12. KESALAHPAHAMAN YANG TERSELESAIKAN 6

4.1K 576 11
                                    

"Apa kalian tidak akan menyerah?" - ujar Lucius setelah serangan tombak air berakhir.

"Kau mungkin kuat Grand Duke Lucius. Namun kami tidak hanya berlima." - Zavier.

Puluhan orang bertopeng hitam keluar setelah kabut menghilang. Lucius merutuk dalam hatinya. Namun tentu saja wajahnya tetap tenang. Mereka tidak sekuat lima swordmaster itu, namun kekuatannya kini hampir terkuras habis. Dia akan setidaknya terluka parah jika nekat melawan mereka. Lucius membuka inventory, sebuah jendela sistem yang hanya akan di lihat olehnya muncul di depan matanya. Dia mengambil sebuah item berbentuk bola dan menggenggamnya.

"Kita akan bertemu lagi, benarkan Swordmaster Zavier?" - ucap Lucius. Tangannya terangkat tinggi, dia membanting bola itu. Kabut tebal berwarna hitam mematikan kelima indra mereka.

Zavier yang menyadari sesuatu janggal berteriak dengan keras, "HENTIKAN DIA!"

Namun Lucius sudah menghilang. Dia berteleportasi menggunakan bom asap yang tadi dia banting. Item itu memang item yang cukup langka, namun item itu memiliki kekurangan yang sedikit merepotkan. Dia tidak akan tau dimana dia berteleportasi. Beruntungnya, Lucius berteleportasi jauh dari gang tempatnya bertarung tadi dan dekat dengan mansion Grand Duke Edinburgh.

Dia mengaktifkan stigma body as light as a feather, berlari cepat menuju ke kediaman. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai. Lucius berjalan melalui pintu belakang untuk menghindar dari mata pegawai di mansionnya.

"Hah.. hah.." - Lucius terengah-engah. Kekuatannya benar-benar berada di ambang batas. Darah masih mengalir di luka-lukanya karena dia terus menggunakan skillnya. Tangan kanannya semakin menekan kuat luka tusukan di perutnya. Langkahnya sedikit goyah, tangan kirinya menyapu dinding untuk menyeimbangkan langkahnya. Kamarnya berada di lantai dua, dia harus naik melewati tangga.

"Haaahh... Sial. Apakah seharusnya aku robohkan saja bangunan ini dan membangunnya dengan ukuran normal? Ini seperti berjalan mengitari dua kali lapangan sepakbola."

Lucius terus melangkah menaiki tangga. Rumah ini sepi karena kebanyakan dari pegawainya beraktifitas di dapur karena sebentar lagi waktu makan malam akan tiba. Dia berusaha secepat mungkin untuk sampai di kamarnya.

Akhirnya setelah sekian lama dia berjalan, kamarnya tepat berada di depan matanya.

"Mengapa aku merasa kalau rumah ini menjadi berkali-kali lipat lebih besar dari sebelumnya?" - batinnya kesal dan segera masuk kedalam kamarnya.

Lucius membuka jubahnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Dia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan memejamkan matanya.

"Aku lelah. Seharusnya tidak masalah jika aku tidak mengobatinya karena vitality akan meregenerasinya secara otomatis. Namun sepertinya akan sedikit lama karena kondisiku saat ini dan luka dari aura pedang abu penghancur yang sangat kuat."

Lengan kirinya dia letakkan di atas dahinya. Lukanya tidak sakit, tentu saja karena dia memiliki protector. Dia hanya membutuhkan istirahat untuk memulihkan vitalitasnya.

berderit

Suara pintu kamar yang terbuka tidak mengganggu Lucius. Dia berpikir itu mungkin adalah Eclair dan mengabaikannya.

"Eclair. Katakan pada Estian, aku tidak akan makan malam. Jika dia bertanya, katakan saja kalau aku sibuk." - ujarnya sambil terus menutup matanya. Nafasnya perlahan kembali stabil dan energinya kembali sedikit demi sedikit.

Namun tidak ada jawaban. Suara langkah kaki mendekati ranjangnya. Orang itu berdiri sedikit jauh di samping ranjangnya. Orang itu membuka mulutnya dan berbicara dengan lirih. "Kenapa?"

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Where stories live. Discover now