9. Kakak

429 66 2
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Kondisi Osamu semakin buruk dan operasi yang seharusnya sudah terlaksana, terus ditunda. Kini, jadwal pasti untuk operasinya menjadi tanggal 6 Oktober.

"Sam"

"Hm?"

"Lo masih kuat?" Tanya Atsumu

"Ma-masih" balas Osamu

Osamu mulai kesulitan berbicara karena kondisinya. Ia pun sering memilih untuk mengurangi kata-katanya.

"Lo harus bertahan sam. Lo janji kan sama gw."

Atsumu berbinar-binar seolah matanya tidak pernah berhenti berharap.

Osamu yang melihatnya terdiam untuk beberapa saat. Ia ragu, ia hanya mengucap satu kata.

"Iya"

Osamu lalu tersenyum, senyum yang hambar dan terpaksa. Tetapi itu sudah cukup untuk menyemangati Atsumu kembali.

"Lo pasti sembuh, gw yakin. Gw mau keluar cari makan. Lo mau apa? Ntar gw beliin." Tanya Atsumu seraya memasang jaketnya

"Gw mau pu-"

Ucapan Osamu terpotong

"Oh puding, tunggu ya~"

Atsumu pergi meninggalkan Osamu..

Beberapa saat setelah kepergian Atsumu, ada seseorang yang datang ke kamar tersebut. Seorang pria tinggi dan kurus, seseorang yang Osamu kenal.

"Suna"

"Hm. Gw kesini mau ngasi ini."

Ia memberikan sebuah kotak. Osamu membuka kotak tersebut, isinya penuh dengan foto-foto aib Atsumu dan Osamu yang selalu Suna foto.

Osamu terkekeh

"Buat apa sih?" Tanya nya

"Hadiah. Gw gak akan datang ke ulang tahun lo bulan ini dan gw rasa, gw harus ngasi itu sekarang. Gw juga bakal bilang sama Atsumu. Selain itu,"

Suna memperhatikan Osamu dari atas sampai bawah. Kini sosok yang berada dihadapannya bukanlah Osamu yang dulu, yang ia lihat hanyalah kerangka hidup baginya. Semuanya sudah hilang bersamaan dengan bertambahnya hari.

"Bentar lagi kan?"

Ucap Suna pelan dengan nada yang agak bergetar.

Suna menepuk bahu kanan Osamu

"Gw seneng berteman sama lo"

Lalu ia pergi meninggalkan Osamu.

Osamu terkejut, tetapi ia hanya bisa tersenyum sambil mengiringi kepergian Suna.

Atsumu belum juga kembali. Osamu hanya menunggu.

Kriett...

Seseorang masuk, ia bukan Atsumu. Orang tersebut memiliki wangi yang lembut. Osamu benar-benar mengenal orang itu. Saat ia mendekat, Osamu langsung memeluknya.

"Osamu, kenapa nak?"

Osamu hanya terdiam dalam pelukan wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibunya. Mama Miya tidak tau apa-apa, tetapi ia mengerti. Ia mengelus surai Osamu dengan lembut. Setelah beberapa menit Osamu mulai tenang dan mau berbicara.

"Ma, Samu punya permintaan."

Ia melepas pelukannya.

"Permintaan apa?"

Osamu menyodorkan sebuah surat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Atsumu sudah sampai di rumah sakit, ia bergegas menuju ruangan Osamu. Dari luar ia mendengar pembiacaraan Osamu dengan Mama Miya.

Comeback To MeМесто, где живут истории. Откройте их для себя