Bagian 22.

18.1K 370 9
                                    

Pov indira

Kalian harus sudah mempunyai anak, selambat lambatnya 2 tahun usia pernikahan lewat dari itu mau tak mau dipta harus mempunyai istri lagi sebagai penghasil keturunan, istri pertama ketika suami sudah menikah lagi terserah mau cerai atau tetap bersama.

Ke dua, anak yang di lahirkan baik perempuan ataupun laki laki sudah harus mengurus perusahaan selambat lambatnya usia 17 tahun.

Semua aset yang semula atas nama dipta tak menjadi atas namanya lagi, namun dipta wajib menjalankan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

Sampai kelak Semua aset atas nama dipta akan dibalik menjadi aset milik anak itu, dan dipta tak berhak atas semua itu sedikitpun.

Mulut pengacara ini sangat enteng mengatakan  semua itu.

Ini sudah di luar nalarku saat di beri tahu, entah dimana otak orang yang sedang berbaring di pangkuan ku ini selama semua itu di ajukan, ingin marah tapi semua orang menatap ku seolah semua ini gara gara aku, sedangkan orang yang ingin di salahkan sedikit saja di senggol mungkin nyawanya akan melayang.

Ku beranikan diriku kesini kemarin, saat itu ku pikir ini untuk memperjelas semuanya, sekalian melihat ke adaan pak dipta karna jujur aku sedikit khawatir mendengar dia kecelakaan,

Saat sampai disana aku bisa mengatakan ibunya memang tak peduli terhadap anaknya, hari itu dia membicarakan kecelakaan anaknya sangat santai seolah itu kecelakaan kecil ternyata di depanku saat ini apaa.

Tangan pak dipta patah sebelah kiri, kepala di perban dan kaki yang penuh luka, mobilnya hancur dan ibunya memberi tahu ku sangat santai, ingin memakinya tapi mataku malah ber kaca kaca melihat kondisinya sekarang.

Kau tau dia semakin kurus dari terakhir kali aku melihatnya, saat pertama kali melihatku ada satu tetes mata yang keluar dari mata indah lelaki ini, dia berusaha bangun untuk menyambut ku seolah tak menghiraukan kakinya yang terluka.

"Maaf" dia hanya mengatakan itu lalu berbaring di pangkuan ku, suaranya sangat kecil aku jadi takut.

"Indira hari ini cerah bukan di luar, ini seperti suasana hatiku saat ini, aku ingin menemuimu hari itu, tapi ibu melarang jadi ku tabrakkan saja mobilku di tepi jalan kukira kita tak akan pernah bertemu lagi" kurasakan  pahaku basah, ini air mata atau air yang lain.

"Kau bodoh" itu kata yang pantas untuknya

Aku sambil mengelus pipinya, hanya bagian itu yang tak tertutup perban, meskipun ada luka goresan kecil yang telah mengering, lelaki ini kenapa bisa sebodoh itu.

"Mama juga bilang itu waktu aku sadar, tak apa, aku tak akan mendapatkan penggantimu sepertinya, kau tau indira perjanjian bodoh itu?" yaa kau pun sadar kalo itu bodoh

"Bagaimana?" apanya yang bagaimana, aku harus rela suamiku menikah lagi jika dalam kurung waktu 2 tahun tak hamil, itu sama saja terjun ke dalam sumur penuh ular.

"Sehat lah dulu,baru kita membicarakan semua itu" yaa biarkan dia sehat, biar aku puas memakinya, hidup anak pun di pertaruhkan disini.

"Kau akan marah padaku, aku tau itu, kenapa tak sekarang saja" dia mendongak dengan mata merahnya siapa yang mampu memarahinya jika dia selemah ini.

"Kau tak akan  sanggup melawan ku jika sekarang" aku yang tak akan sanggup memarahimu.

"Tanganku sakit indira, kemarin tak terasa hari ini baru, kakiku juga pegal sekali, kukira kemarin aku tak dapat melihatmu lagi" apa semua orang sakit, berbicara ngawur tadi bahas ini sekarang membahas itu.

"Syukurlah masi merasakan sakit, kalo sudah di potong bagaimana" kenapa pak dipta jadi seperti anak kecil.

"Kau tak ingin lagi denganku" mungkin apalagi tau keluargamu seperti ini.

"Tidurlah, besok aku akan  pulang lagi ke rumahku" apa, aku tak ingin berlama lama disini semuanya membuatku pusing.

"Kau tak ingin  melihatku sembuh" aku tak bisa tinggal disini terlalu lama, aku harus tinggal dimana.

"Datanglah kerumah saat kau sudah pulih, kita bahas semuanya dari awal, jika tak bisah mungkin itu sudah akhirnya" ini harus jelas bukan, wajah kagetnya terlihat jelas sekali.

" baiklah" tidak ada janji lagi di akhir kata, apa diapun tak yakin bisa menemuiku nanti.

Tangannya saat ini selalu berada di genggamanku, sudah ku coba melepaskannya tapi terus di eratkan lagi, kau tau tangannya dingin aku jadi takut kehilangan lelaki ini, bagaimanapun aku mencintainya.

Aku hanya sendiri menjaganya, saat pengacara itu pergi semua orang pergi dari sini, entah jika aku tak ada siapa yang menjaganya.

Kenapa aku jadi ingin menemaninya disini sampai sembuh dia terlihat sangat kasihan sendirian disini.

"Tidur lah kau juga butuh istirahat, naik kesini di samping ku" kapan dia bangun.

"Tak usah sofa disana terlihat nyaman" memang benar di pojok ruangan ada sofa yang sangat empuk dan luas, itu sudah mampu menyaingi tempat tidur di rumah.

"Kalo begitu tidurlah, besok kau harus pulang bukan" berat rasanya meninggalkan dia sendirian.

"Biasanya di temani siapa disini" aku harus memastikan dia tetap hidup.

"Suster mungkin" keluarganya kemana, anaknya sekarat lohh.

"Ayah kesini biasanya, dia akan menemaniku dari pagi sampe sore" ibumu kemana, aku semakin yakin dia bukan ibu kandung pak dipta.

"Baiklah, tidurlah kembali, aku juga ingin tidur" aku tetap harus kembali besok, ibu pasti khawatir aku hanya izin mengambil sesuatu kesini.

Kisah cinta yang penuh liku, aku ingin pergi tapi melihat dia se putus asa ini karna aku, bukan kah sangat tak tau diri jika aku pergi darinya, aku mencintainya jujur tapi jika tak bisa bersama akupun akan ikhlas bukan kah dia awalnya juga seperti itu, jadi kenapa dia bertindak se jauh ini.

------
PAK DIPTA GILA KAYANYA KEHILANGAN INDIRA.

KOMEN DAN LIKENYA JANGAN LUPA SAYANG SAYANG KU.

flirty secretaryWhere stories live. Discover now