5/30

3.5K 546 25
                                    

SAKIHAKA KONATSU

"Hei! Apakah kau mau ikut karaoke?" tanya kapten kepadaku, tepat setelah aku mengancingkan kancing teratasku.

Aku menaikkan kepala sedikit agar rambutku tak menghalangi pandanganku. Kulihat wajah kapten, lalu melemparkan senyuman. Kapten malah langsung pergi tanpa menunggu jawaban dariku.

"Kalau begitu lain kali saja, ya, Konatsu."

Ini aneh. Kapten sepertinya tahu aku ingin menolak karena aku memang tidak bisa bernyanyi. Sepertinya ucapan orang-orang memang benar, Kapten sangat memperhatikan semua anggotanya.

Kubuka lokerku dan mengambil tas dan juga ponselku. Ada satu pesan dari Koharu-Nii yang memintaku untuk menunggunya di gerbang agar kami bisa pulang bersama nanti.

"Aku pulang dulu," pamitku, lalu membungkuk ke arah senpai-senpai yang melambaikan tangan.

Dalam perjalanan melewati lapangan baseball yang cukup luas dan tengah dipakai oleh orang-orang dari klub baseball, aku tak sengaja melihat Ichisaki Ren di lapangan soccer.

Sepertinya walaupun di kelas dia terkenal suka tidur, tetapi dia sangat serius di lapangan.

Satu pesan masuk lagi, membuatku segera memeriksa ponselku.

Kau di mana?

Ah, celaka. Koharu-Nii sudah menung--

PRANG!

Aku mendengar suara sesuatu berlaga dengan salah satu tiang lampu.

Saat kuangkat kepalaku, Ichisaki sudah duduk di atas rumput dan meringis memegang kakinya.

Segera kuhampiri teman sekelasku itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil mengulurkan tangan, menawarkan bantuan untuk berdiri.

"Ren! Kau tidak apa-apa?" tanya teman-temannya yang lain.

Ichisaki tidak langsung menjawab, sepertinya menunggu hingga kakinya yang sakit itu sedikit mati rasa.

"Harusnya dibiarkan out saja," ucap salah satu temannya.

Barulah Ichisaki menjawab, "Tapi, nanti bisa kena Sakihaka."

Barulah aku tersadar. Rupanya Ichisaki melakukan ini karena aku tidak fokus memperhatikan sekitar dan bola itu mungkin saja mengenaiku.

"Kau bisa berdiri?" tanyaku lagi saat menyadari bahwa Ichisaki tak kunjung menerima bantuanku.

"Sepertinya kakiku patah," gumam Ichisaki yang membuatku langsung panik.

Dia ini pemain bola. Kakinya adalah senjatanya. Jika tidak segera ditangani akan bermasalah.

"Ayo, naik ke punggungku," pintaku sambil berjongkok membelakanginya.

"Eh? Tidak apa-apa, aku masih punya kaki lain," ucapnya.

Hening.

Dia sana langsung hening dan menatap Ichisaki dengan tatapan aneh.

"Kaki kananku baik-baik saja, maksudku," tambahnya.

Sore itu, Koharu-Nii menunggu hampir setengah jam di gerbang.

* * *

5/30

Tema:

DAN TEMANYA SEMAKIN GILA, KAWAN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DAN TEMANYA SEMAKIN GILA, KAWAN.

Paus harus kuat. Haruuuus!

Cindyana

LUKEWARM [END]Where stories live. Discover now