Bagian 32

8.9K 247 10
                                    

Pov dipta

Penyesalan selalu berada di akhir, kalimat itu sangat benar, kata siapa karna aku sendiri yang mengalaminya.

Rumah besar ini terasa sepi di tinggali oleh diriku seorang, yaa betul indira pergi.

Indira ke rumah orang tuanya, katanya dia merindukan suasana desa dan orang tuanya pastinya, katanya dia hanya sebentar tapi ini sudah tepat 2 minggu.

Telfon tak pernah di angkat, chat tak pernah ada respon bahkan centang satu di pesan ku tak pernah kunjung menjadi dua tak usah menjadi biru dua saja tak pernah.

Aku tak akan tau kabarnya jika tak menelfon ibu indira, dia harus dengan sedikit pemaksaan untuk berbicara denganku, kadang aku ingin marah tapi sadar ini kesalahanku.

Apa dulu yang ku ucapkan, bosan dengan indira jika bisa melihat diriku di masa lalu aku akan tertawa terbahak bahak sambil menampar pipinya, jangan bercanda 2 minggu tanpa indira saja aku sudah ingin gila karna rindu rasanya.

Sungguh aku tak memiliki perempuan lain selama aku jauh dari indira, itu hanya karna aku bosan dengan pernikahan ini, saat tau pun dia hamil entah kenapa rasa bosan itu tak pernah hilang malah tambah besar, aku selalu ingin dekat dengannya tapi saat dekat aku malah jenuh dengan sikap indira, tak ada yang salah hanya otak ku saja yang geser.

Saat dia menangis dan mengeluarkan semua keluh kesahnya selama ini aku baru sadar ternyata sejauh itu aku meninggalkannya, ternyata dia terus mengejarku, aku juga ikut menangis aku meninggalkan anakku yang sudah hampir melihat dunia selama itu.

Tapi saat ingin berubah dan menebus kesalahan yang kemarin kemarin malah indira yang pergi dariku, haruska aku mengejarnya untuk yang ke dua kalinya.

Aku tak kesana karna kupikir dia memeng butuh waktu bersama keluarganya, alasan sebenarnya kerjaanku sangat menumpuk hingga tak membiarkan ku pergi se senti pun.

Leherku rasanya sudah ingin patah karna menunduk selama ber jam jam, kuharap saat melihat HP ku sudah ada pesan yang terbalas dari indira kata iya pun tak apaa jika itu dari indira sayang nya centang satu tak kunjung pernah berubah.

Jalan satu satunya adalah menelfon ibunya, tak lama telfon ku terjawab

"Assalamu'alaikum Buu " mungkin indira belum menceritakan sikapku pada ibunya karna jika iya jangankan mengangkat  telfon ku mungkin ibunya akan memaki ku dan memblokir nomerku.

"Waalaikumsalam nak dipta, mau ngomong sama indira yaa" tapi anehnya kenapa ibunya tak pernah curiga saat aku menelfon dia bukan anaknya.

"Iyaa bu, indiranya ada" ini seperti aku pacaran.

"Sebentar yaa nak, mungkin indiranya di belakang, lagi ngerujak kayanya" yaa mungkin semua kebutuhan indira terpenuhi disana, aku bukannya tak mampu dulu, hanya aku tak mau, hahaha apa kau baru sadar dipta bahwa kau begitu brengsek.

"Iya mas kenapa" haaa suara yang kurindukan, aku baru sadar betapa berharganya wanita ini dalam hidupku.

"Indira apa kuota mu habis, WA ku tak pernah kau lihat" hanya sosial media itu saja yang Indira tak pernah buka karna semuanya masih sering aktif, bukan tak tau dia menghindari pesan dariku, aku hanya mencari pembahasan.

"Ada mas, tapi disini jaringannya jelek" bohong Indira bohong, tapi bagaimana lagii

"Indira kapan pulangnya" aku sudah merindukan wanita ini, apa dia tak tauu

"Belum tau mass, kata dokter udah gak bisa perjalanan jauh" Indira sekarang ingin tinggal disana, dia benar benar ingin pergi dariku begitukah

"Kalo begitu aku yang kesana, tunggu beberapa hari lagi" baiklah mungkin memeng sekarang akulah yang harus mengejarnya lagii

"Gak usah mas, disana ajaa, pulsanya udah abis mass udah yaa Assalamu'alaikum" telfon mati, suara yang kurindukan lenyap, penolakan yang kudapatkan.

Pulsa siapa yang habis Indira, aku yang menelfon jika pulsaku kau tak perlu khawatir ini bisa di pakai berbicara denganmu sampai sebulan  kedepan.

Aku tetap akan pergi meski kau menolakku, aku akan membawamu kembali.

Mungkin Indira akan bosan denganku, dia bingung menghadapi ku yang seperti bocah kemarin sore yang labil padahal sudah ingin menjadi ayah.

Wajar, jika aku yang menghadapi diriku sendiri sudah lama aku meninggalkannya, tapi kenapa baru sekarang aku sadar seperti ini, kemana aku yang beberapa bulan lalu saat Indira sangat ingin aku di dekatnya.

Egois yaa aku hanya ingin terus di mengerti tampa melihat bagaimana pasanganku pontang panting mengerti sikapku, sibuk bagaimana menjadi seseorang yang ku mau tanpa menghargai usaha orang.

Selama ini aku merasa diriku lah yang paling jenuh di hubungan ini tanpa berusaha memperbaikinya, aku tak sadar Indira juga sama tapi dia terus memperbaiki hubungan kami.

Aku akan terus berdiri di depan pintu rumahnya jika dia tak menginginkan ku ada disana meski itu mustahil, karna ibunya pasti menyuruhku masuk kecuali Indira telah menceritakan sikap busuk ku selama ini tapii aku akan tetap berada disana samapai Indira mau lagi denganku.

--------------

<3 <3


flirty secretaryWhere stories live. Discover now