Puzzle XVI

22 6 3
                                    

"Enak ya, tinggal di sini. Bisa ketemu pantai tiap hari. Bandung mah gunung deui, gunung deui."

"Jangan pakai bahasa Sunda, Ga. Saya enggak paham, dan enggak saya aja yang merasa gitu."

"Sori, ya, 'Om' Adit. Mantanku cewek Sunda. Aku paham si Rangga ngomong apa. Cuma satu kata, lagi, yang bahasa Sunda. Tapi si kalimatnya punya arti ambigu. Bisa merembet ke yang enggak-enggak tuh."

"Lon, inget, aya budak di bawah umur. Disensor dikit mulutnya, dibersihin dikit otaknya."

"Alah, si Rivai udah gede. Enggak apa lah, ya, Riv? Oi! Rivaaai! Mikirin apa kamu sampai ngelamun?"

"Nothing. Cuma heran kenapa aku bisa akrab sama kalian bertiga. Menurutku kalian yang paling 'ajaib'. Kak Rangga, yang aksen bicaranya membuat kangenku ke Bandung kambuh lagi. Mas Adit, salah satu sepuh—sori, Mas—di antara yang lain, kebetulan juga aku dianggap bungsu. Dan Kak Delon yang paling ... ya begitulah."

"Ya begitulah itu apaan? Jangan nanggung lah kalau ngomong."

"Hmm .... Full of surprise? Seperti Jack in The Box?"

"Uhuy, rupanya kesan buat aku yang paling keren."

"Itu hasil diperhalus, Lon. Aku yakin da, aslinya lebih kasar dari itu."

"Kamu enggak bisa lihat orang seneng bentar, Ga?"

"Enggak berminat melerai mereka, Mas?"

"Biarkan aja berantem dulu, Riv. Enggak akan lama. Beberapa hari lagi juga pada pisah jalan, kangen satu sama lain."

"Yeah. Apalagi kalian teman seperjalanan. Pernah berbagi rasa lelah bersama. Aku sendiri enggak ngalamin—maybe not yet. Kelihatannya karena itu aku dipanggil bungsu. But, I think I'll miss you too. All of you."

"Kami memang bersembilan sewaktu ke sini, Riv, tapi saya menghitung ada sepuluh backpacker. Kamu dihitung, karena pulau ini udah kamu jelajahin luar-dalam, dan kami enggak akan ketemu pantai sebagus ini kalau bukan karena kamu. Kamu sepantaran kami dari segi pengalaman backpackering. Kamu bungsu cuma dari segi umur."

"Aku malah happy dibilang bungsu, Mas. Punya kakak seru juga, kelihatannya."

"Delon pernah bilang mau adik kayak kamu. Kamu bukan orang yang heboh enggak jelas, katanya."

"Mereka mah sesama anak tunggal yang pengin punya saudara, Mas Dit. Aku kebalikannya. Tetehku tukang ngomel. Untung sekarang udah nikah, ikut suaminya. Mau adopsi dia jadi kakakmu, Riv? Aku rela da."

"No, thanks. Mungkin sudah betul aku jadi anak tunggal. Habisnya aku juga enggak mau punya saudara seperti Kak Delon."

"Rivai! Aku bisa denger dari sini oi! Sini kamu! Biar kuceburin ke air!"

------------

To be continued ....

~Sabtu, 2 April 2022~

His RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang