Ruang Tunggu.

44 1 0
                                    

Mungkin ini sudah kesekian kali aku mengatakannya, dan berjanji bahwa merindukanmu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan. Namun biarkan aku menyeruput sedikit sisa-sisa kopi yang sudah mulai dingin ini.

Rasanya baru kemarin, sungguh!
aku melihatmu berdansa, melakukan hal yang kau suka, ditempat yang selama ini kamu inginkan.
Terlihat ekspresi wajah yang lepas, seakan gerak tubuhmu terbebas dari belenggu brengseknya dunia sekitarmu.
Aaah, mungkin engkau terlalu fokus karena menikmati setiap ayunan tanganmu. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum dibalik lensa kamera yang tak lelah merekam setiap lekukan tubuhmu.
Kau pikir aku lelah?? huh naif sekali! bahkan jika kamu memberitahuku semua tempat yang ingin kamu kunjungi, akan kubawa kamu kesana selagi kaki ini masih menapaki bumi.

Ingatkah kamu disaat kita bergegas untuk pergu, tiba-tiba turun hujan diluar jendela theater? seakan-akan hujan menahan kita.
Lalu kita pergi menuju lantai dua.
Disana kita berdua menikmati hujan, sesekali kita menengguk susu coklat dibangku sofa, kita bercerita dan lalu kamu bersandar.

Aaaaahhh andai bisa ku ulang waktu, kutarik jarum jam kearah kiri dan lalu menahannya, agar momen bersamamu bisa sedikit terasa lebih lama....
Namun cerita dan rinduku hanya berakhir kenangan, kali ini engkau tak memberitahuku kemana tempat yang akan kau tuju selanjutnya, yang ternyata lebih indah dari dunia ini, maaf kali ini aku tak bisa mengantarmu kesana.
Kepakkan sayapmu sekarang, terbanglah ke surga.
Tenangg, kita masih bisa komunikasi lewat doa, ya kan?

(Cried at the sunset in 2021)

BIRUWhere stories live. Discover now