Your Heart Tells - (Tausol)

1.4K 84 3
                                    

Cklek

"Solar." Panggil Taufan yang memasuki kamar Solar sambil membawa buku tulis dan buku paket fisikanya.

"Ya?" Solar yang sedang membaca buku kompilasi fisika yang baru dibelinya kemarin menoleh.

"Kamu bisa bantu aku ngerjain PR fisika yang dikasih Bu Yessy nggak? Pemuaian ini susah banget. Blank asli. Udah nggak ngerti lagi aku." Taufan menepuk jidat.

"Pas banget aku abis baca kompilasi fisika. Bisa kuuji nih apa buku ini bener-bener ngepermudah belajarku atau nggak." Solar menaruh bukunya di meja kemudian menghampiri Taufan. "Bawa kursi ke sini baru aku ajarin. Soalnya kursi di kamarku cuma satu."

Akhirnya Solar mengajari Taufan dengan telaten. Keduanya berbagi fokus dalam satu meja.

"Ah, aku ngerti! Kamu hebat, Solar." Taufan sangat senang begitu mengerti caranya.

"Ranking satuku bukan cuma sekedar gelar kosong kamu tahu." Solar tersenyum kemudian melanjutkan mengajari Taufan.

Setelah PR Taufan selesai dan Taufan sudah mengerti sepenuhnya ia berterima kasih pada Solar. Namun saat Solar hendak beranjak ia menahan tangan Solar hingga membuat Solar menoleh dengan heran.

"Tunggu, Solar."

"Kenapa lagi?"

"Kamu abis ini ada waktu nggak?"

"Ada sih. Emangnya kenapa?"

"Kalo gitu mau nonton film sama aku?"

"Boleh."

🍼

Mula-mula Taufan membawa Solar ke kamarnya kemudian menonton film bersamanya lewat komputer.

Mereka juga sudah menyiapkan popcorn dan ice chocolate. Film yang mereka tonton berjudul Bumblebee. Di tengah filmnya Taufan menoleh ke arah Solar.

"Solar."

"Ya?" Solar ikut menoleh.

"Kamu kan deket banget sama Hali dan Thorn. Apa kamu sering nonton film juga sama mereka?"

"Kalo Thorn iya soalnya kan kita sekamar jadi aku gampang buat diajakin. Kalo Hali nggak terlalu. Daripada diajakin sama dia lebih tepatnya kalo pas dia nonton film aku nimbrung karena mau tahu filmnya juga jadi timingnya aja yang pas." Solar tertawa kecil. "Yah, terlepas dari gimanapun sikonnya aku akuin mereka emang paling deket sama aku sih."

"Mereka enak ya." Taufan menunduk sambil tersenyum tipis. "Aku jadi iri."

"Kenapa ... Ah!" Solar yang baru menaruh ice chocolatenya di meja malah tidak sengaja menyenggolnya hingga tumpah ke baju Taufan. "Aduh! Maaf, Taufan!" Solar buru-buru mengambil tisu kemudian mengelap baju Taufan yang basah namun saat ia mengelap bagian dada Taufan aktivitasnya terhenti karena terkesiap dengan detak jantung Taufan yang begitu kencang menjalari tangannya. Ia menatap Taufan nanar. "Kenapa jantungmu berdebar kencang sekali?"

"Ka ... Kamu mendengarnya? Itu, aku ... Sebenernya aku ... Eem ...." Taufan gelagapan.

"Apa ini alasannya?" Solar melihat tangannya di dada Taufan dengan tatapan meneduh. "Kamu iri dengan orang-orang yang deket sama aku."

Taufan yang begitu gugup sampai tidak bisa berkata-kata. Ia hanya memandangi Solar dengan wajahnya yang memerah.

"Aku emang deket sama Thorn karena dia sering main sama aku dari kecil. Terus, Hali. Dia emang sering berantem sama aku jadi interaksinya kelewat lancar menjurus riweuh. Tapi meski aku deket sama mereka kamu mesti tahu ini bukan sinetron atau drama picisan yang kalo sering berantem atau main bareng udah pasti jodoh." Solar membenamkan wajahnya ke bahu Taufan. "Bisa aja aku kasih kamu kesempatan yang lebih besar dari mereka, Taufan."

Taufan terpana seiring matanya yang berbinar. Ia hendak memeluk Solar namun Solar sudah lebih dulu beranjak sambil tersenyum hambar.

"Ah, aku bersihin lantai sama ambil baju ganti buat kamu dulu." Solar menunduk. "Maaf ya. Acara nontonnya jadi kacau gara-gara aku."

"Nggak kok!" Taufan menggenggam tangan Solar dengan wajah bersungguh-sungguh.

Namun karena pergerakan Taufan yang kurang terkontrol mejanya tersenggol lututnya hingga menyebabkan ice chocolatenya oleng dan tumpah ke komputernya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaargh!!! Komputerku!" Jerit Taufan.

END

LighterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora