Random

2.1K 387 15
                                    


•Renjun 3 tahun•


Jeno baru saja selesai mandi, sepulang dari resto tadi Jeno tidak langsung pulang melainkan menemani Eric dan Renjun jalan-jalan di taman.

Banyak sekali permintaan Renjun saat mereka di taman tadi, dari mulai ice cream hingga ingin di temani bermain lari memutari air mancur. Jangan tanyakan apakah Jeno tidak lelah..

Hembusan nafas panjang itu sebagai tanda kelegaan karena telah aman di dalam kamar miliknya. Tidak ada lagi ocehan Eric, dan juga tidak ada lagi kelakuan menyebalkan Renjun.

"Hufff" Jeno duduk di sofa dekat jendela kamar, mengecek ponsel yang lumayan lama tidak Jeno buka seharian ini.

Namun setelah itu..




Brak brak brak brak!



Ketukan pintu begitu bising membuat Jeno menahan gejolak amarah, pasalnya ia tau jelas siapa pelaku dibalik ketukan buas tersebut.

Siapa lagi kalau bukan setan cilik itu.

"Sumpah kalau bener-bener Renjun gue pastiin anak itu gue cincang abis ini" kesalnya tertahan.

Setelah dibuka pintu kamarnya, kepalanya menunduk mendapati benar saja si bocah itu berdiri disana, tersenyum sumringah dengan kedua tangan memeluk ipad kepunyaan Eric.

"Gue tadi udah buat sumpah mau cincang orang yang ngetuk pintu gue" seru Jeno pada Renjun.

"Kak Eric yang ketuk pintu.. daddy Jen" tunjuknya kearah belakang yang kosong tidak ada siapapun, menampakkan wajah polosnya.

Jeno menghela nafas. "Mau apa lo kesini?" tanyanya.

"Mau masuk"

"Ngga boleh"

"Kenapa?"

"Karena gue mau tidur"

"Injun masuk doang daddy Jen" kepalanya celingukan mencoba mencari tau ada apa saja didalam kamar Jeno.

Melihat tingkah anak itu ntah mengapa malah luluh dan membolehkan Renjun masuk.

Si bocah langsung berlari kecil menghampiri sofa, meletakkan tablet yang tadi ia pegang terlebih dahulu kemudian badannya berusaha naik. Tidak menunggu waktu lama anak itu sudah duduk tenang menonton video kompilasi disana.

"Daddy Jen" panggil si anak.

"Hm?" Jeno berdehem sebagai respon, dirinya masih berdiri disamping ranjang melanjutkan untuk memeriksa ponsel sebentar.

"Mau ini"

Jeno memutar bola matanya malas, tolong siapapun bawa anak ini keluar saja. Jeno menyesal membolehkannya masuk tadi. "Jangan.. minta apa-apa sama gue sekarang. Mending lo diem anteng disitu jangan ngomong"

Memperingati seperti itu tapi tangannya meminta ipad yang dipegang Renjun, melihat video apa yang disaksikan anak itu.

"Mau itu" kata Renjun lagi.

"Headphone?"

Renjun tidak mengerti apa nama benda itu tapi kepalanya mengangguk cepat.

Jeno mengembalikan ipad tersebut pada pangkuan Renjun dan memutar badan, langkahnya dibawa memutari ranjang dan berakhir mengambil sesuatu di laci kecil.

Headphone yang seperti Renjun inginkan. Bocah itu berbinar sejak benda yang sama yang ada di video diberikan padanya.

Diterima dengan perasaan senang, Renjun memakainya. Sedangkan Jeno masih berusaha menyambungkan alat itu agar terhubung dengan ponselnya.

"Ada suara?" pekik Renjun senang, tersenyum begitu lebar dan bertepuk tangan riang.

Jeno terkekeh dengan senyum dipaksakan. "Norak"

Tolonglah Jen, Renjun kan masih anak-anak.

"Udah? Diem disini gue mau tidur"

Renjun mengangguk patuh, menimbulkan senyum lagi-lagi tercetak di wajah Jeno. "Tunggu aja disini sampai Eric dateng"

Tidak ada jawaban lagi dari Renjun, si bocah sepertinya mulai menikmati musik yang masuk di telinganya.

Kembali berjalan menaiki ranjang, Jeno berbaring dan menyamankan diri. Matanya hampir terpejam hingga sialnya lagi-lagi suara Renjun terdengar.

"Daddy Jen"

Jeno terkejut dengan anak itu yang sudah ada di atas ranjang juga, duduk di sebelah Jeno berbaring. Bertanya dalam hati kapan anak itu pindah..

Headphone yang tadi sudah di lepas, berganti menunjukkan Jeno satu video lagi.

"Mau ini"

Jeno melihat video tersebut, video hiburan seorang anak kecil yang tengah bersuara dihadapan kipas angin. Sempat bingung yang mana yang diminta Renjun, sampai si anaknya sendiri yang menunjuk layar itu.

"Kipas angin? Disini ngga ada kipas angin kan kita pake AC" suara Jeno meninggi tanpa sengaja, keinginan Renjun semakin hari semakin aneh.

"Injun mau kayak gitu"

"Gitu apa?"

"Waaaa gitu" katanya, menirukan suara anak kecil didalam video. Suara anak tersebut terdengar bergetar saat bersuara didepan kipas angin, sepertinya membuat si kecil tertarik dan ingin mencoba.

"Kelakuan lo makin hari makin ga jelas ya. Capek gue" Jeno memejamkan lagi matanya.

1 detik

2

Hingga 6 detik Jeno membuka mata lagi, bangkit dari acara berbaringnya dan duduk. "Arrgggh ayo sini cepet" Jeno kesal pada diri sendiri saat tidak bisa menolak keinginan Renjun.

.
.
.

Langkahnya sampai pada atap rumah, memasuki ruangan kecil yang didalamnya banyak barang yang tersimpan. Dari barang yang masih dipakai hingga yang sudah tidak dipakai lagi.

Jeno menurunkan Renjun yang tadi ada di gendongannya, kemudian melangkah untuk mencari-cari dimana letak kipas anginnya dulu.

"Dad-

"Sssttt diem"

Si kecil langsung diam, padahal siap melayangkan beberapa pertanyaan yang begitu ingin ditanyakan saat melihat benda-benda unik yang ia lihat.

"Akhirnya" Jeno berujar lega saat menemukan kipas angin itu di sela tumpukan kardus.

Si lebih besar membawa kipas angin itu keluar terlebih dahulu, kemudian menggandeng Renjun untuk turun.

Pukul 9 malam Eric menuruni anak tangga, setelah menghampiri kamar Jeno yang ternyata kosong ia baru mencari si adik di lantai bawah.

"Kemana ya mereka?" tanyanya pada diri sendiri. Kemudian telinganya mendengar sesuatu.

"Aaaaaa daaaa waaa"

Mendengar itu Eric segera mencari asal suara, tibanya langkah ternyata sampai di ruang tengah dimana ada Jeno dan Renjun disana.

Renjun yang sibuk bersuara lucu di depan kipas angin dan Jeno yang berbaring di karpet dengan buku menutup wajahnya.

Tertawa merasa lucu namun juga ada rasa kasian pada kakaknya.


Dia pasti lelah.










Next Later

Baby Renjunnie ver 2Where stories live. Discover now