Tidak Masuk Akal

5.3K 617 29
                                    

"Mah, ayo Papa bantu pakai ovulanya..."

Selain obat penguat kandungan yang diminum melalui oral, ada satu obat yang harus digunakan Lyora melalui vagina. Ketika perutnya membuncit, pergerakan Lyora tentu saja menjadi terbatas sehingga ia membutuhkan bantuan Bima untuk memasukkan ovula itu ke dalam vaginanya. Namun kini walaupun perut Lyora masih datar, tetap saja ia membutuhkan bantuan Bima. Hal itu karena Lyora merasa ngilu jika harus melakukannya sendiri.

"Enggak usah, Mas. Aku bisa pakai sendiri," tolak Lyora sambil menuju ke kamar mandi.

Dampak kejadian di kamar Giffari tadi rupanya masih dibawa Lyora hingga ke kamarnya. Begitupun dengan Bima yang bersikap seolah tidak terjadi sesuatu. Pria tampan yang kini berusia empat puluh lima tahun itu justru menggonta-ganti topik pembicaraan demi mengalihkan kejadian di kamar putra sulungnya tadi.

Bima menyusul Lyora yang kini telah duduk di atas kloset. Kedua paha Lyora telah terbuka lebar. Seharusnya Lyora sedikit menunduk untuk memperhatikan arah tangannya ketika akan memasukkan ovula ke vaginanya. Namun Lyora justru membuang wajahnya ke samping sambil meringis menahan ngilu. Akibatnya, satu ovula tadi terbuang percuma karena meleset ke dalam kloset.

"Biar Papa bantu, Mah," ujar Bima selirih mungkin. Nada bicaranya tegas tanpa mau menerima penolakan dari Lyora.

Dengan hati-hati, Bima segera menuntun Lyora untuk duduk di ranjang. Ia memposisikan Lyora senyaman mungkin sebelum membantu memasukkan ovula yang baru ke dalam vagina Lyora. Atas bantuan suaminya, pekerjaan yang ringan telah selesai.

Alih-alih mengucapkan terima kasih, Lyora kembali menanyakan pertanyaan yang belum Bima jawab tadi, "apa yang kamu sembunyikan dari aku?"

"Enggak ada apa-apa, Sayang. Kamu jangan percaya sama Abang. Anak itu cuma bercanda."

"Jangan bohong atau aku tidur di kamar Ibu," Lyora mengancam.

Ketika Lyora mengeluarkan jurus andalannya, Bima mulai pasrah. Jika Mirna tahu keduanya sedang berdebat, tentu saja akan ada drama baru lagi.

"Abang minta kado aneh-aneh, Mah," jawab Bima jujur.

"Bukan itu, Mas. Aku kan udah bilang, jangan bohongi aku."

"Serius Lyora Sayang....."

"Ada sesuatu di hp kamu, Mas," tuduh Lyora.

"Sial! Mengapa ingatan Lyora masih bagus?" batin Bima.

Bima mengutuk dirinya sendiri karena kekeliruannya yang belum menghapus riwayat pencarian laman webnya dan juga isi galeri ponselnya. Yang lebih menyebalkan adalah hal itu dijadikan Giffari untuk mengancamnya.

"Enggak ada apa-apa, Sayang," sekali lagi Bima meyakinkan.

"Kamu masih simpan foto-foto liburan Giska di Bali?"

Bima tersedak mendengar tuduhan Lyora yang tak masuk akal. Kala itu, memang benar bahwa ada foto-foto Giska yang sedang berbikini di galeri ponselnya. Namun Bima bersumpah bahwa itu hanya kesalahpahaman semata. Ia mengaktifkan fitur auto download di aplikasi WhatsApp-nya dan waktu itu Giska tidak sengaja mengirim foto-foto berbikininya saat di Bali ke grup kantor. Di depan Lyora, ia benar-benar menghapus foto-foto seksi itu sampai tidak tersisa satupun.

"Demi Allah, Lyora Sayang," Bima bersumpah atas nama Tuhannya. "Kamu lihat sendiri kan foto-foto seksi itu udah aku hapus," lanjut Bima mengingatkan.

"Oh, jadi Giska seksi?" Lyora mulai emosi.

"Enggak, Sayang......"

"Jangan bohong!"

"OK, aku akui dia cantik, seksi dan apapun itu yang wanita di luar sana miliki. Tapi cuma kamu yang aku sayang. Cuma kamu, Lyora Allona," ujar Bima sambil memeluk erat istrinya.

ANAK-ANAK BIMANTARAOnde histórias criam vida. Descubra agora