18/30

121 49 6
                                    

POV 3

Keadaan sangat canggung bagi Ninomiya Suzuko, karena tiba-tiba teman sekelasnya memintanya ke atap sekolah. Melalui surat, hanya berdua, di jam pulang sekolah ketika senja.

Bukankah itu seperti adegan pernyataan cinta?!

Suzuko tidak berniat berekspektasi tinggi, tetapi setelah membaca surat dari ketua kelas, ia mulai berusaha mencerna bagaimana sikap ketua kelas selama ini.

Setelah dipikir-pikir, ketua kelas selalu membelanya ketika Suzuko dalam masalah. Yang paling sering sih, ketika Suzuko sedang ditindas oleh Kuroto. Ketua kelas akan menegur Kuroto dan memintanya untuk tidak mengganggu Suzuko. Ia pikir, itu hanyalah tindakan klasik yang dilakukan sebagai ketua kelas yang baik.

Surat itu diberikan secara langsung oleh si ketua kelas. Masalahnya, Kuroto secara kebetulan sedang ada di sana, sehingga dia tentu juga tahu apa yang sedang terjadi. Sepulang sekolah nanti, Suzuko yakin bahwa Kuroto akan meledeknya habis-habisan tentang ini.

Ketua kelas sebenarnya bisa masuk ke tipikal laki-laki idaman Suzuko. Dia baik, ramah, dan sangat bisa diandalkan. Banyak teman-teman sekelasnya yang juga diam-diam menyukai ketua kelas. Namun, Suzuko ada di dunia yang sangat sempit, di mana saat ini satu-satunya teman di kelasnya hanyalah Kuroto.

Kuroto, terlepas dari sifatnya yang sangat menyebalkan, dia punya banyak teman. Teman dekatnya adalah Ichisaki Ken. Suzuko sama sekali tidak memiliki niat sedikitpun untuk berbicara dengan laki-laki itu karena sifatnya yang lebih ajaib daripada Kuroto. Sungguh, Ichisaki Ken hanya memenangkan pertandingan visual.

“Maaf, Ninomiya-San, apa kau menunggu lama?”

Suara itu seketika membuyarkan lamunan liar Suzuko. Gadis itu bahkan sudah mencak-mencak dalam hati karena jengkel dengan orang-orang yang tertarik dengan Ken. Wah, dunia ini benar-benar dipenuhi oleh para gadis buta.

“Uh, tidak juga, Kaichou. Aku juga baru sampai di sini,” ucap Suzuko.

Meskipun sekolah memang sudah sepi, tapi Suzuko tidak berbohong. Dia perlu waktu lebih untuk ‘mengusir’ Kuroto agar tidak terlalu menempel dengannya seperti benalu. Suzuko memang tidak tahu pasti apa yang diinginkan ketua kelas, sampai harus berbicara hanya berdua, tetapi jelas penindasan tidak akan ada di opsi.

“Aku ingin berbicara langsung pada intinya,” ucapnya dengan tegas, membuat Suzuko fokus menatap ke arahnya.

Ketua kelas berdiri membelakangi matahari yang tenggelam, membuat ekspresinya sedikit gelap. Suzuko bisa melihat wajah merahnya yang semakin merah karena disorot cahaya jingga yang menyilaukan.

“Ninomiya-San, aku menyukaimu.”

Tubuh Suzuko seolah menegang, kakinya yang berdiri tegak mulai melemah dan Suzuko benar-benar berharap dia bisa tetap berdiri di sana tanpa bergerak sedikitpun.

“Kita mungkin memang belum terlalu saling mengenal, tetapi inilah yang kurasakan terhadapmu. Aku … sebenarnya tidak berniat mengutarakannya kepadamu secepat ini, tetapi keadaan yang kita hadapi semakin tidak terkendali dan … aku hanya tidak ingin menyesal,” ucapnya.

Dia benar-benar langsung pada intinya, membuat Suzuko langsung memahami apa yang hendak disampaikannya. Namun, bersamaan dengan itu, rasa bersalah yang Suzuko rasakan semakin besar.

Selain karena Suzuko memang tidak merasakan apapun terhadap Ketua Kelas, Suzuko … tidak benar-benar ingat nama keluarga atau nama asli si Ketua. Selama ini, Suzuko melabeli wajahnya dengan nama ‘Kaichou’ dan dia mulai menyesali itu.

Suzuko mulai mengingat semua komik-komik shoujo-nya tentang moment ini. Suzuko harus terlihat sama kerennya dengan para pemeran utama di komik. Bungkukkan tubuh 90 derajat, lalu ucapkan maaf dengan tegas, dan jangan lupa berterima kasih.

Klise, tetapi nyatanya Suzuko masih kaku dan diam di tempat, tanpa mampu membungkuk apalagi sampai mengeluarkan kata-kata keren seperti itu.

OH, Suzuko lupa. Dia bukan pemeran utama yang optimis seperti di komik-komik. Mereka selalu berharap bisa terus menjadi teman baik selama ini, tetapi Suzuko yakin bahwa nantinya mereka akan menjadi teman sekelas yang tidak saling mengenal, terlalu canggung untuk melanjutkan pertemanan setelah tahu bagaimana perasaan sebenarnya dari salah satu pihak.

… Kalau Suzuko diam lebih lama lagi, maka yang biasanya terjadi di dalam komik--

“Aku tidak perlu jawabanmu sekarang,” kata Ketua Kelas.

TUH KAN! Ini benar-benar sama seperti yang ada di komik-komik!

Ketua kelas benar-benar akan memberikannya waktu untuk berpikir. Suzuko pikir, akan lebih baik jika langsung menolaknya secara tegas sekarang, karena Suzuko sudah tahu jawabannya, dia tidak pernah melihat Ketua Kelas lebih dari teman sekelas yang bisa diandalkan.

“M-ma--”

“Atau jawabanmu di masa depan. Kita tetap bisa menjadi teman. Aku hanya ingin menghilangkan keresahanku karena memendam perasaanku tanpa ada yang tahu.” Ketua kelas tersenyum, membuat Suzuko akhirnya bisa menghela napas lega.

“Maafkan aku,” ucap Suzuko.

“Tidak, aku yang harus minta maaf karena bersikap egois. Menenangkan diriku dan malah membuatmu terganggu. Aku harap kita bisa tetap berteman, Ninomiya-San.”

Ketua Kelas mengulurkan tangan, lalu Suzuko menyambut tangannya. Mereka bersalaman layaknya teman.

“Mungkin kau harus segera pulang, Otohara-San sudah mencarimu sedaritadi,” kata Ketua kelas.

Bersamaan itu, Suzuko merasakan bahwa ponselnya bergetar dan memang ada panggilan masuk dari Kuroto.

“Ah, kalau begitu aku pulang dulu,” ucap Suzuko sambil bersiap-siap pergi.

“Maaf karena menyita waktumu. Hati-hati di jalan.”

“Terima kasih,” kata Suzuko.

Dalam hati, dia bangga karena berhasil mengucapkan dialog ikonik. Tambahan lagi, ini berakhir lebih tenang dan indah daripada yang dipikirkannya.

Setelah Suzuko benar-benar pergi, Ketua kelas terdiam cukup lama di atap sekolah sembari meratapi tangannya yang berjabat tangan dengan Suzuko tadi, sampai akhirnya dia menghela napas lega begitu melihat Suzuko dan Kuroto yang berjalan bersama di bawah sana.

Ketua kelas mengepalkan tangan sambil tersenyum.

“Mencintaimu seperti menggenggam tangan kosong.”

***

TEMA: Cerita diakhiri dengan kalimat “mencintaimu seperti menggenggam tangan kosong.”

Kalau kalian ingat dengan alur cerita Lukewarm yang original, memang pernah ada scene tentang si ketua kelas yang menegur Kuroto saat mengganggu Suzuko (iya, dia jadi ketua kelas abadi di sini--sampai SMP 3 pula) dan memang dia sudah menunjukan interest kepada Suzuko.

Sayangnya, karena dia bukan karakter original Lukewarm, aku tidak memberikannya nama. Itu pula yang membuat Suzuko tidak tahu namanya (maafkan aku Kaichou :’)

Tema hari ini masih waras lah ya, tapi mendadak aku khawatir dengan tema besok

See you tomorrow! <3

Cindyana

LUKEWARM [END]Where stories live. Discover now