part 10

1.6K 247 39
                                    


Jennie Pov

Aku menatap malas ke arah mereka berdua yang terlihat asik membahas tugas tanpa melibatkanku. Memangnya aku ini patung? Atau sesuatu tak kasat mata? Mengapa mereka malah bersikap seolah-olah aku tidak ada di antara mereka.

Dan si cupu ini tidak tahu diri! Bisa-bisanya dia tersenyum malu-malu sewaktu Jisoo memuji kepintarannya. Dia hanya pecundang yang terlahir menyedihkan di keluarga sial. Apa dia merasa dirinya seorang princess? Cihhh.

"Rose wahh kau mengagumkan!" Jisoo memberinya jempol dengan penuh senyuman.

"Kau berlebihan Jisoo, aku masih perlu banyak belajar."

Sialan tidak usah sok! Kau senangkan mendapat pujian. Dasar munafik!

"Akh.."

Mampus!

Aku sengaja menendang keras kakinya dibawah meja. Siapa suruh dia bertingkah memuakan dan yang membuatkan kesal, dia sukses mencuri perhatian Jisoo sepenuhnya.

"Kau baik-baik saja?" Jisoo menatap cemas sicupu tak berguna itu.

Sebelum menjawab pertanyaan Jisoo, dia menatapku dengan wajah takutnya seakan ragu memberitahu Jisoo dan aku menatapnya tajam menunjukkan ketidaksukaanku.

"Aku tidak apa-apa. Kakiku kesemutan." Jawabnya terdengar canggung.

Dasar bodoh!

Alasan macam apa itu?

Melihat mukanya saja membuatku bergidik ngeri, haruskah kebodohannya itu semakin membuatku menaruh rasa jijik padanya? Kurasa jawabannya adalah iya.

Duduk bersama dengannya sudah sangat memalukan, yatuhan jangan sampai anak kelas lain melihatku ada disini bersama si cupu ini. Bila dengan Jisoo itu akan menjadi hal yang sangat berbeda, wajah cantik Jisoo bisa menyelamatkanku dari pandangan buruk orang-orang.

"Kita istirahat sebentar, aku akan menambah Capuccino mu." Jisoo hendak berdiri dari bangkunya.

Apa itu hanya ditawarkan untuk si cupu itu saja? Lalu bagaimana denganku? Lihat wajah riangnya mendapatkan tambahan Capuccino membuatku ingin menyirami dia dengan Latte milikku.

Dasar orang miskin! Selagi tidak bayar dia akan selalu meminta gratisan. Aku memikirkan gaji Jisoo yang akan dikurangi akibat traktiran ini. Gajinya saja sudah amat kecil akan sekecil apa lagi bila dikurangi.

"Aku tidak usah." Kataku tahu diri tidak seperti si cupu itu.

"Siapa juga yang akan menawarimu." Ujar Jisoo cuek lalu pergi.

Aku terperangah mendengar perkataannya. Kenapa dia bersikap kurang ajar padaku, aku ini ratu! Mengapa pecundang ini yang kau perlakukan denga baik.

"Jangan melihatku! Kau menjijikkan." Makiku pada Rose.

Kau senang melihatku diperlakukan buruk oleh Jisoo? Kau merasa menang sialan? Kau ingin tertawa hah? Cobalah tertawa akan aku rontokan gigimu brengsek!

BUGH..

Kembali aku menendang keras kakinya, aku tidak peduli dia merintih kesakitan atau menganggapku aneh. Aku marah dan melampiaskan emosiku padanya karenanya Jisoo menjadi mengabaikanku.

"Jennnnieee.." Gagapnya menatapku masih dengan muka takut.

"Jangan pernah sebut namaku dari mulut kotormu." Aku memukul kepalanya dengan sedotan.

"Aku merasa terhina!" Ucapku menunjukkan keberatan.

Dia terdiam menunduk. Tangannya gemetaran sewaktu menulis. Hah ini membosankan, tidak bisakah dia pergi menghilang dari pandanganku?

Love Me Like You Do Onde histórias criam vida. Descubra agora