Tiga puluh Tiga

349 30 11
                                    


Jika saja waktu itu aku tahu jika malam itu adalah malam terakhir ku memilikimu, mungkin aku tidak akan pernah pergi dari sisimu.

Selamat membaca
______

Hembusan angin malam menerbangkan beberapa helai rambut Maya, ia tersenyum begitu cantik, rembulan bersinar cerah menerangi gelapnya bumi.

Leo sendari tadi tak henti tersenyum dan menatap wajah Maya, sungguh ia sangat beruntung memiliki kekasih cantik nan baik seperti Maya.

"Wow pemandangannya sangat indah dari sini" Devin bersorak heboh setelah sampai di rooftop.

"Hai kecilkan suara mu!" Cletuk Maya yang terganggu.

"Oh maaf, aku sangat sengat terpukau akan ke indah kota dari atas" Devin mendekat pada pembatas rooftop dan sedikit menduk ia langsung mundur beberapa langkah.

"Kenapa?" Leo menyerit bingung melihat Devin yang wajahnya sekarang sudah pucat.

"Kalo takut ketinggian gausah sok deh" ucap Maya dengan nada sedikit mengejek sahabat kekasihnya itu.

Leo yang mengerti langsung tertawa karena memang benar Devin itu takut ketinggian, Sedangkan yang di tertawakan menatap mereka dengan tatapan horor andalannya.

"Jantung ku rasanya mulai tidak normal" ucap Devin sembari memegangi dada bagian kirinya.

"Dev, ngapain di situ sini" Maya menyuruh Devin untuk ikut bergabung duduk di atas karpet.

"Malam yang begitu indah" ucap Leo sembari menyelip kan bunga di telinga Maya.

"Aduh dunia serasa milik berdua" cletuk Devin sembari duduk di samping Maya.

"Iya yang lain nebeng" sahut Maya sembari melirik Devin.

Tak berselang lama ponsel Devin bergetar dan ia langsung mengambil ponselnya yang ia letakkan di saku hoodienya.

"Hallo?"

"..........."

"Iya pa devin baik-baik saja"

"..........."

"Iya papa, devin pulang sekarang"

"..........."

"Iya waalaikumsalam"

Devin mengembalikan ponselnya ke tempat semula dan ia menoleh melihat sahabatnya yang masih bercumbu mesra ia tersenyum ketika melihat Maya tersenyum, ia suka senyuman Maya entahlah senyuman gadis itu selalu berhasil membuatnya lupa akan rasa lelahnya.

"Duluan ya" Devin berdiri dan pamit kepada Leo dan Maya.

"Lah ini masih jam tujuh lewat dua belas menit vin" Leo berkata sembari mendongak menatap sahabatnya yang sudah siap untuk pergi.

"Udah di cariin bokap" Devin sedekit cengengesan dan mulai berlalu meninggalkan rooftop.

"Cieilah, kek anak kecik" Maya berkata dengan nada mengejek.

"Tu tandanya orangnya sayang" sahut Devin yang mulai menjauh.

Suasana kembali hening hanya terdengan deru nafas mereka Maya menatap Leo yang sendari tadi tak henti menatapnya, apakah leo tidak bosan?.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang