[ D u a S a t u ]

27.4K 4.2K 883
                                    

Hai guyss! Maaf yaa chapter kemarin banyak yang bilang makin dikit, plis maaf bangett. Juga maafin kalo banyak typo, Tya bikinnya sambil nahan ngantuk soalnya jadi kadang ketiduran jadi gak tau kalo ada typo. Maaf yaa.

Hayoo siapa yang nungguin ceritanya ini?
Kangen gaa??
_____________________________

Semesta terus memukul wajah Guntur, sedangkan laki-laki itu hanya diam tanpa melawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta terus memukul wajah Guntur, sedangkan laki-laki itu hanya diam tanpa melawan. Ia membiarkan Semesta mengeluarkan semua amarahnya. Pukulan Semesta berhenti membuatnya menatap kearah Semesta. Semesta menatapnya dengan pandangan datar.

"Sampe lo mati pun lo gak bakal gue biarin ambil anak gue. Gue yang udah ngebesarin dia, gue yang udah ngasih dia nama, gue yang udah ngasih dia sosok pelindung juga rumah. Kalo lo mau ngambil dia sekarang maka lo telat, dia Putri Rajasta, yang artinya penerus Rajasta. The only one, liat aja apa yang bakal gue lakuin kalo lo berani ambil anak gue."

"Pfft, sejak kapan lo nganggep dia anak Ta? Sejak lo nggak bisa dapetin Yora? Iya?"

Bukan Guntur, namun Gempa yang mengajukan pertanyaan tersebut. Dari gestur dan nadanya berbicara seperti sedang mencemooh kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh Semesta.

"Dia emang anak gue anjing!"

"Ah masa?"

"Tapi gue bapak kandungnya, gimana dong?"

Gempa memiringkan kepalanya, gesturnya terlihat jelas sedang mengejek Semesta ditambah dengan senyuman remeh di bibirnya. 

Semesta yang melihat itu marah dan meninju wajah Gempa.

"Anjing!"

Guntur tersentak, nafasnya menderu. Ia memperhatikan sekelilingnya, lalu menghembuskan nafas kasar dan mengusap wajahnya. Ternyata tadi hanyalah mimpi, mimpi tapi terasa nyata.

Guntur menghempaskan kembali tubuhnya ke ranjangnya, keningnya berkerut mengingat ekspresi wajah Gempa yang ia lihat didalam mimpinya. Baru pertama kali ia melihat Gempa berekspresi seperti itu, biasanya laki-laki itu selalu tertawa konyol dan memberikan jokes jokes konyol yang mengundang tawa.

Ya, Gempa biasanya mengundang tawa bukan mengundang amarah seperti tadi.

"Act of bogeman mata lo empat Wan!"

Guntur berseru, ia mengingat kembali apa saja yang teman-temannya ucapkan dalam mimpinya. Ia tidak heran kalau sifat Awan dalam mimpinya pun masih absurd seperti itu karena memang begitu sifatnya.

Laki-laki itu memejamkan matanya, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Raya sudah tentu anak kakaknya karena ia sudah melakukan tes DNA pada keduanya, namun disisi lain Raya pasti sudah merasa nyaman dengan Semesta bukan?

Lagipula orang tuanya juga belum tau masalah ini, bagaimana sikap orang tuanya nanti saat mengetahui anak yang mereka banggakan ternyata melakukan hubungan zina seperti itu?

My Antagonis DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang