032.

272 26 112
                                    

Loving yourself isn't vanity, it's sanity.

__

TEPAT pada hari ini, pelombaan balap mobil itu berlangsung. Semua penonton sudah siap di bangku sirkuitnya, peserta yang mengikuti perlombaan pun sudah bersiap dan mengecek mobil mereka masing-masing.

Sama halnya dengan peserta lain, Naka, lelaki itu juga meempersiapkan dirinya dan juga mempersiapkan mobil sport miliknya.

Keempat lelaki serta satu orang gadis memasuki Area kru dan juga tim otomotif Naka. "Bro, Wassup!" sapa Dareel pada lelaki itu dengan tos first bumpnya.

Naka bertos satu per satu kepada keempat temannya, tak lupa bertos first bump dengan Alana. "Hey, Dir!" sapa Naka, mendapat senyum simpul oleh gadis itu.

"Gila, cakep banget temen gue!" puji Haekal,

Naka merangkul pundak lelaki itu sembari terkekeh kecil, "Ganteng kan, Dir?" ujar Haekal kepada gadis cantik yang berada di samping Arka. "Hah? Siapa Kal?" tanya Alana pura-pura tidak mengerti.

"Si Naka, emang siapa lagi? Arka? Ah bosen kalo bahas nih orang mulu." cibir Haekal mendapat toyoran oleh Arka,

"Nggak gue kasih uang jajan lo ya!" ancam Lelaki itu.

"Elah, becanda." balas Haekal yang wajah meluasnya. Membuat semuanya tertawa renyah. Berbeda dengan Alana dan juga Naka, yang sedari tadi mencuri-curi pandang.

"Ganteng kan Dir, si Naka?" Lukas ikut menggoda Sang Puan dengan melirik ke arah Naka.

Alana tersenyum kikuk, "Ganteng. Good luck yaa, Na!" kata Alana memberi semangat kepada Lelaki itu, yang langsung mendapat anggukan kecil.

Suara panitia dari perlombaan mulai terdengar di telinga mereka semua. Maka pertanda bahwa lelaki itu harus secepatnya berkumpul di garis start bersamaan dengan peserta lain. Arka dan kawan-kawan pun berpamitan dengan Naka, tak lupa memberi Lelaki itu semangat untuk pertandingan pada hari ini. Mereka semua tahu betul betapa hebatnya skill Lelaki tampan itu dalam urusan seperti ini.

"The match will start soon, it is expected that all participants will enter the starting line, and it is also requested for the audience to gather in the stands."

BRUMMM!

Sudah ada lima mobil sport dengan warna dan merk yang berbeda. Kelima peserta itu secara bergantian menggeberkan knalpot mobilnya untuk memamerkan betapa berisiknya suara knalpot dari masing-masing peserta.
Arka dan juga teman-temannya berada di tribun vvip, yang memudahkan mereka dapat melihat jelas pertandingan itu dari awal sampai akhir.

"THREE.."

"TWO.."

"ONE.."

Peserta mulai siap untuk melepaskan rem mobil, sampai akhirnya suara panitia terdengar jelas ditelinga kelimanya. "GO!"

Dengan hitungan detik kelima melepaskan pijakan rem mobil, dan berganti menginjak pedal gas mengelilingi jalanan yang berlika-liku itu. Naka, lelaki tampan berkulit putih serta rambut hitam lekat itu terlihat sangat fokus dalam pertandingan pada hari ini. Walaupun fokus lelaki itu kini adalah pertandingan tersebut, tetapi lelaki itu masih bisa terlihat tenang dari dalam mobil sport berwarna putih.

Selama perlombaan yang menempati posisi pertama ialah mobil sport berwarna hitam, disusul oleh Naka di posisi kedua. Sampai akhirnya tiba di garis finish, Naka, menjadi Juara kedua. Lelaki itu tidak masalah jika dirinya tidak menjadi juara pertama, dari awal niat lelaki itu memasuki dunia racing tidak untuk menjadi Juara melainkan menyalurkan bakat terpendamnya yang tak banyak orang tahu.

"Bro!" sapa Haekal,

"Its okay, Na. You did well, kita semua bangga sama lo." Alana menepuk pundak Naka, mendapat balasan senyuman tipis dari Sang Tuan.

Arka yang melihat interaksi keduanya hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Yang juara pertama siapa? Lo kenal?" tanya Arka pada Naka,

"Nggak. Dari awal nama nya gak disebutin, gak pernah liat mukanya juga dari awal sebelum pertandingan dimulai."

"Lah, sok misterius bener tu orang." cibir Lukas

Ucapan Lukas mendapat anggukan setuju oleh Haekal dan Dareel. Mereka semua semakin penasaran dengan wajah si pemenang utama, mereka semua menunggu penyerahan piala dan juga hadiah yang sebentar lagi akan dimulai. "Naka, naik ke atas ya. Penyerahan piala." ucap Panitia acara.

Kini sudah berdiri dua pemenang. Pemenang ketiga, dan juga pemenang kedua, Naka. Bagaimana dengan pemenang utama? Ntah lah, namanya juga belum disebutkan, mungkin setelah disebut maka semua orang akan tahu siapa si pemenang utama.

"TSABINA AKLEEA AUDINE NASUTION!"

Ketika nama itu disebut, sontak membuat Arka dan teman-temannya menengok ke arah panggung. Sama halnya dengan keempat lelaki itu, Naka, pun dibuat bingung dengan penyebutan nama gadis cantik itu. Setelah nama itu dipanggil, barulah sosok misterius yang sedari tadi orang-orang bicarakan naik ke atas alas kaki yang bertulisan angka 1, 2, dan 3.

Gadis cantik yang masih lengkap dengan jaket racing, serta rambut yang digerai sempurna itupun menjabat tangan dan menerima piala serta hadiah uang berjumlah 500juta.

Haekal, Lukas, serta Dareel melongo ketika melihat Tsabina berada di atas sana. "Gila, keren banget dah tu cewek. Gue gak nyangka dia pembalap, soalnya posturnya kaya mustahil banget kalo tu cewek hobi balap begini." ucap Dareel takjub.

"Cewek idaman banget," gumam Lukas.

"Theo beruntung banget anjir dapet Tsabina, kapan ya mereka putus?" kata Haekal mendapat gelak tawa dari Dareel dan Lukas.

Lukas menaruh tangannya di pundak Haekal, "Emang kalo putus mau lo apain, Kal?" tutur Lukas memancing sang teman. "Ya mau gue pacarin lah, gila aja cewek secakep sekeren Tsabina dilepas gitu aja!" balasnya penuh semangat.

Disisi lain, setelah pengambil photo untuk ketiga pemenang. Tsabina, gadis itu melirik ke arah sampingnya, terdapat ciri khas wajah Naka yang selalu datar. Saat menuruni panggung, Tsabina menghentikan langkah sang tuan dengan memegang tangan kekar itu. "Ka, selamat ya!" ucap Sang Puan sembari tersenyum.

Naka melirik ke arah tangan Sang Gadis, lalu menatap sejenak mata indah tersebut dan menganggukkan kepalanya. "Thanks. Congrats juga buat lo." kata Naka memberi ucapan yang sama.

"Thanks, Ka. Btw, gue gak nyangka kalo lo pembalap juga. Kapan-kapan mau latihan bareng?" Tsabina berusaha mengajak lelaki itu untuk berteman dekat.

"Sama, gue juga gak expect kalo lo pembalap. Lo atur aja jadwalnya." ucap Naka datar dan berpamitan pada Tsabina.

Diujung sana, sudah ada dua orang yang melihat interaksi keduanya dari jauh. Arka dan juga Alana.

//

Diperjalanan pulang, Sang gadis tidak langsung pulang kerumah. Melainkan pulang ke suatu tempat, rumah sang Ibunda. Tsabina harus menyempatkan mengunjungi sang Ibunda, apalagi hari ini. Hari dimana bahwa gadis itu membawa piala lagi lagi dan lagi.

Setelah mampir ke rumah sang Ibunda, gadis itu langsung bergegas menancap gas mobilnya untuk berputar arah, kembali ke rumahnya. Ia takut kalau ia terlambat pulang, Jayden akan curiga dan memarahinya karna masih berada di luar rumah sendirian. Tanpa ada Jevo disampingnya. Pintu besar nan mewah itu dibuka oleh pembantunya, disusul disambut berjejer oleh keenam pembantu yang ada dirumah besar tersebut. "Selamat datang, Nona." sapa keenam pembantu itu.

Tsabina mengangguk. "Papah udah pulang?"

"Belum, non." ucapnya mendapat anggukan oleh Tsabina.

***

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang