulitnya, satu-satunya yang membuat perasaannya kalut adalah kondisi Liana Hill. Nafasnya sesak, tubuhnya pun seakan-akan remuk di dalam.

Noah Xavier melihat tiga rekannya yang terbaring lemah di atas tanah, namun jauh dari area pelepasan energinya. Sejenak pria itu heran, bukanlah sejak tadi posisi mereka berada cukup dekat dengan Liana?

Kepulan asap hasil dari bara api yang semula mengaburkan pandangannya itu perlahan menghilang. Jauh dari tempatnya saat ini, Noah melihat tubuh Liana Hill yang terbaring kaku di dalam pelukan seorang pria.

"Jemian Adams?"

Dengan langkah gontai, Noah Xavier menghampiri keduanya. Sepasang netranya terbelalak ketika ia benar-benar menemukan sosok Jemian Adams yang sedang memeluk Liana dengan tubuhnya.

"Jemian? Kau menggunakan kekuatanmu??" tanyanya tak percaya. Noah sangat tau bagaimana lemahnya kondisi Jemian setelah energinya ditekan habis oleh obat peredam emosi itu. Namun ternyata, ia masih cukup kuat untuk menyelamatkan empat rekan lainnya.

"Jika terlambat sedikit saja, mereka akan hangus terbakar, Noah," ucap Jemian dengan nafas yang tersengal. Ia lantas menatap Liana yang masih dalam pelukannya, lalu mencoba untuk membantu gadis itu bangkit.

Noah Xavier duduk bersimpuh. Air wajahnya semakin kalut setelah melihat kondisi Liana, hidung dan mulut yang mengeluarkan darah, serta permukaan kulitnya yang tampak membiru.

"Maafkan aku," lirihnya kemudian. Hatinya teriris tatkala Liana membalas tatapannya dengan takut, seakan-akan dirinya memanglah sosok yang jahat bagi gadis itu.

"Kenapa kau tak mengatakannya sejak awal?" dengan tubuh yang masih gemetar hebat dan air mata yang menetes membasahi pipinya, Liana memberanikan diri untuk bicara. "Kenapa kau harus berbohong, Noah?"

"Kenangan itu terlalu buruk bagimu, aku tidak bisa mengatakan begitu saja jika aku adalah keturunan Elgiero," jawab Noah dengan nada parau. "Jika aku mengatakannya, kau jelas akan membunuhku, bukan?"

Liana Hill menatap Noah yang duduk bersimpuh di hadapannya. Sorot mata mereka yang bertemu itu terlihat menyakitkan, ada ribuan luka yang tersirat di sana.

"Aku pikir, lelaki kecil yang selalu diam-diam menyisipkan roti saat aku tertidur di malam hari itu bukanlah seorang Divergent. Ternyata ia bernasib sama sepertiku."

The Origin CoreWhere stories live. Discover now