MARAH

5K 735 23
                                    

•Renjun 4 tahun•



Renjun hanya ingin membantu, apa salah?


"Dad, Injun lapar"

"Makan aja sana sendiri. Kan Eric juga udah masak banyak. Ga usah manja" marah Jeno.

Renjun sedih mendengarnya, ia tau jika dirinya melakukan kesalahan dan ceroboh. Tapi ia sudah meminta maaf, kenapa Jeno begitu marah padanya.

"Lo bisa ga sih bersikap kaya bayi pada umumnya? Gara-gara lo kertas laporan gue basah! Rusak!" Murkanya pada Renjun.

"Tapi, Injun ga sengaja dad"

"Pergi ke kamar! gue sibuk"

Renjun yang sudah ingin menangis, segeralah berbalik dan pergi meninggalkan Jeno yang masih membereskan kekacauan di meja kerjanya. Anak itu ketakutan saat melihat Jeno marah.

.
.

Eric baru saja menuruni anak tangga melihat Renjun adik manisnya yang berjalan dengan kepala menunduk, tentu saja membuatnya merasa penasaran dan mendekati kecil kesayangannya itu. Setelah didapatinya Renjun menangis, ia lebih mendekat dan berjongkok dihadapan si kecil.

"Injun kenapa nangis? Abis jatuh? Sakit?" Eric mendadak merasa khawatir. Mata rubah Renjun banyak mengeluarkan air mata.

Si kecil menggeleng, ia menubruk tubuh Eric yang berjongkok tepat dihadapannya. Memeluk erat sesenggukan.

"Oh lo disini, kunci tuh anak dikamar sebelum rumah ini kebakar gara-gara dia"


Eric merenggut tak suka.
Bagaimana bisa kakaknya itu bicara seperti itu di hadapan Renjun.


"Apa lagi? Mulut lo emang bener-bener ya bang" kesalnya.

"Kertas laporan rusak gara-gara dia!"

"Injun minta maaf~" terdengar gumanan Renjun di gendongan Eric, anak itu menyembunyikan wajahnya takut.

"Kenapa sih? Kan lo bisa cetak lagi"

"Laporan itu belom gue salin, sialan!"

Jeno pergi, ia harus mengganti kembali laporan nya. Tidak ingin semakin marah dengan anak angkatnya lagi. Ia rasa sudah sangat lelah dengan anak itu.

"Kak Eric~" rengeknya mengeratkan pelukannya pada sang kakak. Renjun tentu takut melihat Jeno yang sepertinya marah besar.

"Memangnya Injun ngapain sampai bikin Daddy marah?"

"Injun mau kasih daddy Jen air minum, daddy Jen pasti lelah bekerja terus. Tapi airnya tumpah ke kertas daddy" katanya sesenggukan.

Eric jadi tidak tega melihat si kecil. Bagaimanapun Renjun masih kecil, niatnya pula sudah bagus memberi Jeno minum. Tapi namanya juga si kepala besar Jeno yang sudah terlanjur marah, minta maaf dari Renjun pun sudah pasti hanya seperti angin lalu untuk Jeno

"Injun minum dulu"

Setelah di gendongnya Renjun menuju dapur, Eric memberinya minum agar si kecil sedikit merasa tenang. Mata dan juga hidung Renjun memerah akibat menangis.

"Abis ini kalau daddy Jen udah ngga marah, Injun minta maaf lagi sama daddy"

"Injun takut kak"

"Ngga apa, Injun tau kan daddy itu baik. Pasti mau kok kalau maafin Injun"

Sejenak Renjun diam, berpikir lagi takut-takut jika nanti Jeno malah semakin marah saat Renjun mendekatinya. Tapi Renjun juga harus meminta maaf.

"Injun mau minta maaf lagi sama daddy Jen nanti"

Eric tersenyum lembut. Setelahnya berganti dengan senyuman bangga.

Lihatlah, selama ini didikannya sungguh berhasil membuat Renjun tumbuh menjadi anak yang sangat baik, patuh dan juga pintar.


.
.
.


Malam ini seperti yang telah Renjun sepakati dengan Eric. Anak angkat Jeno yang berusia 4 tahun itu menghampiri Jeno yang kini duduk bersantai pada kursi telur memainkan ponsel.

Sepertinya baru selesai dengan pekerjaannya.

Renjun menelan ludahnya sendiri, terasa gugup dan takut ketika berdiri dihadapan Jeno. Laki-laki itu masih tidak menyadari keberadaan Renjun yang berdiri di depan sana.

Hening,

Renjun memainkan sendiri pinggiran celana pendeknya, siap tidak siap jika Jeno akan kembali membentaknya. Mungkin akan lebih parah dari tadi sore.

"Ngapain lo disana?"

"Eumm.. Injun minta maaf"

"Lagi?"

Si kecil mengangguk.

"Sini, pijitin gue dulu baru gue maafin"

Kepala yang tadinya menunduk kini terangkat disertai senyuman yang mengembang. Renjun tidak masalah dengan apapun permintaan Jeno asal pria itu mau memaafkannya.

Dengan patuh ia segera naik pada kursi telur yang cukup luas tersebut, duduk disebelah kaki Jeno dan mulai memijit.

Jeno meletakkan ponselnya memilih membaringkan badan, tenaga Renjun memang tidak begitu besar tapi tidak apa.

"Daddy Jen masih marah?"

"Masih"

Renjun diam, tidak dengan tangan kecilnya yang berusaha sedikit menekan lagi pijatan nya.

"Gue bisa aja usir lo dari rumah, tapi ga bisa juga karna gue bisa berantem sama Eric. Jadi ya -

"Tapi Injun ngga punya rumah"

"Hm?"

"Kalau daddy Jen usir Injun, Injun tidur dimana? Injun kan ngga punya rumah"






Cklekk!






"Apa-apaan sih bang lo ngomong kaya gitu ke Injun. Yang ada elo yang gue usir"

"Tuh kan"





Next Later

Sorry buat yang ver2 ini ngaret banget. Ide nya suka ilang 😩

Baby Renjunnie ver 2Where stories live. Discover now