ZOO

2.5K 450 32
                                    

•Renjun 3 tahun•


Brakk!

"Lo tau ngga sih? Gue benci tuh bocah" Jeno bersuara lirih, pintu mobil ditutup keras hingga menimbulkan suara yang tidak biasa nyaringnya.

"Apa salahnya sih nurutin kali ini doang" Eric membujuk abangnya yang masih kesal dari tadi.

"Iya tapi hari ini liburan gue mau santai-santai dirumah asal lo tau aja! Besok gue udah sibuk lagi di resto, lo tega banget emang sama abang sendiri"

"Ya kan kasihan Injun udah gue kasih janji-janji mulu dari kemaren kalau kita mau ke zoo"

"Jadi lebih penting Renjun dari gue??"

"Lebay lo ah, cepet ayo"

Kakak beradik itu memasuki kawasan kebun binatang bersamaan, berbeda dengan wajah Renjun dan Eric yang begitu sumringah, Jeno nampaknya masih sebal karena waktu liburannya diganggu si adik.

Bocah itu memang banyak maunya ya!

Bisa-bisanya lebih pandai mengambil hati Eric!

"Moomin nya ngga sama kaya dibuku Injun" tutur Renjun lesu saat melihat seekor kudanil yang berada ditengah-tengah kolam, namun tersenyum setelahnya ketika melihat bagaimana cara kudanil memakan satu buah semangka. "Tapi kerenn" pekiknya dengan wajah berubah drastis.

"Njun lihat deh, ada gajah disana.. embul banget ya kaya daddy Jen" Eric mencoba bergeser sedikit, mengabaikan Jeno yang masih berdiri disana dengan hidung kembang-kempis tidak terima disamakan dengan gajah.

Si bocah tertawa heboh tatkala melihat gajah dan Jeno bergantian, wajah si ayah angkatnya memerah bersiap protes namun ditahan.

"Ngga kak, daddy Jen kaya singa"

"Singa?"

"Eum, suka marah-marah. Serem" kata Renjun jujur, diselingi tawa Eric.

Jeno hilang mood, sebenarnya sudah tidak ada mood sejak pagi tadi. Langkahnya ia bawa ke tempat duduk tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Menoleh kanan dan kiri tetap saja tidak ada yang menarik.

Sampai akhirnya seorang gadis menyapa Jeno, suara halus khas perempuan terdengar oleh Eric dan mendapati Jeno tengah mengobrol dengan gadis asing. Ntahlah tidak pernah tau siapa gadis itu tapi sepertinya Jeno cukup dekat dengannya.

Menghampiri sebentar kedua orang dewasa itu lalu tiba-tiba meletakkan Renjun yang tadi ada di gendongannya pada pangkuan Jeno. "Gue kebelet, lo jagain Injun dulu"

Eric lari tanpa mendapat izin, Jeno sudah dongkol malah semakin kesal jika menyentuh Renjun begini.

"Anakmu Jen? Bentar-bentar, kok ngga mirip ya?" gadis itu memperhatikan Renjun dan juga Jeno bergantian, bahkan jika dilihat secara spesifik pun tidak ada sama sekali kesamaan antara mereka. "Tapi dia cantik, pasti mirip ibunya"

"Iya kali" Jeno singkat.

"Oh ya mana istri lo? Kurang ajar banget lo nikah ngga undang-undang gue"

"Ya gue belum nikah undang-undang gimana deh!"

"Lah gimana sih" gadis yang ternyata teman sekolah Jeno dulu itu bernama Wendy, berkunjung kemari juga untuk membawa jalan-jalannya keponakannya.

"Dad, kak Eric kemana?"

"Ngga tau, mau cosplay jadi kudanil kali" jawab Jeno asal. Dan Wendy tertawa mendengar jawaban itu, menampar pelan bahu Jeno sebagai refleks.

"Ayo ke kak Eric dad" pinta Renjun menunjuk-nunjuk kearah jalan dimana Eric tadi pergi.

"Eh Jen gue tinggal duluan ya, kayanya ponakan gue udah mau minta pulang" Wendy pamit sebentar, setelah itu pergi.

Berganti wajah Jeno turun menghadap Renjun yang ada dipangkuannya. "Tunggu disini ajalah ya.. gue capek nih lo ngga kasian apa sama gue?" Jeno merengek dengan tampang yang dibuat sejelek mungkin, ucapannya yang terlalu cepat menurut Renjun membuat si bocah malah tidak mengerti apa yang baru saja Jeno katakan.

"Ayo nyusul kak Eric dadd"

"Kaki gue males berdiri"

"Ayoo"

"Lo aja kesana sendiri deh" Jeno menurunkan Renjun dari pangkuannya, memutar bahu Renjun dan mendorongnya pelan untuk menyusul Eric seorang diri.

Lupa dengan siapa ia bicara, Jeno masih dengan acara menyuruh Renjun untuk pergi sendiri. Namun si bocah tiga tahun itu terlalu takut menembus keramaian yang ada disana, orang asing ada dimana-mana dan Renjun tidak berani.

"Lo kesana aja, ngga bakal ilang sih kata gue.. siapa juga yang mau nyulik bocah nakal kaya lo" Jeno menyandarkan punggungnya, matanya masih memperhatikan Renjun yang berdiri dihadapannya dengan kikuk. Anak kecil itu sepertinya tidak nyaman saat Jeno melepaskan pegangan tangannya.

"Injun mau ketemu kak Eric" lagi-lagi Renjun bersuara, jari-jarinya bergelut gelisah menyadari tidak ada tangan seseorang yang ia gandeng.

Tepat saat Eric kembali, Renjun menangis kencang. Rasanya ketakutan saat ditinggal oleh Eric, apalagi kelakuan Jeno yang tidak ada lembutnya sama sekali.

"Injun kenapa?"

"Kak Eric lama hueee" tangis itu malah semakin membuat Jeno pusing, berdiri dan beranjak dari tempat duduk kemudian melengos pergi.

"Gara-gara lo ya!" pelotot Eric pada Jeno. Sedangkan si tersangka yang sudah berjalan menjauh hanya melambaikan tangan tidak peduli.

.
.

"Mau itu daddy Jen" tunjuk Renjun pada penjual ice cream.

"Lo ada di gendongan Eric tapi mintanya ke gue ya"

Kalau begitu..

Renjun merentangkan tangannya lebar, diperhatikan Jeno bingung. Tandanya apa itu?

"Kalau gitu gendong"

Eric yang mengembangkan senyum langsung saja memberikan Renjun pada Jeno.

"Eskrim" ujar Renjun lucu, sekarang dia sudah ada di gendongan Jeno, jadi boleh kan meminta ice cream padanya?

"Pinter banget" sindir si ayah.

Alhasil dengan terpaksa Jeno menurut, membelikan Renjun satu cup ice cream. "Kalau ngga habis gue cekokin" ancam Jeno mendapat pukulan Eric yang mendengarnya.

Renjun bertepuk tangan gembira saat ice cream kesukaannya sudah ada dipelukan, berterima kasih tidak lupa satu kecupan ringan dipipi Jeno. Membuat si pemilik pipi tirus itu tanpa sadar mencetak senyum.

"Gimana? Pulang sekarang?" tanya Eric.

"Gue mau makan dulu, cepet cari tempat enak"






Next Later

Baby Renjunnie ver 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang