26

130 24 0
                                    

Ikhlas itu bohong
Yang benar adalah terpaksa lalu terbiasa
🌈
.

Andin memeluk erat pigura bergambar wajah ceria milik Haris yang diambil sewaktu mereka pertama kali menghabiskan waktu ke Pantai. Tangis nya tidak bisa ditahan lagi. Bahkan rasa nya Andin seperti tidak mampu bernafas lagi. Ini terlalu sakit, ia sadar semua orang terluka, dan ia juga jadi ia juga akan menunjukkan sedih nya tanpa ditutup-tutupi

"Andin ya ampun jangan gini sayang.."

Ibu nya Andin ikut menangis memeluk putri nya, menemani sedih Andin. Ibu tau rasanya kehilangan orang yang disayangi untuk selama nya. Ibu membiarkan Andin menangis hebat di pelukan nya

"Dia-- Dia bohong, Buu"

Andin berucap sambil terisak, Ibu nya berusaha menenangkan Andin dengan mengusap kepala nya. Entah seperti apa cara nya agar ia bisa menghapuskan kesedihan yang Andin rasakan

"Katanya-- katanya dia mau-- ajak aku cari kado lagi b-buat Diandra. Se-sekarang apa??"

"Iya, Ibu tau. Dia bohong"

Tidak ada yang bisa Ibu lakukan, hanya membiarkan Andin menangis sampai ia lelah sendiri dan berakhir Andin tertidur dipelukan Ibu nya.

Ibu tau sebesar apa perasaan Haris pada Andin, begitu juga sebaliknya. Ibu juga tau, pengorbanan seperti apa yang mereka lakukan. Disaat mereka sudah saling jatuh mencinta lalu dengan terpaksa berhenti karena perbedaan mereka. Ibu tau, tidak mudah bagi mereka untuk melewati semua nya

"Tidur sayang.."

Andin merasakan elusan lembut di pucuk kepala nya lantas membuka mata dan menemukan sosok kurang ajar didepan mata nya yang masih sempat tersenyum. Andin bangkit memukul lengan nya

"Aww sakit, Cantik"

"Kamu kemana aja?? Katanya mau ngajak aku nyari kado buat Diandra"

"Aku ga kemana-mana, Cantik. Disini aja"

Haris, sosok itu benar-benar nyata. Andin berdiri lalu melompat memeluk hangat nya sebelum pergi. Andin lagi-lagi menangis, tidak peduli jika ini mimpi. Haris membalas pelukan nya, menepuk pundak nya pelan lalu berbisik lembut

"Jangan nangis.. Kalau kamu kangen aku cukup kamu pejamin mata kamu dan sebut nama aku, Andin aku ga akan kemana-mana aku bakalan terus ada"

"Tapi kamu bohong"

"Maafin aku ya, cantik"

Andin terkesiap, ketika petir menyambar. Ia terbangun dan sejenak ia sadar kalau tadi hanya mimpi, tidak. Itu terasa sangat nyata bagi Andin, bahkan ia masih mampu mencium wangi Haris yang tertinggal

Andin bangkit, lalu men-dial nomor Diandra, menantikan suara Diandra diujung sana

"Diandra..."

''Gapapa Andin, kamu ga selamanya bisa kuat nahan sendirian"

Andin lagi-lagi menangis, saat ini ia tidak bohong. Ia benar-benar memerlukan orang lain untuk sekedar berbagi sakit

"Selesai in disini, tumpahin semua nya. Aku siap-siap kerumah kamu sekarang. Ga usah ditutup telpon nya"

Andin menyadari, ada banyak orang yang mendukung nya. Bahkan Diandra terbilang orang baru di hidup nya, baru beberapa minggu mengenal Diandra, Andin mengerti kenapa Aji dan Ali sangat menyukai anak Pak Camat itu, Andin mengerti kenapa Kirino mencinta setengah mati. Andin juga mengerti, betapa Haris mendukung Lino untuk bersama Diandra

Rainbow Monochrome [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang