15. TEROR 3

3.8K 501 3
                                    

Edmund membawakan nampan berisi semangkuk sup dan teh ke kamar Lucius. Disana Estian sedang membersihkan dirinya di kamar mandi.

Edmund meletakkan makanannya ke meja. Indra pendengarannya menangkap pergerakan di sekitar kamar Lucius.

"Jika kalian bersembunyi seperti tikus, kalian akan sangat mengganggu tuan mudaku." - ucapnya sambil terus meletakkan peralatan makan ke atas meja.

"Wow. Pelayan tua ini memiliki kemampuan yang cukup." - Vernon dan Arlan muncul di belakangnya dengan pedang mereka.

Edmund berdiri, dia meraih sebuah pedang yang berada di dinding kamar Lucius. Salah satu dari sekian banyaknya koleksi pedang Grand Duke Lucius yang disebut penggila perang.

Aura putih menyebar dari seluruh tubuh Edmund, itu adalah aura pedang dengan atribut kabut pembunuh. Kabutnya menyebar ke seluruh ruangan, membuat musuhnya kesulitan melihat apapun di sekitar mereka. Berbeda dengan atribut abu penghancur milik Zavier, kabut Edmund hanya di tujukkan untuk musuh dan merupakan buff bagi pihaknya. Kabutnya dapat meningkatkan seluruh indra dari orang-orang yang dia pilih, serta meningkatkan stat kelincahan dan mengaburkan keberadaan mereka.

Seperti namanya, kabut pembunuhan digunakan sebagai penyamaran seorang pembunuh.

Vernon dan Arlan terkejut dengan keberadaan swordmaster yang tidak terduga. Mereka pikir mereka akan berhadapan dengan Eclair atau jika beruntung mereka hanya perlu berhadapan dengan Arthur. Namun mereka berdua tidak ada di tempat. Mereka telah di beri suatu tugas yang penting dari Lucius.

Kabut menutupi seluruh tubuh mereka, pedang di tangannya di genggam dengan erat. Mereka waspada, tidak ada informasi tentang atribut dari kepala pelayan Grand Duke Lucius. Tiba-tiba saja, mereka merasakan seseorang berdiri di belakang mereka. Vernon menembakkan bola api dengan cepat, namun apinya menjadi padam.

"Apa-apaan?!"

"Jangan membuat kamar Yang Mulia Grand Duke menjadi berantakan seperti otakmu anak muda."

"Pak tua sialan!" - Vernon kembali menembakkan bola api ke arah dia mendengar suara, namun lagi apinya menjadi padam.

Arlan mencoba menembakkan tombak airnya namun tidak ada yang terjadi.

"Sebenarnya kabut sialan macam apa ini?!" - gumamnya dengan kesal.

"Apakah kalian sudah selesai?" - Edmund melesat di antara mereka, menggores pipi Vernon dan Arlan dan membuat mereka terkejut.

"Bagaimana si tua ini bisa secepat ini?" - batin Vernon, dia memperkuat aura apinya dan bersikap lebih waspada.

"Kalian perlu berlatih lebih keras lagi." - Edmund kembali menggores lengan Vernon dan Arlan.

Memang benar, meski mereka adalah yang terbaik di antara Sectator, namun ini masih terlalu awal untuk mereka memulai penyerangan. Seharusnya masih sekitar empat atau lima tahun lagi sebelum mereka muncul di dalam novel aslinya.

Edmund menyerang mereka secara bertubi-tubi tanpa ada perlawanan yang berarti. Saat itu, mereka tiba-tiba menghilang. Edmund berdiri di tengah ruangan dengan tenang.

"Teleportasi? Sepertinya mereka hanya ingin menguji kekuatan Grand Duke Edinburgh." - Edmund menyeka darah di pedang Lucius dengan sapu tangannya dan mengembalikannya kembali ke tempatnya. Estian keluar dari dalam kamar mandi.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" - tanyanya.

"Tidak ada Tuan Muda Estian." - Edmund tersenyum ramah seperti biasanya.

Estian memperhatikan gerak gerik Edmund, "Seperti yang di harapkan dari Swordmaster terkuat yang lebih kuat dari kakak."

Meski sebelumnya dikatakan bahwa Lucius merupakan swordmaster terkuat di seluruh Kekaisaran Adelard, namun masih ada satu orang yang menyembunyikan kekuatannya dari publik bahkan keluarga kekaisaran kecuali Sang Kaisar. Itu adalah Edmund yang merupakan kepala pelayan dari Lucius. Swordmaster yang paling berpengalaman yang selalu setia kepada Keluarga Edinburgh.

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang