22. MASA LALU 4

3.1K 506 3
                                    

Lucius menenggak alkohol sekali lagi sebelum botolnya kembali di rebut oleh Estian yang kesal. Dia menjauhkan alkohol itu dari Lucius dan meraih pundak kakaknya itu.

"Kakak, hentikan! Kau sudah mabuk."

"Aku tidak."

Estian mendengus kesal melihat kakaknya yang keras kepala. Mata Lucius sudah tidak fokus dan wajahnya sudah semerah tomat, bagaimana mungkin dia tidak mabuk? Estian menenggak seluruh isi botol alkohol yang tersisa setengah itu sekaligus dan meletakkan botolnya jauh dari Lucius.

"Kenapa kau meminumnya bodoh? Kau masih di bawah umur!"

"Apa? Apa kau tau aku berumur berapa saat aku mati dulu?"

"Aku tidak peduli, sekarang kau hanyalah seorang bayi."

"Kau-" - Estian menahan rasa kesalnya karena di anggap bayi oleh Lucius. Dia memapah Lucius ke ranjangnya dan membaringkannya.

Estian duduk di samping kakaknya yang terbaring dan menatapnya. Dia membuka mulutnya dengan ragu-ragu.

"Berapa banyak orang yang sudah kakak selamatkan?" - katanya dengan lirih.

Lucius yang setengah sadar menatap Estian dengan mata sayu, "Tidak ingat."

"Kenapa kakak tidak mencoba membersihkan reputasimu? Bukankah akan sangat mudah bagimu untuk menyebarkan rumor baik tentang mu?"

"Memangnya itu penting? Aku sengaja menyebarkan rumor buruk... Yahh sepertinya memang rumor yang beredar itu adalah dari diriku sendiri dan di tambah bantuan dari Yang Mulia Permaisuri."

"Bantuan macam apa?!" - Estian menjadi geram karena fakta yang baru dia ketahui.

Lucius memang sengaja menyebarkan rumor tentang dirinya yang kejam. Di tambah lagi bumbu pemanis yang berasal dari pihak permaisuri untuk menekan kekuatan Lucius. Yah itu justru bagus bagi Lucius yang jengah dengan kehidupan sosial bangsawan. Mereka selalu tersenyum dan tertawa saat berhadapan sembari mengucapkan kata-kata penuh 'bisa' mematikan yang tersembunyi dengan cantiknya.

"Kenapa?"

"Karena aku suka."

Estian terdiam lama sebelum kembali bertanya, "Kenapa kau membantu mereka?"

Lucius tampak berpikir sebentar kemudian menjawab, "Entahlah, mungkin karena aku mengingatmu saat bertemu dengan Lewis."

"Jadi swordmaster itu bernama Lewis? Dia pasti seumuran denganku atau lebih tua satu tahun dariku."

"Yah jika tidak ada Edmund sepertinya aku akan sekarat karena di pukuli saat itu."

"Apa?" - Estian terkejut dengan pernyataan tenang Lucius.

"Tapi jika aku tidak melindungi mereka, mereka akan benar-benar mati. Itu bagus karena mereka selamat."

"Tapi kau terluka. Apakah saat itu? Saat kau pulang dengan kondisi tidak sadarkan diri dengan tubuh yang penuh luka?"

"Sepertinya memang saat itu."

"Bagaimana bisa?! Kakak baru berusia tujuh tahun waktu itu kan?"

"Siapa orang itu?"

"Apa?"

"Yang memukuli kakak hingga seperti itu?"

"Tidak tau. Tapi mungkin orang itu sudah terbunuh oleh ayah atau bahkan Edmund."

"Itu bagus." - gumam Estian.

"Iya.. itu bagus." - Lucius mengedipkan matanya.

"Estian."

"Hm?"

Become an Evil Grand Duke [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang